Menunggumu Kembali - Bab 163 Ini Kesempatan Terakhirmu, Semoga Kamu Dapat Menghargainya!

Hah?

Apa…

Orang-orang yang awalnya sedang menunggu Sanfiko Chen untuk berlutut dan bersujud agar dapat menertawainya pun saling menatap satu sama lain dan menjadi bodoh di tempat.

Manipulasi apaan ini?

Pada saat ini, barulah ada orang yang bereaksi dan segera menyeret tongkat besi sambil menyerbu keluar.

“Keparat, kamu lepaskan kakak ketua kami!”

Beberapa berandalan ini sesaat terlihat ganas, tetapi Sanfiko Chen sama sekali tidak mempedulikannya. Dia pun membuang si pria bertato yang telah dia angkatnya barusan.

Dor… Si kakak ketua yang sebelumnya sombong itu langsung dilemparkan sejauh empat atau lima meter oleh Sanfiko Chen. Dia pun menabrak sampah yang empuk itu dan sesaat terjatuh kebawah.

“Dia…dia…”

Pada saat itu, wanita yang memakai baju olahraga tersebut semakin ketakutan dan air matanya pun hampir menetes keluar saking takutnya.

Dan si kakak ketua bertato itu juga sudah bereaksi. Dia pun segera menahan rasa sakit agar dapat bangkit dan pergi menagkap wanita yang menderu itu. "Apakah kamu mengenal orang tolol ini ......"

“Plak plak plak…”

Pada saat ini, meskipun beberapa orang tersebut telah mengepung Sanfiko Chen, mereka pun tidak ada yang berani bergerak, karena gerakan Sanfiko Chen yang barusan telah membuat mereka ketakutan. Orang-orang ini memang adalah berandalan pada umumnya, tetapi mereka juga tahu bahwa gerakan Sanfiko Chen ini pastinya tidak terduga ditambah kasar. Siapapun yang bergegas duluan, pasti akan dianggap menjadi sasaran untuk dipukul.

“Aaa…”

“Astaga, tolong kamu, jangan siksa aku…aaa…”

Pada saat ini, yang paling merasa disakitkan adalah si Yusdi. Dia pun berlutut di tanah dan tidak henti-hentinya bersujud, hingga dia pun sudah tidak memiliki emosi apapun.

Juga karena ini, si wanita menunjuk Sanfiko Chen dan tidak berkata apa-apa seharian.

“Itu dia, itu dia…dor dor dor…”

Pada saat ini, wanita itu pun seakan menjadi gila. Dia sambil berkata, sambil menggunakan jarinya yang kotor itu membentuk sebuah gerakan tembakan yang diarahkan ke si pria bertato tersebut.

Hah?

Pada saat ini, sekujur tubuh pria bertato itu bergemetaran. Sekarang dia sedang memandang Sanfiko Chen yang sedang berdiri di sana. Tiba-tiba, sebuah kilatan petir terlintas di benaknya.

Keluarga Bai, tuan sanfiko.

Mungkinkah orang yang didepannya ini…

Tiba-tiba hampir sekujur tubuh pria bertato ini bergemetaran.

Dan pada saat ini, beberapa orang tersebut saling melakukan kontak mata dan akan bergegas menuju arah Sanfiko Chen.

“Tu…tunggu…uhuk uhuk…”

Karena dia telah bersemangat dan ditambah dengan barusan telah menelan rokoknya yang telah membakar tenggorokannya, makannya si pria tersebut menderu seperti itu. Hampir seluruh tubuhnya Si pria bertato itu tiba-tiba merinding dan sedikit lagi hampir saja dia menuju akhirnya.

Seketika si pria bertato itu segera berjalan ke hadapannya Sanfiko Chen.

“Maaf… bisakah kamu melepaskan kami hari ini, aku akan segera membawa orang-orangku keluar dari sini.”

Mereka semua pun dengan pandangan bingung melihat kakak ketua mereka yang barusan telah dihajar. Mereka pun berpikir dalam hati, mungkinkah kakak ketua mereka dihajar sampai tertegun begitu, kah?

Dan pada saat ini, kepalanya si pria bertato pun penuh dengan keringat, bahkan sekujur tubuhnya pun basah dipenuhi keringat.

Dari saat ini, Sanfiko Chen melihat pandangannya. Dia sudah bisa mengenal bahwa pemuda yang tampaknya bukan apa-apa ini takutnya adalah si orang misterius yang langsung menembak mati bos mereka, tuan sanfiko.

Selain itu, dia juga barusan mendengar dengan jelas bahwa pria ini bernama Sanfiko Chen!

Juga bermarga Chen. Tidak mungkin ada kebetulan yang begitu pas di dunia ini

“Kakak ketua, kita tidak bisa membiarkan si anak ini pergi, dia barusan…”

Pria paruh baya yang barusan berbicara itu, langsung mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke Sanfiko Chen.

Seketika melihat adegan ini, si pria bertato itu dengan langkah besar bergegas kesana dan langsung menghajar orang itu hingga jatuh ke tanah. Kemudian dia pun melambaikan tangannya dan berkata, "Keparat, jatuhkan barang di tanganmu, si ..."

Pada saat ini, si Pria bertato tidak bisa mengendalikannya dirinya di hadapan adik laki-lakinya. Dia pun langsung membalikkan badan dan berlutut di hadapannya Sanfiko Chen.

“Aku…”

Sanfiko Chen melihat bahwa si pria bertato ini juga menyedihkan. Setelah Hermanto dibunuh olehnya, para berandalan yang mengikut Hermanto pastinya sudah banyak yang berpencar. Mereka bertahan hidup takutnya hanya terdiri dalam kelompok kecil saja dan sulit untuk membentuk kekuatan kelompok baru seperti yang sebelumnya dan kekuatan di kota Meka pun masih banyak. Sebelumnya masih ada Hermanto yang mengendalikannya. Ketika Hermanto meninggal, tentu saha mereka pun berpencar dan sekali lagi kembali ke saat mereka harus bertarung untuk mencari kehidupan itu.

Sebenarnya juga sungguh menyedihkan.

“Kalian pergilah, ini kunci mobilnya… lain kali jangan kembali lagi ke kota Penang!”

Sanfiko Chen pun memandang tapi tidak melihat si pria bertato. Kemudian dia melemparkan kunci mobil tersebut kepada mereka.

Si pria bertato pun segera bersujud. Kemudian dia langsung mengambil kunci mobil dari tanah dan memanggil orang-orangnya untuk turun dari gunung tersebut, sampai mereka masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobilnya. Saat mereka sudah mengendarai lebih jauh, si Tino pun mulai bertanya: "Bos, barusan kamu kenapa ..."

Pada saat ini, si pria bertato itu mengusap keringat dingin di dahinya, kemudian memandangi si Tino yang kurus itu dan para saudara lelaki yang duduk di sebelah setir pengemudi yang barusan dipukul kepalanya dan berkata: "Si pemuda itu, adalah ..."

“Dor dor dor… aaa…aaa…itulah dia, itulah dia…”

Sebelum si pria bertato dapat selesai pembicaraanya, wanita di sampingnya yang telah kehilangan akal sehatnya itu, seketika menggunakan jarinya untuk menunjukkan gerakan menembak yang diarahkan ke si pria bertato itu, dan kemudian terus mengatakan sesuatu di mulutnya.

“Mungkinkah orang itu… orang misterius di kota Penang, si tuan sanfiko…”

Pada saat itu, Tino merasa sekujur tubuhnya bergemetaran, dan kecepatan mobil langsung melaju dengan cepat. Jika kamu tahu, dia barusan telah menendang kaki seseorang, jika dia barusan beneran menyerbu, kemungkinan sekarang dia sudah akan berbaring di sampah gunung itu…

Ketika memikirkannya, sekujur tubuhnya pun mulai bercucuran dengan keringat dingin!

Dia sungguh beruntung dapat selamat dari kematian ya…

Tetapi ketika mereka berkendara kurang dari 10 kilometer, seketika terdapat beberapa mobil roti yang menghalangi jalan mereka.

Pemimpinnya bukanlah orang biasa, melainkan si kak Danny yang terkenal di kota Bincheng.

Tino yang duduk di mobil pun sekilas tidak mengenalinya…

“Matikan mesinnya, keluar dari mobil dan berlutut di sisi jalan…”

Tidak menunggu reaksi beberapa orang ini, seketika terdengar suara seorang pria paruh baya yang berbadan besar dan kokoh, sedang memegang senapan sambil menderu langsung ke Tino yang sedang mengendarai mobil.

Seketika, bau air seni pun dalam sekejap mata memenuhi seluruh mobil tersebut…

Saat matahari terbenam, seluruh gunung sampah pun menjadi gelap.

Sanfiko Chen perlahan-lahan mengulurkan tangannya untuk mengambil tongkat besi buangan tersebut yang telah ditusuk disebelah. Dia pun selangkah demi selangkah berjalan menuju Yusdi.

“Sanfiko Chen, apa yang sedang kamu lakukan… aku beritahumu ya, aku adalah ayah keduamu. Kamu jangan sembarangan ya… selain itu, kali ini kamu datang untuk menyelamatkanku, apa yang sedang kamu lakukan…”

Sanfiko Chen sedikit pun tidak peduli dengan perkataan Yusdi pada saat ini. Dia pun menghadap ke kandang besi itu dan tiba-tiba mendayung tongkatnya.

Aaa!

Aaa…

Seketika Yusdi berteriak.

“Si keparat, Sanfiko Chen, apa yang sedang kamu lakukan sial… aku beritahumu ya…”

“Plak plak plak…”

“Aaa…”

Aaa…Aaa…

Pada saat ini Sanfiko Chen tidak memiliki apapun tersisa di tangannya. Dia pun mendayung tongkatnya berulang-kali mengenai kandang besi tersebut, seakan menjadi gila. Selain itu, Sanfiko Chen yang saat ini membuat Yusdi merasa nyawanya terancam, dimana dia merasa bahwa Sanfiko Chen yang ini tampak seperti ingin membunuh dirinya.

“Sanfiko, Sanfiko… ayah kedua memohonmuy. Tolong jangan mengetok lagi, jangan mengetoklah…aku…aku tidak bisa menahannya lagi, sudah tidak bisa menahannya lagi…”

Pada saat ini, Yusdi sudah sepenuhnya berlutut di dalam kandang besi tersebut. Sepasang matanya pun penuh dengan air mata. Ekspresinya yang menderita itu telah membuatnya terlihat tua.

"Jangan mengetok lagi? Ha ha, ayah kedua, aku merasa bahwa kamu sepertinya sangat menikmati perasaan di dalam sini loh!”

Sangat menikmati?

Yusdi yang saat ini hanya memiliki satu perasaan, yaitu si Sanfiko Chen keparat ini adalah seorang iblis, seorang iblis sejati.

Jangan lupa bahwa dia barusan telah mencekik leher pria, yang telah membuatnya menderita selama dua hari ini, dimana pria itu seperti dewa pembunuh yang mengerikan, dan langsung melemparkannya keluar. Dirinya yang hanya berjalan kemari dengan membawa tongkat besi ini, telah meninggalkan bayangan permanen di hatinya Yusdi.

“Tidak… aku tidak…”

“Plak plak plak…”

Sanfiko Chen pun segera mengayunkan tongkat besinya mengenai kandang bersi tersebut.

Aaa…

“Si…si…al… jangan, Sanfiko, Sanfiko… kumohon, kumohon… maafkan ayah keduamu, ayah kedua…aaa…”

“Kumphon, jangan mengetoknya lagi…”

Pada saat itu, sanfiko perlahan-lahan menyimpan tongkat besi yang berada di tangannya setelah dia melihat Yusdi yang tidak berhenti-henti meminta pengampunan di dalam kandang tersebut.

"Ayah kedua, pertama kali kamu membiarkan Zuki untuk menabrak mati orangtuaku dan Nusrini, aku pun mengampunimu sekali karena kamu adalah anggota keluarga Bai. Kedua kalinya kamu membiarkan Hermanto datang ke kota Penang untuk melakukan sesuatu kepada keluarga kami, aku pun berencana untuk langsung membongkarmu, tapi karena ayahku menganggapmu sebagai adiknya, aku pun sekali lagi mengampunimu. Alasan mengapa aku datang ke sini untuk menyelamatkanmu sendirian adalah supaya aku bisa memberitahumu bahwa ini adalah yang kesempatanmu untuk terakhir kalinya dan semoga kamu dapat menghargainya! "

“Apa…”

Mendengar perkataan ini, Yusdi pun segera menggelengkan kepalanya dan berkata: "Bukan aku, bukan aku… Dari siapa kamu mendengar perkataan ini? Kamu tidak boleh memfitnahku Sanfiko, masalah ini kamu beneran sedang memfitnahku!”

Sanfiko Chen pun pelan-pelan tersenyum.

Dia pun langsung mengambil tongkat besi tersebut, mengarahkannya ke kandang besi tersebut dan bersiap untuk mengetok.

“Jangan, jangan… Sanfiko, ini semua adalah perbuatanku, perbuatanku. Maafkan ayah keduamu, maaf… lain kali, aku tidak akan berani lagi, tidak berani lagi…”

Yusdi yang mengatakannya pun segera berlutut di tanah dan tidak henti untuk memohon pengampunan.

Dia sungguh takut dengan suara ini.

“Aku tidak akan tahu kamu akan berani melakukannya atau tidak, tapi ini adalah yang keterakhir kalinya. Jika ada lain kali, kamu pun akan kehilangan nyawamu!”

Suaranya Sanfiko Chen terdengar dingin. Dia pun melemparkan tongkat besi tersebut keluar.

Aaa…

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu