Menunggumu Kembali - Bab 144 Sangat Terkejut

“Cepat berlutut...”

Rambut kuning itu menjulur tangan kearah leher Sanfiko dan berkata dengan bangga.

Sebelum ia selesai berbicara dan menyentuh Sanfiko, ia langsung tertendang oleh anak muda yang masuk.

Akh!

Orang-orang ditempat baru berekasi setelah mendengar suara teriakan yang sakit.

“Siapa yang menendangku?”

Si rambut kuning itu berteriak setelah ia ditendang, lalu wajahnya terinjak di lantai oleh anak muda itu, tanpa ia menyelesaikan kata-katanya.

Orang-orang tercengang melihat situasi seperti itu.

Bahkan Andi yang duduk sambil merokok dengan bangga, hampir saja tersedak. Siapa anak muda ini yang tiba-tiba muncul.

“Siapakah kamu?”

Andi melihat bawahnnya diinjak begitu saja, seketika sangat marah dan langsung mematikan rokok dimulutnya dengan tangan, lalu memandang datar ke anak muda yang tidak jauh darinya.

Di saat ini, ada seorang Bapak yang masuk sebelum anak muda itu berbicara.

“Andi, kamu lah yang membuat onar di tokoku. Katakan apa yang terjadi hari ini.”

Sedangkan Andi belum berbicara, anak muda itu langsung berjalan kesamping Sanfiko dan menghormatinya.

“Pak Sanfiko, maaf membuat Anda kaget.”

Apa?

Semua orang disini tiba-tiba bingung. Apa yang dimaksudnya?

Anak muda yang kuat itu adalah bawahan Sanfiko?

Beberapa satpam, apalagi Rinardo semua terdiam, lalu Sanfiko memandang bingung orang-orang yang terkejut melihat mereka.

Seketika Sanfiko juga mengalihkan pandangannya ke anak muda yang menghormatinya.

“Siapakah kamu? Sepertinya aku tidak mengenalmu...”

Apa?

Ekspresi orang-orang disana seketika berubah.

Apalagi Andi, memandang Sanfiko dan anak muda itu dengan datar. “Kamu masih berbohong di depanku. Semuanya kelilingi mereka.”

Andi menaruhkan lagi rokok di mulutnya, lalu menerima pisau semangkay yang tertutup koran, yang diberikan bawahannya. Ia segera melepaskan koran yang membungkus pisau itu dan berteriak kearah Sanfiko dan anak muda itu. “Jika hari ini aku tidak peduli siapapun dirimu, beraninya kamu menghajar bawahanku. Anggap saja aku kalah jika aku tidak membuatmu berdarah!”

Seketika semua bawahan Andi melepaskan koran yang terbungkus di pisau, terlihat sangat keren.

“Pak Sanfiko, kamu mundur dulu, biarkan aku yang mengatasi hal kecil ini.”

Sanfiko mengangguk. Bagi dirinya, sama sekali tidak seru jika ia bertengkar dengan Andi.

Sekarang ada orang yang ingin membantunya, ia juga sangat senang hati menerimanya.

Bapak Dindin yang baru masuk saja tadi dengan sibuk berdiri disamping Sanfiko. “Andi, kamu benar-benar ingin membuat onar di tokoku? Aku kasih tahu, kamu pasti akan menyesal.”

“Menyesal? Tidak mungkin...”

Meskipun perasaan Andi juga kurang baik, tapi ia merasa dirinya adalah pemimpin daerah ini. Orang-orang ini sudah mulai berani melakukan sesuatu di daerahnya dan memukul bawahannya.

Kalau ia tidak bangun untuk menyelesaikan masalah ini, maka bawahannya tidak lag mengikutinya.

“Oh, benarkah?”

“Ada yang berani menyentuh Pak Sanfiko di Kota Penang? Apakah benar-benar tidak tahu cara menulis kata ‘mati’?”

Saat Andi menendang Dindin, sebuah suara terdengar yang berasal dari pintu sana, lalu ada dua orang yang masuk. Meskipun hanya dua orang, tapi itu cukup membuat anak-anak nakal disana tercengang.

Hari ini ia membuat siapa saja yang marah?

“Pak Sanfiko, p-pisau...”

Orang-orang yang di Kota Penang, mungkin tidak tahu nama wali kotanya, tapi mereka pasti kenal dengan pemimpin besar kota ini. Seseorang yang hanya perlu berperintah untuk membunuh seseorang, Danny.

Hampir sudah banyak orang yang tidak tahu siapakah nama asli Danny, mereka hanya tahu kalau wajahnya ada bekas luka pisau.

Andi yang baru siap-siap beraksi, ia belum saja selesai mengucapkan, lalu melihat jelas orang yang masuk.

Seketika rokok didalam mulutnya jatuh dan setelah itu pisaunya.

“Kak Danny, mengapa Anda datang?”

Seketika Andi tercengang dan terburu-buru menjulurkan tangan unuk bersalaman dengan Danny.

Tapi saat ini Danny tidak memberikannya kesempatan, lalu ia berjalan kehadapan Sanfiko.

“Pak Sanfiko...”

Danny tidak berani bangga dihadapan Sanfiko, lalu ia menghormati Sanfiko, telrihat Sanfiko seperti pemimpinnya.

Orang-orang di tempat tercengang. Mereka sama sekali tidak bisa mengucapkan apapun, karena mereka tidak menjelaskan ini semua dengan logis.

Apalagi beberapa satpam yang diajak makan bersama Sanfiko.

Rinardo seketika seperti lupa untuk bangun dari lantai dan tetap berbaring disana, lalu melihat pria kuat yang menghormati Sanfiko, Danny dengan luka pisau di wajah, yang terkenal di Kota Penang.

Tapi ia begitu berhati-hati dihadapan Sanfiko, ini persis dengan sikap seorang bawahan kepada atasan.

“Sebenarnya siapakah Sanfiko ini?”

Mengingat dulu kantor satpam Universitas Penang pernah diancam bilang akan dibunuh jika berniat buruk kepada Sanfiko, lalu ia dijemput pergi oleh pemilik mobil orang kaya dan diberikan jabatan satpam ke Perusahaan Group Shen dengan gaji yang lebih tinggi dari satpam biasa.

Bahkan Danny yang terkenal juga harus bersikap sopan kepadanya.

Ini benar-benar diluar sangkanya.

“Kak Danny, kebetulan sekali. Mengapa kamu datang?”

Akhirnya Sanfiko tahu mengapa anak muda disampingnya begitu kasar, ternyata adalah bawahan Danny.

“Tadi aku sedang makan bersama Pak Dindin, tiba-tiba disini terjadi masalah, jadi aku datang lihat, ternyata Pak Sanfiko juga disini.”

Sanfiko mengangguk kepalanya, lalu memandang kearah Dindin yang sedang mengerutkan dahi sambil memegang perutnya.

“Pak Dindin, sangat senang bertemu denganmu.”

Dindin seketika menjulurkan kedua tangannya untuk bersalam dengan Sanfiko. Meskipun ia tidak tahu siapa anak muda dihadapannya, tapi orang yang bisa membuat Danny begitu hormat, pasti bukah tokoh yang biasa.

“Hai, Pak Sanfiko.”

Dindin memang seorang pedagang, otaknya cepat berpikir.

Sanfiko tertawa pelan dan berkata, “Pak Dindin, terima kasih sudah menerima temanku.”

Sanfiko melirik kearah Hani.

Seketika Hani menundukkan kepalanya. Seketika Chayadi yang dipegang Hani, memandang Sanfiko dan Dindin penuh terima kasih.

Dindin pastinya tidak mengenal Chayadi, tapi setelah melihat Hani, ia mengetahuinya.

Dindin berkata, “Hani sangat rajin dan tidak pernah telat melakukan sesuatu. Aku merasa baik, ia bisa kerja ditempatku. Awalnya tidak tahu kalau Hani adalah teman Pak Sanfiko, jika aku mengetahuinya aku akan tidak menyuruhnya membereskan aula, lagipula di aula ada orang yang berperilaku buruk.”

Dindin melirik Andi yang terdiam berdiri disana.

“Baik. Kak Rinardo, kamu bawa Chayadi mereka keluar dulu. Oh iya, mohon Kak Danny siapkan mobil untuk mengantar temanku ke rumah sakit.”

Lalu Danny berkata kepada bawahannya, “Brandon, cepat bawa anak muda ke rumah sakit, berikan ia ruangan spesial.”

“Sanfiko...”

Rinardo baru sadar, lalu langsung berdiri dan mengeluarkan tisu yang ada di mulutnya dan berjalan kehadapan Sanfiko.

“Tak apa-apa, kalian keluarlah dulu. Aku pergi mengatasinya, lalu segera kembali...”

“Kalau begitu...”

Rinardo ingin mengatakan sesuatu tapi langsung menutup mulutnya, lalu membawa Chayadi keluar.

Setelah Rinardo mereka keluar dari hotel, Sanfiko menghela nafas, lalu berbalik badan melihat Andi yang sedang mengeluarkan keringat dingin.

Wanita yang awalnya berdiri disana untuk menonton kejadian berlangsung, sekarang dapat terlihat bahwa tempat yang ia berdiri menjadi basah.

Deg!

Saat Andi melihat tatapan Sanfiko, seketika ia langsung berlutut.

“Pak Sanfiko, semua salahku.”

Sanfiko tersenyum pelan, lalu melirik wanita yang kebasahan dan berkata, “Tadi gayamu menyuruhku melakukan sesuatu tidak persis dengan yang sekarang...”

Mendengar ini, Andi langsung bersujud di lantai.

Sedangkan wanita yang memanggil Andi tadi, dapat terlihat cairan kuning mengalir dari kedua pahanya yang putih.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu