Menunggumu Kembali - Bab 66 Orang Tidak Berguna, Berani-beraninya Kamu Menutup Teleponku

"Sudahlah, jangan katakan apa-apa lagi. Kali ini adalah waktu yang paling kritis dan paling penting bagi perusahaan. Jika kamu tidak melakukannya, aku bisa membiarkan orang lain untuk melakukannya. Lagi pula, kontrak ini awalnya dinegosiasikan oleh Jovitasari jika kamu tidak ingin melakukannya, aku akan menyerahkannya kepada Jovitasari. Tetapi jika nanti kamu diusir, jangan salahkan aku yang menjadi ibu mu ini tidak mengingatkan mu.

Puspita melihat putranya yang sangat tidak termotivasi itu, dia pun merasa kesal.

"Bu, aku akan segera melakukannya, tenanglah aku akan melakukannya dengan sangat baik!"

Mendengar apa yang dikatakan Puspita barusan, Yusdi ketakutan.

Ia langsung memberikan putusan.

"Yah, Ibu tahu bahwa kamu adalah orang yang sangat cakap. Pergilah, sekarang bisnis keluarga kita telah mencapai di titik perubahan besar. Jika kita dapat menangkap kesempatan kali ini, itu akan membuat Perusahaan Tianbai lepas landas lagi, tetapi jika kita tidak dapat menangkapnya, maka mungkin kita akan ... "

"Bu, aku sudah tahu! Kalau begitu aku akan bersiap-siap ... Tubuhmu tidak begitu baik, istirahatlah lebih awal!"

Setelah mengatakan itu, Yusdi berbalik dan meninggalkan ruangan.

Puspita sedang duduk di sofa empuk, saat ini, dia lebih tahu akan situasi perusahaan daripada siapa pun. Sekarang di pengembangan distrik baru mereka telah ditendang keluar. Beberapa saluran penting telah terputus. Ini sangat jelas. ada seseorang yang sengaja melakukan itu kepada keluarga Bai, ketika Puspita masih muda, dia juga menggunakan berbagai cara untuk keluar dari konspirasi semacam itu, tentu saja ia tahu bagaimana cara melawannya.

Jika Industri Sorgum Sanjaya tidak dalam kendali, mungkin dia benar-benar akan sakit kepala, tetapi dia memiliki Industri Sorgum Sanjaya dan kontrak kerja sama yang ditandatangani dengan Industri Bir Sumedang.

Dia bisa dikatakan masih belum begitu takut.

Tunggu besok setelah menyelesaikan perbaikan persyaratan Industri Sorgum Sanjaya sesuai dengan persyaratan kontrak, begitu Industri Bir Sumedang menyuntikkan modal ke mereka, Industri Sorgum Sanjaya akan hidup kembali. Pada saat itu, bahkan Perusahaan Tianbai akan memperoleh banyak manfaat dari Industri Sorgum Sanjaya.

Mengenai siapa yang berada di balik semua itu, Puspita sekarang tidak terburu-buru untuk mencari tahu nya, karena begitu perusahaan Tianbai pulih, orang ini pasti akan beraksi lagi, dan nanti Puspita tidak akan pernah sungkan lagi padanya.

...

Hari berikutnya, di ruang konferensi Industri Sorgum Sanjaya.

Pagi-pagi sekali, Rista telah mengatur seseorang untuk membersihkan ruang rapat.

Karena masalah kontrak kemarin, banyak kerabat keluarga Bai datang ke sana sejak awal.

Meskipun saluran perusahaan Tianbai terputus, dan ditendang dari pengembangan area distrik baru lalu ia membuat peringatan, tetapi pada kenyataannya hal besar seperti itu terjadi, jangan bilang semalam, hampir seluruh keluarga Bai dalam waktu singkat tahu akan masalah itu, mereka hanya saja tidak mengatakan nya keluar.

Ketika tempat duduk kantor Industri Sorgum Sanjaya kecil itu telah dipenuhi, Puspita datang dengan dituntun oleh Yogi.

"Semuanya sudah datang ..."

Orang-orang di ruang rapat bergegas bangkit.

Ketika di sana sedang mengadakan rapat untuk membahas kerja sama khusus antara Industri Sorgum Sanjaya dan Industri Bir Sumedang, Yusdi yang mengenakan jas memegang hadiah yang disiapkan dengan baik olehnya, berdiri di pintu clubhouse terkenal di tepi Sungai Xiangjiang.

Dalam beberapa hari terakhir ini, karena kantor Industri Bir Sumedang di kota Penang sedang direnovasi, jadi clubhouse ini baru dibuka untuk digunakan sementara sebagai area kantor.

Yusdi berjalan ke tempat yang sepi ini, dan ketika dia ingin bertanya, dia dihentikan oleh seorang pelayan yang tampan dan ia berkata jika ingin bertemu dengan Presdir Luiz ia harus menunggu sebentar, karena Presdir Luiz sedang beristirahat.

Yusdi tidak punya pilihan selain duduk dan menunggu ...

Di sisi lain, banyak rincian kerjasama telah dibahas bersama di ruang konferensi Industri Sorgum Sanjaya. Semangat orang-orang ini telah melipatgandakan hari ini. Bagaimanapun, orang-orang ini tahu bahwa Proyek Industri Sorgum Sanjaya sekarang dapat membalikkan kondisi perusahaan, dan yang lebih penting adalah, proyek ini bisa membuat mereka mendapatkan banyak manfaat darinya.

"Kenapa Yusdi masih belum kembali?"

Pada saat ini, Puspita sedikit mengerutkan keningnya, ia langsung mengambil teleponnya dan menelepon Yusdi.

Yusdi sudah duduk di sana untuk waktu yang lama dan tidak dapat bertemu dengan Luiz. Dia didesak oleh panggilan telepon dari rumah, itu membuat Yusdi kebingungan. Akhirnya, dia menerobos masuk, tetapi ia dihentikan oleh beberapa penjaga keamanan. Sekretaris Luiz langsung keluar dan memberi tahu Yusdi, kalau tidak ingin mengakhiri kerja sama ia harus mengikuti persyaratan kontrak sebelumnya..

Setelah mengatakan itu, tidak peduli apa yang dikatakan oleh Yusdi, mereka langsung mengusir Yusdi keluar.

Yusdi yang berdiri di sisi jalan, menahan amarahnya dalam hati, tetapi ia juga tidak ada cara lain ...

"Apa yang kamu katakan? Yusdi, apakah kamu bercanda?"

Tidak ada cara lain, Yusdi tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikannya, dan semakin lama masalah ini ditunda, semakin besar kemungkinan seluruh kerja sama dibatalkan, dia terpaksa mengatakannya.

"Bu, aku tidak bercanda. Presdir Luiz mengatakannya kemarin. Aku sama sekali tidak bertemu dengan Presdir Luiz hari ini. Sekretaris Presdir Luiz lah yang mengatakan itu padaku, masalah ini ..."

Pha!

Di depan semua orang, Puspita menampar Yusdi tanpa sedikitpun peringatan.

"Bu, aku ..."

"Jangan katakan apa-apa lagi, segera cari Jovitasari untuk membahas masalah ini. Jelas sekali Presdir Luiz sangat kesal karena kita tiba-tiba mengubah orang yang bertanggung jawab atas kerja sama ini."

"Selain itu, skema kerja sama yang kita diskusikan sebelumnya tidak layak, semuanya harus dilakukan sesuai dengan kontrak."

Semua orang di tempat ingin mengatakan sesuatu, namun pada saat ini mereka tidak bisa mengatakan apa-apa.

"Bu, apakah benar kita harus menyuruh Jovitasari untuk terus mengambil alih proyek ini?"

"Ya, nenek, Industri Bir Sumedang telah menandatangani kontrak dengan kita, bisakah mereka menyesalinya?"

"Dasar, jika kamu tidak bertengkar dengan Jovitasari kemarin, akankah situasi hari ini menjadi begini?"

Puspita menatap dingin Yusdi yang berdiri di sana dengan ekspresi yang kompleks.

"Kamu tangani masalah ini dengan baik. Kamu harus meminta maaf kepada Jovitasari secara langsung, dan biarkan dia yang bertanggung jawab atas masalah ini. Jika kerja sama ini gagal, aku akan menendangmu keluar dari keluarga Bai terlebih dahulu!"

"Ah ..."

"Bu, bu ..."

Mendengar ini, Yusdi merasa gemetaran, dia bergegas ingin menjelaskannya, tetapi Puspita tidak memberinya kesempatan itu, ia meninggalkan ruang konferensi dengan dituntun oleh asistennya.

"Ada apa ini, Jovitasari tidak datang ke pertemuan hari ini, dan nenek menyalahkan aku ..."

"Apakah aku salah?"

Pada saat ini, Rista sangat sedih, ia menahan amarahnya, kebenciannya terhadap Jovitasari semakin mendalam.

"Huh ... Yusdi, hal ini kamu memang tidak melakukan nya dengan baik."

"Kamu merebut kontrak yang begitu sulit di dapatkan oleh Jovitasari, huh ... aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya ..."

"Ketua sekarang sedang marah. Kalian jangan menganggap nya serius, sebenarnya, ini juga bukan masalah besar, kamu hanya perlu meminta Jovitasari untuk membahas kontrak ini lagi ..."

Sekelompok kerabat sedang berjalan keluar dari ruang konferensi sambil berbicara.

"Yah, mereka semua adalah bajingan yang hanya bisa melihat uang. Mereka mengatakan mereka berdiri di pihak kita sebelumnya, dan sekarang mereka semua ingin kabur!"

Rista melihat ekspresi mereka yang tampaknya seperti menghibur, tetapi sebenarnya mereka adalah kerabat yang sedang menertawakan mereka.

"Itu semua karena Jovitasari, jika bukan karena dia, bagaimana kita bisa seperti ini!"

"Aku tidak tahu ramuan apa yang diberikan Jovitasari ke Presdir Luiz."

"Pasti ia sudah tidur dengan Presdir Luiz, presdir Luiz itu juga bukan orang yang baik, tetapi aku tidak menyangka bahwa barang murahan seperti itu bisa menandatangani kontrak sebesar itu."

Yusdi mendengar perkataan putrinya, dan api dalam hatinya juga menjadi besar.

Segera ia mengeluarkan ponselnya dan memutar nomor telepon Jovitasari.

Jovitasari yang sedang bersandar di sofa dan melihat dokumen-dokumen, berlari ke Sanfiko Chen ketika dia melihat panggilan telepon itu "Ayah kedua menelepon."

"Kamu angkat!"

Jovitasari mendorong ponselnya ke arah Sanfiko Chen ...

Sangat jelas, ia tahu masalah apa yang terjadi, tetapi dia tidak ingin berbicara dengan Yusdi, dia merasa jengkel ketika dia mendengar suara nya.

Sanfiko Chen langsung mengangguk, lalu mengangkat telepon itu.

"Jovitasari, segera datang ke perusahaan. Ada hal yang sangat penting!"

Begitu telepon tersambung, terdengar raungan keras dari sisi lain telepon.

Karena Sanfiko Chen membuka speaker, Jovitasari mendengar itu dengan sangat jelas.

"Apakah ada yang terjadi di perusahaan?"

Jovitasari berkata dengan suara yang hanya bisa dia dan Sanfiko Chen dengar.

Sebenarnya, Sanfiko Chen sudah tahu bahwa panggilan itu akan datang. Dia langsung menyeringai dan kemudian berkata: "Siapa kamu?"

Hanya satu kata, itu membuat Yusdi yang berada di sisi lain telepon, yang awalnya ingin marah padanya, tiba-tiba tersedak.

"Tidak bicara? Jika tidak bicara aku akan menutup teleponnya ..."

Ketika ia selesai mengatakan itu ia bersiap untuk menutup teleponnya.

"Aku Yusdi, kamu siapa?"

Yusdi tertegun seketika, apakah ia salah menelepon orang?

"Sanfiko Chen."

Mendengar perkataan Sanfiko Chen, Yusdi terkejut seperti tersambar petir

"Kamu orang yang tidak berguna, segera berikan ponselnya ke Jovitasari!"

"Uh!"

Sanfiko Chen hanya mengeluarkan suara uh, lalu ia langsung menutup teleponnya.

"Parah, berani-beraninya dia di depanku ..."

Toot ...(suara telepon ditutup)

Ketika Yusdi sedang berbisik pelan, suara sibuk terdengar di telepon.

"Orang yang tidak berguna ini, berani-beraninya ia menutup teleponku!"

Yusdi marah dan mengepalkan tinjunya, ekspresi wajahnya dingin dan sangat menakutkan.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu