Menunggumu Kembali - Bab 280 Bayi yang ditinggalkan dulu telah tumbuh besar

Terdiam, Sanfiko Chen tak berbicara lagi.

Hanya menunggu tangisan Jovitasari yang berada di dekapannya berangsur-angsur mereda, kemudian hanya terisak-isak, dan akhirnya perlahan menjadi tenang.

"Jovita, aku mencintaimu."

Suara Sanfiko Chen sangat lembut, dengan kehangatan yang tak dapat ditolak yang langsung membuat hati Jovitasari yang tersapu oleh badai yang tak terhitung jumlahnya untuk menemukan pelabuhan yang aman, pelabuhan ini disebut rumah.

Jovitasari menatap Sanfiko Chen di depannya, matanya yang lembut tampak jelas.

"Sanfiko, aku juga mencintaimu."

Jovitasari tak tahu mengapa dia sekarang terlihat seperti gadis kecil di depan Sanfiko Chen, selalu menangis.

Sedikitpun tak mirip dia.

Namun setiap kali di depan Sanfiko Chen, Jovitasari dengan alami akan menghapus segala penyamarannya, walaupun dia memegang seluruh Perusahaan Tianbai dan di mata banyak orang dia merupakan penguasa keluarga Bai, ketua dari Perusahaan Tianbai, tetapi di depan Sanfiko Chen, dia, Jovitasari hanya memiliki satu identitas, yaitu istrinya.

"Ya ampun Jovita, apa lagi yang mau kamu tahu, selama kamu ingin tahu, aku akan memberitahumu?"

Sanfiko Chen tidak pernah ingin menyembunyikan apa pun pada Jovitasari. Selama Jovitasari ingin tahu, dia akan memberitahunya satu per satu, karena dalam hati Sanfiko Chen, Jovitasari adalah kekasih yang paling disayangi dan dicintainya. Dia ingin membiarkannya mengetahui semua tentang dirinya sendiri.

Hanya saja berdasarkan pengalamannya, bila dia mengatakannya dia tak takut pada Jovitasari, tetapi Sanfiko Chen tahu bila sekarang Isabella Long dengan berani menghampirinya, dia cemas waktu yang bisa dia habiskan di Kota Penang semakin pendek.

Dia tidak tahu kapan dia dengan tiba-tiba akan meninggalkan Kota Penang, meninggalkan Jovitasari tersayangnya dan meninggalkan keluarga Bai, tapi dia tahu selama dia tidak meninggalkan Kota Penang, dia tidak akan membiarkan siapa pun melukai keluarganya saat ini.

Jovitasari menatap Sanfiko Chen yang sangat serius di hadapannya, menggelengkan kepalanya, lalu menciumi bibir Sanfiko Chen dengan lembut.

Merasakan wangi dari pria ini, Jovitasari saat ini tiba-tiba merasakan bahwa prianya ini dalam dua puluh tahun terakhir nampaknya sangat kesepian, perjuangan untuk bertahan dari kepahitan antara hidup dan mati.

Hanya istrinya yang tak berkualifikasi ini yang muncul setelah lebih dari duapuluh tahun di sisinya.

"Sanfiko, apakah kamu bersedia menanggung bersamaku bila terjadi sesuatu di masa depan? Aku adalah istrimu, aku tak mau kamu jadi sangat sedih seorang diri. Kamu adalah kekasihku yang tersayang, aku tak ingin kamu menanggung semuanya sendirian? "

Bahkan saat mendengarkan Sanfiko Chen dengan tenang berbicara banyak mengenai peristiwa masa lalunya, meskipun terdengar sangat sepele, namun Jovitasari bukan orang bodoh. Di balik hal yang tampak sepele itu penuh dengan kesakitan dan penderitaan yang tidak bisa dilalui orang lain.

Aku tak tahu tampang ayahku sejak kecil. Ibuku juga pergi lima tahun lalu. Aku menemukan diriku tiga tahun lalu. Sekarang Sanfiko Chen yang melalui lebih banyak pengalaman dibanding orang yang sebaya dengannya hanya ingin menjalani kehidupan yang damai. Tetapi dengan perasaan yang tak berubah membawa kebaikan, ketenangan dan stabil.

Pria seperti ini jauh lebih dewasa dan lebih terasa aman daripada yang dibayangkan Jovitasari.

"Oke..."

Saat berbicara Sanfiko Chen mencium lembut kening Jovitasari. Jovitasari merasa semakin dekat dengan Sanfiko Chen pada saat ini, karena dia merasa bahwa Sanfiko Chen benar-benar membuka hatinya. Sejak dulu dia pelan-pelan membelai luka Sanfiko Chen yang menggetarkan hati, dia mengetahui bila pria ini pasti pria yang memiliki cerita.

Dia terhitung telah mengetahuinya saat ini.

Putra yang ditinggalkan dari keluarga Chen?

Itu karena keluarga Chen belum melihat banyak kelebihan dalam diri Sanfiko.

Merasakan napas pria yang akrab itu di dahinya, Jovitasari menutup matanya dengan tenang, hatinya telah memutuskan dia harus menjadi semakin kuat dan besar secepatnya. Harus membuat seluruh perusahaan group dengan cepat menjadi perusahaan nomor satu di Kota Penang dan Kota Sumedang. Di masa depan, perusahaannya harus memasuki Kota Yanjing, dan kemudian duduk di depan keluarga Chen dan memberi tahu mereka bahwa Sanfiko adalah anggota keluarga Chen yang luar biasa.

Karena dia melihat dari sudut pandang Sanfiko dapat kelihatan dia mengalami kesepian di keluarga Chen dan intimidasi dalam keluarga Chen sejak dia masih kecil.

Tapi Jovitasari tidak mengatakan semua ini, dia hanya menyimpannya di lubuk hati yang terdalam, dia tak akan memberi tahu siapa pun sampai hari dimana dia dapat mewujudkannya.

Sanfiko Chen memeluk Jovitasari dengan erat saat ini, hatinya tertekan bersamaan dengan gadis ini tidak mengetahui jalan sulit yang dihadapinya, karena dia tahu dia akan meninggalkan tempat ini suatu hari nanti, meninggalkan wanita yang berada di pelukannya ini.

Dia tidak tahu kapan saat itu akan tiba, tapi dia tahu bila dia pergi, kemungkinan besar dia tak pernah kembali lagi.

Dia tidak tahu apakah gadis di dekapannya ini akan tetap bahagia seperti ini pada saat itu.

...

Malam itu kabur.

Sanfiko Chen berjongkok di Jalan Binjiang dan merokok sendirian.

Di larut malam seperti ini, mendengarkan arus dari Sungai Xiangjiang secara terus-menerus, Sanfiko Chen tidak bisa menghindari perasaannya bila dia melihat dirinya bernyanyi di Yanjing tiga tahun lalu. Pada saat itu, ia hampir tidak pernah tidur dengan tenang. Rasanya, setiap hari hanya bersembunyi di Tibet.

Tidak jauh dari sana, sebuah taksi perlahan-lahan berhenti di halte bus yang tidak jauh dari Sanfiko Chen. Seorang pemuda yang stampan turun dari taksi dan sekilas melihat Sanfiko Chen yang berada di kegelapan malam berjongkok sambil merokok di pinggir jalan.

Dengan senyum di wajahnya, selangkah demi selangkah berjalan sampai di samping Sanfiko Chen, dan tanpa malu berjongkok di samping Sanfiko Chen.

"Berapa lama tiba?"

Sanfiko Chen memberikan sebatang rokok pada pemuda itu.

"Tengah hari."

"Apakah Siregar baik-baik saja?"

Menyalakan rokok, pemuda itu menghirup napas panjang, kemudian mengeluarkannya dengan perlahan.

"Tuan Sanfiko, Paman Siregar sangat merindukanmu. Kamu tak tahu dia tertawa ketika dia menerima teleponmu kemarin dulu. Kamu tahu Paman Siregar tidak pernah tersenyum di depan kita, dan wajah itu saat tertawa tampak aneh."

Sanfiko Chen mengangguk.

"Bukannya suruh dia pergi ke USA untuk menjalani operasi nanogen yang paling canggih?"

"Jangan khawatirkan Paman Siregar, biar Tuan Sanfiko memberinya beberapa jarum lagi. Jika bisa pulih, pasti pulih. Jika tidak bisa, ya sudahlah. Lagian dia makan tidak bergantung dari wajahnya! Hahaha..."

Sanfiko Chen tidak berbicara, otaknya tidak bisa tidak memikirkan lelaki besar yang tidak pernah tersenyum yang tumbuh bersamanya sejak kecil. Kebakaran besar yang terjadi di keluarga Chen dulu, jika bukan karena Siregar, kemungkinan dirinya telah terbakar sampai mati di dalam. Meskipun Sanfiko Chen mengetahui bila api itu diset oleh Kakak Daniel, sepupu keluarga Chen yang sangat makmur di mata anggota keluarga, namun demi bertahan hidup dia menahan untuk membahasnya.

Mengingatnya sekarang membuat Sanfiko Chen jadi tak sabar untuk segera membunuh Yanjing, kembali ke keluarga Chen untuk menemukan pembakaran yang sama di keluarga Chen kemudian membuatnya merasakan pembalasan yang sebanding.

"Ngomong-ngomong, Paman Siregar memintaku untuk memberi tahu Tuan Sanfiko bila dia sudah menyiapkan semuanya di sana, hanya menunggu Tuan Sanfiko memberi perintah, lalu biarkan dia merasakan yang sebanding."

Ketika Sanfiko Chen mendengar hal itu, hatinya pun jadi bergetar, namun dia hanya menghirup rokoknya dalam-dalam lalu mengangguk dengan pelan.

"Kamu istirahat dulu baik-baik. Mungkin tak lama lagi kamu hanya punya sedikit waktu untuk beristirahat. Di mana kamu tinggal sekarang? Apakah kamu ada uang?"

Sanfiko Chen memegang kartu bank berwarna hitam saat berbicara.

"Tuan Sanfiko, aku punya banyak uang. Dalam tiga tahun terakhir, aku telah menjalankan misi puluhan juta dan miliaran dolar dan tak ada tempat untuk menggunakannya. Aku menyewa sebuah rumah di galangan kapal tua di selatan kota, rasanya cukup bagus. "

"Hehe, bukan karena aku tidak rela mengeluarkan uang, Tuan Sanfiko, kamu tahu bila aku tak pernah terbiasa dengan tempat yang bagus."

Sanfiko Chen mengangguk.

"Kalau begitu kamu sendiri waspada, tunggu saja telepon dariku."

Dia memberikan sebatang rokok kepada Edwin Chen sebelum berbicara.

Keduanya duduk di sisi jalan sambil merokok, tanpa mengatakan apa-apa. Setelah selesai merokok, Edwin Chen berdiri dan tidak berkata apa-apa, dia dengan cepat berjalan menuju seberang jalan., tak berapa lama sudah memasuki lorong gelap.

"Selama bertahun-tahun, Edwin tidak mengubah wataknya yang keras kepala."

Sanfiko Chen pelan-pelan sudah memadamkan api dari rokoknya lalu kemudian perlahan berdiri, melihat Edwin Chen yang hilang, tidak bisa tidak mengingat kembali bayi yang ditinggalkan di sebelah tempat sampah sepuluh tahun lalu yang ditemukan olehnya dan Siregar Chen. Saat itu, jemari mungil Edwin Chen saat bayi yang memerah karena kedinginan menggenggam erat tangannya, tampaknya keras kepala ketika dia sudah mengetahui yang mana senjatanya.

Sanfiko Chen menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak sadar dia menyadari bila penembak jitu yang terkenal di dunia ini berumur kurang dari 20 tahun...

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu