Menunggumu Kembali - Bab 116 Lebih Baik Naik Mobil Aki Tertawa Bahagia

Apa?

Pada saat ini karena panggilan "Sanfiko" keluar dari mulut Jovitasari, sekejap semua mata menuju pada Sanfiko Chen yang baru saja mencabut kunci mobil dan keluar.

Ini membuat Sanfiko Chen seketika sedikit terkejut.

Apa yang terjadi?

Sebelumnya Jovitasari telah memberitahu Sanfiko Chen bahwa dirinya akan pergi bersama Nusrini ke Totem Square untuk membeli pakaian, oleh karena itu Sanfiko Chen berpikir untuk sekalian menemani Jovitasari melihat-lihat pakaian, lalu mengendarai mobil ke sini.

Namun baru sampai pintu masuk sudah sangat macet, untungnya ia mengendarai mobil aki usang, melihat sedikit rongga saja bisa lekas nyerobot dan langsung sampai di tengah kerumunan Totem Square.

Karena persiapan Billy yang begitu mengesankan, jadi orang-orang yang melihat keramaian mulai mengelilinginya, sebelum Sanfiko Chen datang, ia tidak sadar bahwa yang berdiri di atas panggung berbentuk hati itu adalah Jovitasari.

Ketika melihatnya, ia sangat terkejut.

"Jadi ini suami wanita cantik itu?"

"Jangan-jangan hanya orang bayaran saja..."

"Iya deh, ini beda sekali dengan apa yang aku bayangkan..."

"Ini nih menantu miskin itu, benaran biasa banget, kecuali wajahnya memang lumayan tampan, selain itu tidak ada apa-apanya!"

"Ngendarain mobil aki butut begitu lagi, pakaiannya juga hanya kaos tanah abang! Ini benaran gak lucu!"

...

Suara-suara gosipan itu mulai merebak, tepat di tengah perbincangan kerumunan di sana, Jovitasari sudah turun dari panggung berbentuk hati itu dan berlari menuju ke arah Sanfiko Chen.

Pada saat ini Billy yang mengenakan semua pakaian bermerek meremas erat buket mawar itu, kedua matanya berkobar api amarah, namun ia dengan lagak meremehkan ikut turun dan mengejar Jovitasari dari belakang.

"Lu ngapain ke sini? kenapa sih dimana-mana ada lu!"

Tepat pada saat Jovitasari baru sampai di hadapan Sanfiko Chen, sekejap dihalang oleh Nusrini yang penuh amarah, ia berbalik berhadapan dengan Sanfiko Chen dan mulai memakinya.

"Nusrini... Kamu minggir..."

"Kak..."

"Kak, apa sih baiknya Sanfiko Chen, seharian tahunya cuma ngendarain mobil aki usang itu kemana-mana, apa yang sudah ia perjuangkan untuk keluarga kita? bukan hanya tidak membantu, tapi malah buat susah keluarga kita!"

Nusrini sambil berkata sambil mempelototi Sanfiko Chen dengan dingin:"Eh kamu, cepatan pergi dari sini!"

Sanfiko Chen memandangi adik iparnya, ia justru menyeringai tipis:"Kalau aku tidak pergi?"

Selepasnya, Sanfiko Chen tidak memperdulikan Nusrini sama sekali, kemudian ia melangkah maju sampai ke hadapan Jovitasari.

"Kamu..."

Melihat Sanfiko Chen tidak peduli dengan penghinaan yang sudah ia lakukan, Nusrini semakin memanas.

"Jovita, apa yang terjadi?"

Saat mendengar pertanyaan Sanfiko Chen, orang-orang di sekitar hampir tidak bisa menahan rasa geli.

"Sanfiko, kamu dengarkan aku..."

"Sanfiko Chen, pas sekali kamu datang, hari ini aku terang-terangan memberitahumu, adik ipar sudah memberitahuku, Jovita akan segera menceraikanmu, mulai dari sekarang aku yang akan menjaga Jovita, membuatnya bahagia."

Di tengah pembicaraan itu, Billy dengan wajah penuh senyuman sekali lagi menyerahkan buket mawar yang ada di tangannya untuk Jovitasari.

Namun sayangnya kali ini Jovitasari mengabaikannya sama sekali.

"Jovita, hari ini adalah hari ulang tahunmu, aku spesial memilih hari ini untuk menembakmu, demi memberitahumu, demi kamu, aku Billy bersedia merelakan segalanya demimu, aku tahu kamu suka membuat kosmetik, bahkan ingin memiliki merek kosmetikmu sendiri suatu hari nanti, demi itu aku membeli Perusahaan beauty sheng untukmu."

"Kamu dasarnya ialah sekuntum bunga mawar yang indah. sudah seharusnya kamu tumbuh di tengah taman bunga yang berkelas, sudah seharusnya hadir orang yang khusus untuk merawatmu. Jovita, aku sungguh mencintaimu, mulai dari masa SMA saat pertama kali aku melihatmu dan sampai detik ini, sudah sepuluh tahun, tidak pernah ada waktu aku tidak memikirkanmu."

Saat mengatakannya, Billy dengan dingin menyerahkan buket bunga di tangannya sekali lagi.

"Coba kamu lihat, aku khusus memilih sebelas kuntum bunga mawar, yang berartikan kita sudah mengenal selama sebelas tahun, aku pasti akan menjagamu dengan sepetuh hati!"

Wow.

Romantis sekali!

Bahagia sekali!

Mungkin inilah yang dinamakan cinta.

Para wanita dan pria yang hadir di sana satu per satu seperti idiot yang mabuk cinta memandangi Billy yang tinggi dan tampan, yang pakaiannya serba bermerek.

"Kak, kamu terima saja Billy, kamu tahu gak Billy sudah susah-susah mempersiapkan ini semua demi menembakmu? apalagi sekali tembak saja sudah menghadiahkanmu perusahaan seharga1,6 triliun masih ada vila dan mobil mewah, kak, cepatan kamu terima!"

"Apa sih yang kamu ragukan lagi, ia jauh lebih baik dari sampah ini, coba kamu perhatikan sampah ini, bagaimana bisa dia memberimu kebahagiaan, ia bahkan tidak sebanding dengan kelingking jari tangan Billy."

Kali ini orang-orang yang mengerumuni juga ikut membujuk Jovitasari.

"Benar, Kakak Bai, apa enaknya bersama dengan sampah itu, Direktur Huang begitu mencintaimu, kamu lari saja dengannya!"

"Kamu dan Direktur Huang barulah pasangan yang ditakdirkan sejak lahir... Apalagi, pria mobil aki ini sungguh tidak sepadan denganmu..."

Sanfiko Chen terdiam kali ini.

Namun sebenarnya dalam hati ia merasa sangat tidak nyaman, dari dulu ia tidak pernah menganggap Billy itu ada, namun malahan tidak pernah terpikir olehnya di hari ulang tahun Jovita hari ini ia mempersiapkan panggung sebesar ini, ternyata cukup menarik.

Jovitasari yang pada saat ini melihat seringaian tipis di wajah Sanfiko Chen, ia tahu jelas bahwa ini berarti Sanfiko benaran marah.

Kali ini ia terburu-buru berjalan menuju arah Sanfiko Chen, kemudian ia menggenggam tangan Sanfiko Chen:"Billy, terima kasih karena sudah mempersiapkan semua ini untukku, tapi aku sudah punya suami, sebelumnya aku sudah pernah memberitahumu, kami sangat bahagia. Aku juga berharap kamu segera menemukan kebahagiaanmu!"

Hah?

Orang-orang di sana tercengang sekali lagi.

Pada saat ini Nusrini berdiri di sana, menatap wajah Sanfiko Chen yang tersenyum nakal, seketika amarahnya memuncak, saat melihat wajah kakaknya sendiri yang merona merah, dalam hati ia tidak pernah terpikir bagaimana bisa kakaknya sendiri berbuat seperti itu.

"Sanfiko Chen, kamu lepaskan Jovita sekarang juga, kalau tidak aku tidak akan segan-segan lagi terhadapmu!"

Billy marah besar dan murka!

Penolakan dua kali oleh Jovitasari, sama saja dengan tamparan memalukan baginya.

Pada saat ini Billy tidak punya pilihan lagi, ia hanya bisa melampiaskan semua amarahnya pada Sanfiko Chen.

Raut wajahnya mendadak berubah.

Namun Sanfiko Chen kali ini tidak memperdulikan Billy sama sekali, ia hanya memandangi Jovitasari yang mendekatinya:"Ayo pergi, aku masakan mie untukmu."

Hah?

Mendengar hal ini, orang-orang di sana lebih tercengang lagi.

Bahkan Jovitasari saja mulai merona merah.

Apa yang dikatakan Sanfiko Chen ini?

Pada saat ini Sanfiko Chen tampak cuek dan menarik Jovitasari berjalan ke arah sebelah maserati baru tersebut, kemudian mereka langsung naik ke mobil aki yang sudah agak butut dan mencolokan kuncinya.

"Jovita, ayo, kita pulang, aku masakan kamu mie panjang umur!"

Jovitasari mengangguk kali ini, ia malu-malu seperti seorang istri yang imut.

"Jovita..."

"Kak..."

Namun Pada saat ini Jovitasari berpura-pura seperti tidak mendengar dan naik ke dalam mobil, kemudian ia mengulurkan tangannya yang putih itu dan merangkul pinggang Sanfiko Chen.

"Sudah siap?"

"Iya..."

Dialog yang biasa dan sederhana.

Jovitasari kali ini berbaring di punggung Sanfiko Chen, dan tersenyum... senyumannya sangat manis dan menawan, senyumannya membuat para wanita di sekitar yang menyaksikan bercucuran air mata.

"Iri sekali..."

"Coba kamu lihat dia tersenyum bahagia seperti itu... itu adalah senyuman saat merasakan cinta!"

"Iri banget, walaupun gak punya vila ataupun mobil sport, tapi hanya dengan mobil aki butut, aku juga rela bersamamu."

"Gak tahan, aku mau nangis..."

Ketika itu Nusrini yang berdiri di sana, menyaksikan mobil aki usang yang melewati celah kemacetan itu, seketika ia marah sampai mengentak-entakkan kakinya!

"Sanfiko Chen sialan, kamu tunggu saja! Aku akan balas dendam padamu!"

Saat ini, yang paling memalukan dan marah besar tidak lain adalah Billy.

Ia terpaku di sana, yang awalnya sangat bergairah, merasa dirinya sudah memenangkan kupon hadiah utama, namun sekarang ia malah hancur berantakan di tengah perbincangan kerumunan.

Ia meremas erat bunga mawar dalam genggamannya, mawar itu hampir diremas hancur olehnya.

Ia berdiri di sana, menyaksikan Sanfiko Chen dan Jovitasari menghilang tidak di kejauhan, sekejap tangannya menggenggam tinju erat, kilatan matanya penuh aura ingin membunuh.

"Direktur Huang..."

Seorang pria paruh baya yang memakai jas hitam berdiri di sampingnya, ia juga sadar situasi sekarang sangatlah canggung, namun ia juga tak punya pilihan untuk naik ke atas panggung dan mengingatkan bosnya sendiri bahwa Direktur Huang tidak seharusnya berdiri di sini lagi.

"Pergi!"

Billy menatap Nusrini dengan wajah yang sama penuh kemarahan berdiri di samping, kemudian ia menghempaskan buket mawar di tangannya ke bawah lantai dengan kasar, lalu ia berjalan menuju ke maserati baru itu, detik selanjutnya maserati itu menghilang dengan raungan kemarahan di persimpangan.

Setelah itu kemacetan mobil yang ada di luar sana baru mulai merenggang perlahan...

Billy yang mengendarai maserati menelepon seseorang.

"Sanfiko Chen, kamu benaran tidak berguna, sampah, berani-beraninya merebutkan Jovita denganku, akan aku buat kamu menyesal!"

"Apalagi Jovitasari, kamu hanyalah seorang PSK, kamu pikir kamu bisa melarikan diri dariku, wanita manapun yang aku suka, tidak satupun berhasil lari dari genggaman tanganku!"

Saat Billy melihat kerumunan orang perlahan bubar di Totem Square dari balik jendela kaca mobilnya, matanya penuh dengan kilatan rasa dendam, ia benar-benar membuang mukanya secara habis-habisan hari ini, tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa Jovitasari bahkan menolaknya terang-terangan, apalagi ia masih sengaja bercumbu dan bercinta dengan si sampah itu di hadapannya.

"Hehe, kamu ingin jadi wanita yang tertawa bahagia di atas mobil aki itu? Aku justru ingin lihat kamu bisa bertahan berapa lama!"

Billy menutup jendela kaca mobil maseratinya, kemudian telepon terhubung.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu