Menunggumu Kembali - Bab 159 Ibu, Kamu Jangan Rewel, Inilah Sisa Uangnya

“Sanfiko Chen, sudah berapa kali aku memberitahumu. Aku tidak suka makan telur goreng, apakah kamu tidak bisa mengertinya, hah?”

Jovitasari baru saja terbangun membuka matanya dan langsung mendengar suara ibunya yang sedang memarah.

“Iya, kalau begitu aku akan membuat yang baru lagi untukmu…”

Sanfiko Chen juga sangat tidak berdaya. Biasanya, ibunya tidak akan pilih-pilih dengan sarapan yang dibuatnya, tetapi mengapa hari ini dia begitu memilih-milih makanan ya.

“Ibu, pagi hari begini, kamu lagi-lagi kenapa?”

Setelah mendengar suara ibunya, Jovitasari pun menjadi bersemangat. Tetapi dia baru saja terbangun dengan memakai baju piyamanya.

“Ada yang salah dengan diriku, hah? Jovitasari, apakah menurutmu Sanfiko Chen tulus melakukannya? Dia jelas-jelas tahu bahwa aku tidak makan gorengan di pagi hari. Lihatlah apa yang dimasakannya, bukankah itu berarti dia tidak ingin aku menikmati sarapanku, hah?”

Michael yang pada saat itu langsung memakan sarapannya di sana. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia pun tahu bahwa istrinya ini sengaja mencari kesalahannya Sanfiko Chen. Lagipula, karena kemarin mereka kembali larut malam, dia pun tidak punya kesempatan untuk melakukannya. "

"Ibu, jika ada sesuatu kamu makanlah, jika kamu tidak suka, biarkanlah Sanfiko Chen membuat yang baru lagi. Jika kamu beneran tidak bisa menahan, kamu bisa pergi keluar untuk makan... Tidak baik kalau terlalu berisik sepagi ini . "

Jovitasari sambil mengatakannya, sambil mengambil telur goreng yang diletakkan dimeja dan mulai memakannya.

“Baiklah, Jovitasari, jadi maksudmu sekarang aku sedang sengaja mencari masalah, bukan?”

Pada saat ini, Jovitasari sedang memakan sesuatu. Sebelum dia dapat mengatakannya, Sanfiko Chen pun segera menjelaskan: "Ibu, maksud Jovitasari bukanlah seperti itu ..."

“Tutuplah mulutmu. Aku sedang tidak mencari masalah denganmu. Sanfiko Chen ya, mengapa kamu harus berbohong dengan kami? Apakah menurutmu kamu bisa membohongiku hanya karena aku tidak bersekolah, hah?"

Hah?

Setelah mendengar ini, Sanfiko Chen pun sedikit tidak menanggapinya. Kapankah dirinya telah menipu ibu mertua ini?

“Ibu, aku…aku tidak membohongimu…aku…”

"Masih bilang tidak? Kalau begitu katakan kepadaku mengapa hanya terdapat 2 miliar di kartu bank. Awalnya aku tidak mempercayainya. Ketika semalam kamu mengatakannya, aku pun merasa bahwa kamu cukup jujur. Namun jujur saja, berapa banyak yang diberikan teman sekelasmu dan berapa banyak uang pribadi yang masih kamu simpan? Apa yang ingin kamu lakukan dengan uang simpanan sebanyak itu? "

Rita pun khawatir bahwa dia tidak memiliki kesempatan. Pada saat ini, ketika Sanfiko Chen mulutnya, dia pun sesaat otomatis mengikuti perkataanya untuk membalas pertanyaan tersebut.

Masalah ini telah dipikirkannya semalaman. Semakin dia memikirkannya, semakin dia merasa bahwa dirinya harus mengumpulkan semua uang yang dipegang Sanfiko Chen. Walaupun dia mengatakan bahwa uang tersebut telah diberikan oleh teman sekelasnya untuknya, tetapi uang ini adalah masalah kecil bagi para orang kaya. Tetapi itu adalah jumlah yang sangat besar bagi keluarga seperti mereka ini. Dan juga, Rita yang sekarang ini sangat ingin mengambil uang dari tangannya tersebut. Hanya dengan cara ini baru dapat membuatnya merasa nyaman.

“Aku…aku…”

“Ibu, apa yang sedang kamu lakukan. Bukankah kemarin aku sudah menjelaskan dengan sangat jelas, uang ini seluruhnya milik Sanfiko Chen, dan Sanfiko Chen sudah menyerahkan sisa 2 miliar kepadamu. Apa yang sedang kamu pikirkan lagi, hah?”

Jovitasari sudah tahu bahwa ibunya akan membahas masalah ini. Hatinya pun sesaat menjadi marah, Ibunya sunggih tidak masuk akal pada saat ini.

“Kamu diam. Sanfiko Chen, coba katakana, berapa banyak uang yang masih kamu sembunyikan?”

Sanfiko Chen pun melihat ibu mertua yang sengaja mencari masalah dengannya. Dia pun semakin yakin bahwa ibu mertuanya sepenuh hati punya maksud tertentu dan logikanya pun tidak ada taranya, dimana semuanya sama seperti yang kuduga.

“Ibu…aku… aku sekarang sungguh tidak ada uang lagi, dan aku juga telah menyerahkan sisa uangku kepadamu! Bukankah kamu yang menyimpannya untuk kami?”

“Huh, sisa uangnya? Jelas sekali dilihat bahwa kartumu adalah kartu baru dan kamu juga kebetulan menaruh uang seharga 2 miliar rupiah. Apakah kamu mengira aku tidak akan mengetahuinya? Sanfiko Chen, jika kamu tidak menyerahkan sisa uangmu, urusanmu denganku pada hari ini tidak akan selesai! Selain itu, aku dapat memberi tahumu dengan sangat jelas bahwa kamu jangan mencoba untuk membohongiku lagi. Aku bisa pergi ke bank untuk memeriksa informasi kartu ini. Jika kamu berani membohongiku lagi, aku menetapkan diri untuk mengusirkanmu dari rumah ini! "

“Ibu, ada apa denganmu? Bukankah Sanfiko telah memberikan uang ini kepadamu. Bahkan jika Sanfiko tidak memberikanmu uang, itu pun juga normal. Untuk alasan apa kamu meminta Sanfiko untuk menyerahkan kartunya, hah? IBu, perbuatanmu yang seperti ini sungguh keterlaluan! "

Jovitasari pun memarah, langsung berdiri sehingga tubuhnya menghadang Sanfiko Chen dan melihat ibunya.

“Aku keterlaluan? Jovitasari, aku sudah membesarkanmu hingga kau dewasa, pernahkah aku membuatmu memiliki kekurangan satu pun? Kamu lebih baik sekarang, memilih sembarangan pria yang kau temui di jalanan dan segera menikahinya, apakah kamu pernah mendapat persetujuan dari ibumu ini. Baiklah, tidak masalah dirimu yang sembrono itu pergi menikahi si sampah ini. Tapi lihatlah selama tiga tahun ini, masalah apa yang dilimpah keluarga kita ketika Sanfiko Chen kemari, apakah aku harus mengatakannya satu per satu, hah?”

“Jovitasari, seorang pria tidak boleh memiliki terlalu banyak uang. Sanfiko Chen ini sungguh tidak jujur dan menyembunyikannya dengan dalam. Biasanya, dia bahkan menggunakan uang kita untuk membeli sayur, dan dalam sekejap dia sudah memiliki uang sebanyak ini. Sanfiko Chen, hari ini aku akan memberitahumu bahwa jika kamu tidak menyerahkan semua sisa uangmu kemari, segera keluarlah dari sini…”

Michael yang di sisi lain telah menyelesaikan sarapannya. Kemudian dia berdiri dan bersiap-siap untuk keluar dari sini.

“Kamu duduklah! Michael, lihatlah putrimu ini… sekarang dia tidak menganggap kita dimatanya lagi. Jika ini diteruskan, suatu saat ketika kita berbaring di ranjang dan tidak bisa melakukan apa-apa, dia pun juga tidak akan datang menjenguk kita.”

“Ini adalah urusanmu dan mereka, aku tidak ingin ikut terlibat…”

“Duduklah! Jika masalah ini belum diselesaikan, tidak ada seorang pun yang diperbolehkan keluar dari sini!”

Rita pun mendobrak mejanya dan kemudian dengan dingin menatap ketiga orang tersebut.

“Hahh…kamu…”

Michael ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada saat ini, Rita memberikan pandangan yang memaksanya kembali duduk. Kemudian, dia pun menutup mulutnya dan kembali duduk tanpa mengatakan apa-apa.

"Ibu, kamu seperti ini tidak terlalu dictator, kah? Tidak masalah jika kamu yang memiliki keputusan akhir dalam keluarga ini, tetapi kamu tidak bisa mengurus kami seperti ini. Jika kamu seperti ini, maka aku dan Sanfiko akan keluar dari rumah ini sekarang juga!"

Melihat ibunya yang seperti ini, Jovitasari dalam hatinya merasa bahwa ibunya seperti ini mungkin karena menopausenya telah tiba, bagaimana mungkin dia bisa mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu.

“Baiklah, kamu biarkan Sanfiko Chen menyerahkan semua sisa uangnya. Aku pun tidak akan menghentikan kalian kalau kalian ingin keluar dari rumah ini.”

Rita pada saat ini merasa bangga, dia pun melihat Sanfiko Chen yang sedang berdiri disana dengan ekspresi yang tidak enak lihat. "Sanfiko Chen, aku tidak percaya bahwa aku tidak akan dapat menyingkirkanmu hari ini!" katanya dalam hati.

“Sanfiko, pergilah, jangan pedulikan dia. Mari kita keluar dari rumah ini!”

Saat dia mengatakannya, dia pun membalikkan badannya dan pergi ke kamar untuk membereskan barangnya. Dia pun berpikir untuk menyewa kamar kecil terlebih dahulu.

“Jovitasari…”

Sanfiko Chen dengan pelan menggenggam tangannya Jovitasari, dan kemudian menepuk punggungnya dan berkata, “Apakah kamu beneran bersedia untuk pindah dari sini denganku?”

Sebenarnya, Sanfiko Chen sebelumnya telah mempunyai pikiran seperti itu, tapi dia tidak pernah mengatakannya. Alasannya sangat mudah, jika Jovitasari tidak mengungkit masalah ini, maka dia juga tidak akan mengatakannya.

“Iya…”

Jovitasari tanpa berpikir mengangguk kepalanya.

Karena ibunya sendiri sungguh tidak dapat membuat orang merasa tenang, sungguh tidak masuk akal. Setelah tinggal bersama, setiap hari pun akan bertengkar dengannya.

“Baiklah, kalian juga bisa pindah keluar, tapi aku sedang tidak bercanda ya. Pertama, Sanfiko Chen harus menyerahkan sisa uangnya. Kedua, kalian berdua lain kali jangan pernah kembali lagi ke rumah ini, dan juga jangan pernah mengakui aku sebagai ibumu dan dia sebagai ayahmu!”

“Ibu… kamu…”

Jovitasati sungguh akan dibuat marah dan nangis oleh ibunya sendiri.

Michael yang sedang duduk di satu sisi pun merasa bahwa Rita benar-benar sedang mencari masalah, tetapi dia pun tidak mengatakan apa-apa dan hanya menggelengkan kepalanya.

“Ada apa denganku, hah?”

“……”

Jovitasari pada saat ini baru saja akan mengatakan sesuatu tetapi diapun dihentikan oleh Sanfiko Chen. Kemudian, Sanfiko Chen pun maju satu langkah dan menatap Rita yang berada di hadapannya. Sebenarnya, dari awal Sanfiko Chen pun tahu bahwa ibu mertuanya adalah orang yang angkuh, egois, dan suka mengambil keuntungan dari hal-hal kecil dan juga melakukan banyak hal yang lainnya. Dirinya tidak memiliki pendapat sendiri dan dia pun akan ikut terpengaruh dengan perkataan orang-orang.

Sebagian besar dari masalah ini pasti telah dikatakan oleh adik ipar, Nusrini, ke telinga ibu mertuanya. Jika tidak, ibu mertuanya tidak akan memeriksanya dengan teliti dan kemudian membuat onar seperti itu.

Sebelumnya, Sanfiko Chen telah mengabaikan masalah seperti ini. Tetapi, itu juga karena sebelumnya, si Kevin wijaya dengan sembarangan memberikan beberapa kartu kepadanya. Dia pun memikirkan untuk memberikan satu kartu itu kepada ibu mertuanya. Dia seharusnya dalam waktu singkat ini tidak hentinya mencarikan masalah untuk dirinya sendiri, tetapi dia tidak kepikiran bahwa akan dibuat ribut seperti ini.

“Ibu, ini adalah sisa uangnya. Kamu boleh pergi memeriksa detailnya. Passwordnya adalah ulang tahun Jovitasari.”

Dalam perkataannya, Sanfiko Chen pun mengeluarkan satu kartu bank dan menyerahkannya kepada Rita, kemudian dia pun membalikkan badannya dan masuk ke kamar.

“Sanfiko…Sanfiko…”

Jovitasari pun mengikuti Sanfiko Chen dari belakang dengan matanya yang berairan.

“Ibu, yang kamu berbuat sungguh keterlaluan…”

Jovitasari Berbalik dan memandang Rita dengan penuh amarah.

Rita pun mengambil kartu banknya dan kemudian melihat sekilas Sanfiko Chen yang membalikkan badannya dan berjalan masuk ke kamar. “Masih saja berani menipuku, huh!” katanya dengan senyuman sinis.

“Ini sungguh tidak masuk akal. Aish… kamu puas hah! "

Michael pada saat ini menghela napas yang panjang dengan wajah tidak berdaya.

“Kamu tidak usah ikut campur!”

Pada saat itu, Rita sekilas memandang Michael, yang duduk di sana dan mendesah. Kemudian dia mengambil kartu bank tersebut dan memasukkannya ke tasnya.

“Aku akan keluar ya…”

Kemudian dalam suasana hati yang baik, dia bernyanyi kecil, dan kemudian membukakan pintunya dan turun tangga…

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu