Menunggumu Kembali - Bab 206 Dendam Ini Pasti Akan Ku Balas!

Eksrepsi yang buruk

Dari panik terakhir berubah menjadi menyeramkan.

Bang Naga botak yang disamping tampaknya tidak memedulikannya, dia mengangkat gelas the perlahan meminumnya dan berkata: “Apa yang terjadi?”

Nada bicaranya terdengar sangat tenang, seakan-akan sangat sulit untuk membuatnya merasakan kesulitan.

“Bukanlah masalah besar Bang Naga, terjadi sesuatu pada anakku Martin di Penang, Mary kamu temani bang Naga ya?”

Wanita cantik menawan yang memakai baju pelayan teh menganggukkan kepalanya.

Dia adalah wanita yang dengan sulit dipilih oleh Johanes dari keluarganya, juga sudah dilatih dari setahun lalu sebagai wanita yang khusus digunakan saat acara dari luar.

Jadi pastinya dia tahu jika bang Naga yang berada didepannya bukan orang biasa.

“Bang Naga, aku pergi ke kota Penang dulu, nanti setelah balik aku akan membawa bang Naga melihat-lihat Perusahaan Martin sekarang.

Bang Naga botak perlahan menganggukkan kepala, tetapi dia tidak berbicara sedikitpun.

Menurut dia, pasti masalah besar jika Johanes yang pergi sendiri, tetapi dia pun tidak bertanya karena Johanes tidak berkata apapun, karena menurutnya masalah yang tidak bisa diselesaikan Johanes tidak banyak. Awalnya dia datang untuk memperingati Johanes agar tidak menyinggung tuan muda saat melakukan sesuatu. Tetapi jika Johanes tidak tahu diri dan menyinggung tuan muda, maka bang Naga tidak akan memberinya kesempatan lagi, karena dia sudah menunggu telefon itu selama 3 tahun.

Melihat kepergian Johanes, Bang Naga mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

“Doeby, kamu kapan ke kota Penang?”

“Hahaha. Naga, kenapa kamu tidak bisa menahan lagi? Kali ini tuan sanfiko belum tentu bisa hadir, dia sudah menghubungi ku untuk menghadirinya, apakah kamu mau datang jalan-jalan di kota Penang lagi?”

“Mau… kenapa tidak, aku sekarang sedang di kota Purwokerto, naik kereta listrik akan sampai dalam 1 sampai 2 jam…”

Bang Naga botak tertawa besar.

Wajahnya dipenuhi dengan tawaan sambil memegang ponsel nokia yang sudah tua.

Wanita yang sedang membuat teh menjadi penasaran saat melihatnya.

Menurutnya kenapa orang hebat ini bisa menggunakan ponsel nokia yang sudah tua dan hampir rusak? Tetapi dia tidak berani bertanya dan dia hanya tetap saja membuat teh tanpa melihat ke arah lain.

“Oh iya, kamu lebih baik langsung beritahu Johanes agar anaknya tidak menyinggung tuan sanfiko, kalau tidak jangan salahkan aku jika Keluarga Martin hancur!”

“Aku sudah memberitahunya, tetapi tampaknya Johanes sekarang menjadi lebih sombong, aku dengar kabar jika dia sudah menjalin hubungan dengan keluarga Kitadara dari kota Nanjing, dan tidak tahu apa yang mau dilakukannya, yang penting aku sudah memberitahunya. Jika dia mau mendengar untuk melakukan sesuatu dengan rendah hati, jika dia tidak mau dengar, maka jangan salahkan kita lagi, lagipula aku juga sudah tidak terlalu senang dengan Johanes, jadi biarkanlah dia menderita dan mematikan semangatnya.”

“Haih, semoga belakangan ini Johanes bisa lebih rendah diri, menurutku tuan sanfiko melakukan rencana yang besar, tetapi kita hanyalah alatnya saja, jadi kita tidak tahu apa yang mau dilakukan tuan sanfiko?”

“Kamu jangan tebak apa yang direncanakan tuan muda lagi, dari awal kita sudah ditakdirkan sebagai alatnya.”

“Haha, tidak mikir lagi. Kamu ingat harus datang di acara mencari investor pembukaan lahan baru kota Penang, nanti aku pasti akan membuatmu bersembunyi dibawah meja.”

“Kamu? Hahaha…

Bang Naga botak mematikan ponsel setelah mengatakannya, kemudian mengangkat kepalanya melihat langit diluar jendela yang tampak sedikit mendung.

Bang naga terbaring di sofa yang lembut, tatapannya dipenuhi oleh kekhawatiran yang tidak terlihat oleh orang.

“Tuan muda, apa yang terjadi padamu 3 tahun lalu?”

Bagaimana kamu melewati 3 tahun ini.

Bang Naga botak mengambil ponsel nokianya yang sudah tua, kemudian melihat nama kontak “1” yang sudah tidak ada pergerakan selama 3 tahun, dan sebelumnya juga menghubunginya dengan nomor ponsel lain.

“Tuan muda, tidak perduli kamu mengalami kesulitan apapun, jika kamu mengatakannya, aku mati juga harus berdiri paling depan…”

Meratapi dengan pelan, mata bang Naga secara tidak sadar menjadi memerah.

Wanita tinggi yang membuat teh tidak berkata apapun, dia hanya membuat teh dengan serius. Berkali-kali dia membuang teh yang sudah dingin dan membuat teh baru.

…..

Kota Penang.

Di villa keluarga Bai.

“Rista, kenapa kamu mengurung dirimu didalam kamar. Ini ibu, cepat buka pintumu, ibu masuk melihatmu… kamu buka pintu…”

“Ada apa ibu?”

Reny dengan panik tidak berhenti mengentuk pintu.

Rista langsung mengurung dirinya didalam kamar semenjak dia pulang dengan gila.

Reny menjadi sangat marah setelah mengetahui masalah ini, tetapi dia tahu jika sekarang dia tidak bisa melakukan apapun. Dan karena Yusdi sedang tidak ada dirumah, yang bisa dia lakukan hanyalah menenangkan anaknya dulu.

“Rista… kamu tidak apa-apa kan?

Melihat Rista yang sudah merapikan rambut dan riasannya, Reny langsung memeluknya.

“Ada apa dengan ibu? Aku bisa ada masalah apa, aku tadi lagi melatih postur tubuhku, dan ibu lihat ini adalah perhiasan dan anting-anting yang diberikan oleh Martin, cantik tidak…”

Saat berbicara, Rista langsung memutarkan badannya didepan ibunya.

Liontin anting yang terdapat bercak darah tampak sangat cantik di telinganya.

Tetapi kini darah segar itu mengalir dari telinganya ke lehernya yang putih, sehingga terlihat sangat aneh.

“Rista…”

“Ibu, kamu cepat keluar. Waktu aku yoga sudah mau sampai, aku berharap tidak ada orang yang menggangguku disaat aku latihan yoga, kamu cepat keluar!”

Saat ini Reny langsung didorong keluar oleh Rista, sehingga Reny tidak dapat menahan air matanya lagi.

“Rista… aku….”

Boom!

Tetapi saat Reny mau mengatakan sesuatu, dia sudah terdorong keluar.

“Ibu… Rista dia…”

“Haeh…”

“Kenapa masih tidak bisa terhubung dengan ponsel ayahmu?”

Tatapan Reny sekarang seketika dipenuhi dengan kemarahan.

“Tetap tidak ada yang menjawab…”

“Yusdi bangsat, terjadi masalah besar dirumah, dia masih bisa bermain-main diluar, jangan kira aku tidak tahu hal yang kamu lakukan diluar!”

“Ibu, ayah sebelumnya sudah bilang jika beberapa hari ini dia punya masalah penting yang harus dikerjakan diluar.”

“Sibuk beberapa hari? Masalah yang penting, sekarang ada masalah apa yang lebih penting dari Rista, ada masalah perusahaan apa sekarang. Dan aku sudah mengerti semuanya dari kejadian hari ini, Jovitasari dari awal sudah merencanakan untuk membuat kita sekeluarga keluar dari perusahaan.”

Kini Yogi juga sangat marah, teringat Sanfiko Chen yang sedang bangga dengan dirinya dan tampaknya tidak menganggapnya sedikitpun membuat dia semakin emosi.

“Ibu, semuanya salah si Jovitasari dan Sanfiko Chen itu, jika bukan karena mereka 2, kita dan Rista tidak mungkin akan menjadi seperti sekarang. Semua ini adalah ulahnya sepasang berengsek ini, kita tidak boleh mengampuni mereka!”

“Jovitasari, Sanfiko Chen… aku akan mematikan kalian!”

Tatapan Rita dipenuhi dengan kedendaman, kemudian dia mengambil ponsel dan menghubungi Yusdi.

Kali ini ada yang menjawab ponselnya.

Yusdi yang menjawab telefon terdengar sangat lelah.

“Kenapa? Ada apa?”

“Yusdi, kamu mati sampai mana saja, apakah kamu tidak tahu jika ada masalah besar yang terjadi dirumah, sekarang kita sudah tidak bisa berada diperusahaan, perusahaan semuanya sudah dikuasai oleh sekeluarga Jovitasari. Tetapi kita… Rista kita… Rista sudah menggila, dan Sanfiko Chen juga menyerang Yogi, kamu… kamu tahu tidak jika sekarang kita tidak bisa lanjut hidup lagi… apa yang sedang kamu lakukan sebenarnya!”

Kali ini ekspresi Yusdi langsung berubah drastis dari dia yang masih lemah, dia langsung duduk di ranjang rumah sakit.

“Apa yang kamu katakan? Rista… sudah gila?”

“Siapa yang melakukannya?”

“Masih ada siapa lagi, semua ini dipaksa oleh Jovitasari dan Sanfiko Chen yang berengsek itu. Aku tidak perduli menghabiskan berapapun, kamu langsung cari mereka, mereka 2 harus mati! Aku harus membuat mereka mati….”

Mendengar suara jeritan diponsel, Yusdi hanya merasa sekujur tubuhnya sedang bergetar.

Dia juga merasakan kemarahan yang sama.

Matanya memerah, kedua genggamannya mengerat saat melihat kedua kakinya yang sudah di amputasi dan diganti dengan kaki palsu.

Kebencian sudah memenuhi hatinya!

“Sanfiko Chen! Beraninya kamu menyentuh anak perempuanku, aku Yusdi tidak akan mengampunimu! Kamu tunggu saja… dendam ini akan ku balas, pasti akan ku balas.”

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu