Menunggumu Kembali - Bab 235 Tidak tenang!

" hm!"

dikarenakan pistol kak Aji yang sudah melekat pada kepalanya, Lewis terpaksa menahan semua ketidaksenangannya itu.

" katakan.... siapa kamu? dari mana kamu berasal? untuk apa kamu ke Penang?"

suara Kak Aji sangatlah cuek dan dia sudah bersiap siap menekan pistol itu.

kak Aji tidak keberatan untuk membunuh langsung orang asing yang ada diPenang. jikalau dulu, mungkin kak Aji masih akan merasa ragu, namun siang tadi, Erwin datang ke Penang dan setelah dia mengetahui semua kejadian kemarin, dia langsung berkata kalau belakangan ini kota Penang tidak akan tenang. jika Aji menemukan orang asing, maka harus ditelusuri dengan jelas. jika tidak jelas dari mana asalnya, silahkan dibunuh terlebih dahulu agar tidak terjadi kembali kejadian yang sama seperti dulu dan mendatangkan ketakutan yang tidak ada gunanya.

kak Aji pun tidak lagi merasa ragu ketika mendengar perkataan Erwin ini.

lagi pula pria yang terus berkata ingin membunuh tuan Sanfiko ini juga tidak berdaya lagi jika ditembak.

" jangan tembak aku, akan aku katakan..."

Lewis sudah merupakan senior didalam bidang preman. dia juga sudah merasakan kalau sejumlah orang ini merupakan orang yang sejenis dengannya. awalnya Lewis tinggal dihotel ini karena sudah diatur oleh orang itu dan orang itu berkata kalau ini pastilah tidak akan merugikan dirinya. selanjutnya akan dijalankan sesuai alur...

disaat ini, Lewis terpaksa mengalah karena dia tahu dirinya akan mati tertembak jika dia masih bersikeras.

Lewis tidak berani bermain main dengan hal ini.

" aku bernama Lewis, aku berasal dari Jambi."

Jambi?

Kak Aji mengerutkan keningnya.

" untuk apa kamu datng ke Penang?"

" sukakku..."

namun sebelum Lewis menyelesaikan perkataannya, dia pun merasa kalau kepalanya ditekan dengan pistol yang berat itu.

'' aku datang ke Penang untuk berbisnis. ada yang mengatakan kepadaku kalau Penang merupakan pusat bisnis. jika aku mempunyai uang, aku bisa langsung bergabung dalam projek pembangunan di Penang ini. aku akan mendapatkan keuntungan yang lumayan banyak!"

mendengar ini, Kak Aji semakin mengerutkan keningnya. tatapan Sanfiko saat ini sangatlah mengerikan.

" phiak!"

melihat pandangan Sanfiko, kak Aji pun langsung menampar Lewis yang sedang berlutut itu dengan sangat kuat.

dia lalu mengarahkan pistol itu kedahi Lewis dan berkata :" aku beri kesempatan sekali lagi kepadamu. jujurlah, kalau tidak aku akan menembakmu!"

saat ini, Sanfiko pun berjalan kesamping Renard yang sedang menahan salah satu preman itu.

Renard tidak tahu apa yang ingin Sanfiko lakukan dan dia pun melepas preman itu.

Sanfiko berkata dengan datar :" apa yang kamu bisikkan kepada Lewis tadi?"

hanya Sanfikolah yang menyadari gerakan kecil itu, dan semenjak itu juga Sanfiko mulai mencurigai orang ini.

beberapa preman ini bukanlah rakyat Penang karena mereka tidak mungkin tidak mengenali Jovitasari jikalau mereka memang rakyat Penang.

dan juga ketika Sanfiko memukul Lewis tadi, seharusnya Lewis bisa membalas pukulan itu. namun bawahannya ini membisikkan sesuatu padanya dan membuat Lewis terdiam beberapa saat.

mendengar jawaban Lewis tadi, Sanfiko tahu dirinya harus mulai mencari semua jawaban ini dari bawahannya.

Sanfiko tidak begitu jelas dengan kekuasaan yang ada diJambi. namun apakah kedatangan para preman Jambi ini dan langsung berhasil mencari keluarganya hanya sebuah kebetulan semata?

Sanfiko pun merasa semakin tidak tenang ketika memikirkan ini.

" aku... aku tidak mengatakan apapun...."

boom!

bawahan Lewis itu belum menyelesaikan perkataannya dan langsung disepak oleh Sanfiko. badannya menghantam kearah dinding dan akhirnya terjatuh dilantai sambil muntah darah.

tendangan Sanfiko kali ini masih belum mengumpulkan tenaga. dia masih memberikan tendangan yang biasa.

setelah itu, Sanfiko pun mengulurkan tangannya perlahan.

Renard pun merebut sebuah pisau yang dipegang oleh salah satu bawahan Lewis dan memberikannya kepada Sanfiko.

Sanfiko pun mendekati bawahan Lewis yang sudah jatuh tak berdaya itu dengan perlahan.

setelah sampai didepan bawahannya itu, Sanfiko tidak mengatakan apapun dan langsung menusukkan pisau itu kebagian telapak tangan yang sedang ia gunakan untuk menahan lantai.

ah!

sebuah teriakan kesakitan dan mengalirlah sejumlah darah segar dari tangannya.

namun bawahan itu berusaha merangkak.

Sanfiko pun kembali berencana menusukkan pisau itu pada tangannya yang lain.

" akan aku katakan......"

teriak bawahan itu karena takut akan tusukan pisau itu yang akan menghancurkan kedua tangannya.

" karena aku tahu kamu adalah Sanfiko Chen, oleh karena itu aku menyuruh ketuaku agar tidak terburu buru melawanmu!"

apa?

Sanfiko merinding ketika mendengar ini.

disaat ini dia memandang Lewis dan tatapan mata Lewis sangatlah cuek. sangat jelas kalau dia sudah sangat ingin membunuh bawahannya itu sekarang juga.

" kamu mengenalku?"

Sanfiko pun menarik rambutnya lalu mengarahkan bagian wajahnya keatas.

jika dilihat dari ketakutan bocah ini dan darah yang ada, dapat dikatakan bahwa tendangan Sanfiko tadi lumayan kuat.

" aku... tidak mengenalmu. namun diruangan tadi, aku mendengar kalau mertuamu memanggilmu Sanfiko, oleh karena itu aku merasa kalau dirimu adalah Sanfiko Chen!"

Sanfiko pun mengangguk.

" kamu sangat pintar, apakah masih ingin hidup?"

orang itu mengedipkan matanya dengan cepat karena Sanfiko menahan kepalanya sehingga menyebabkan dirinya tidak bisa mengangguk.

Sanfiko hanya tersenyum datar, dia pun melepaskan tangannya dan langsung menggores leher pria itu dengan cepat.

semua orang diruangan itu terkejut, kedua mata pria ini pun melotot dengan besar dan akhirnya terjatuh kelantai dengan berlumuran darah..

" kamu...."

ekspresi wajah Lewis berubah drastis.

dia tidak menyangka kalau pria bernama Sanfiko Chen seseram ini.

Sanfiko pun menatap kak Aji yang mengarahkan pistol ke Lewis dan berkata :" kelihatannya kamu juga tidak ada apa apanya di Jambi sana? namun kamu memiliki mental yang kuat untuk datang mengangguku ke Penang. sekarang aku ingin bertanya kepadamu siapa orang yang kamu katakan tadi?"

sambil mengatakan itu, Sanfiko pun memainkan pisau pada tangannya dan dia terus memutarkan pisau itu.

namun orang seperti Lewis tidak memerhatikan itu.

" dan juga apakah semua masalah malam ini merupakan rencana orang itu?"

ketika kak Aji mendengar ini, wajahnya berubah dan keinginan membunuhnya semakin kuat.

sambil mengatakan itu, Sanfiko pun menghampiri Lewis dengan senyuman dan menepuk pundak kak Aji dengan pelan. kak Aji pun mengerti apa yang diinginkan oleh Sanfiko, dia langsung bergegas ke pinggir. namun dia masih saja mengarahkan pistol itu kearah Lewis walaupun sudah menjauh.

" kelihatannya orang ini memberikan keuntungan yang tidak sedikit bagimu?"

Sanfiko tersenyum datar dan dia juga memainkan pisau pada tangannya ketika mengucapkan itu.

dengan kecepatan kilat, Sanfiko sudah berhasil memotong salah satu telinga Lewis.

ah!

Lewis pun merasakan kesakitan yang luar biasa ketika telinganya terjatuh kelantai. dia berteriak kesakitan dan langsung memegang erat bagian telinganya. darah segar mengalir dari selah jarinya dan membuat seluruh telapak tangannya dilumuri darah.

" aku tidak tahu apakah keuntungan yang diberikan orang itu kepadamu lebih berharga dari nyawamu?"

sambil mengatakan itu, pisau Sanfiko pun sudah menyentuh bagian tenggorokkan Lewis. meskipun dia tidak melanjutkan, namun Lewis tidak berani menelan ludah dan hanya membuka matanya dengan besar, menahan semua kesakitan itu sambil menatap pria muda yang sedang tersenyum.

" kamu... benar benar merupakan Sanfiko Chen?"

tanya Lewis dengan tidak percaya.

Sanfiko mengangguk.

" kamu sudah boleh mengatakannya sekarang... setelah itu aku akan melepaskanmu pergi!"

Sanfiko menarik pisaunya perlahan dan bangkit berdiri.

" benarkah?"

Lewis benar benar takut. dia tidak menyangka tempat kecil seperti Penang ini terdapat orang yang sesadis ini.

kali ini dia sangatlah rugi.

" aku... aku tidak tahu nama orang itu. namun semalam dia meneleponku agar aku ke Penang hari ini. dia menyuruhku datang kesini untuk makan malam. setelah itu dia menyuruhku keruangan ini untuk menyelesaikan sedikit masalah."

kak Aji langsung meminta nomor teleponnya.

Lewis mengeluarkan ponselnya dan Renard langsung merebut dan melakukan panggilan dengan nomor yang ada pada riwayat panggilannya itu.

" ternyata nomor bajakan..."

" begitulah, orang itu meneleponku dengan nomor yang berbeda setiap kalinya. aku juga menerima panggilannya dengan tiba tiba. dia memberiku 20 miliar dan dia akan memberiku 20miliar lagi malam ini. aku pun menerima tawaran ini...."

Sanfiko mengangguk dan berkata :" cukup. kalian sudah boleh pergi..."

" terimakasih banyak..."

Lewis segera bangkit dan mengambil kembali telinganya itu. dia lalu menyuruh bawahannya yang lain untuk mengangkat bawahannya yang sudah meninggal itu untuk meninggalkan ruangan itu dengan cepat.

"Sanfiko..."

ketika kak Aji ingin berbicara,, tiba tiba ponsel berbunyi.

" ada apa dengan bekas luka itu?"

" apa..."

Sanfiko terkejut melihat bekas luka itu dan mengerutkan keningnya sambil berkata :" kenapa?"

" Sanfiko, Dodo yang kita temui tadi sudah meninggal!"

" cara matinya sama dengan kelima bawahan kita semalam, yaitu tewas dalam satu tusukan pisau!"

ekspresi wajah Sanfiko berubah ketika mendengar ini.

saat ini, Sanfiko mendaratkan padangannya pada sebuah lukisan yang ada diruangan itu. meskipun lukisan itu terlihat biasa, namun Sanfiko sadar bahwa terdapat sepasang mata ditengah lukisan itu yang sedang mengawasi dirinya.

perasaan ini membuat Sanfiko semakin merasa tidak tenang....

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu