Cinta Yang Dalam - Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput

Neva menggigit bibirnya dengan erat, tidak membiarkan kesedihan di dalam hatinya terlihat jelas, tapi Julia tidak akan melepaskan sedikit pun kesempatan untuk membuat hatinya bertambah hancur.

"Bercanda, Julia, jika kamu benar-benar ingin menjadi Nyonya Muda Tirta, langsung katakan saja dengan Gandi." Kata Neva dengan tenang.

Julia terpukul dengan kata-kata ini, jika Gandi begitu mudah dibohongi, dia pasti sudah lama menjadi Nyonya Muda Tirta.

"Neva, apa yang bisa kamu lakukan selain menjadi pembicara yang baik? Saat ini masih saja menunggu orang, bukankah kamu menunggu seseorang datang untuk menjemputmu?"

Kata-kata Julia penuh dengan singgungan.

Ketika Ibu Tirta menelepon Gandi, kebetulan Julia sedang berada di depannya, dia baru selesai pemotretan dan Gandi membawanya pergi makan.

Dia tidak tahu apa yang dikatakan Ibu Tirta, hanya melihat ekspresi tenang Gandi, dan mengatakan baiklah.

"Yang kamu bilang benar, tunggu suamiku datang menjemputku." Kata Neva pelan.

Tiba-tiba Julia tertawa, tawa yang sangat keras, lelaki di pintu parkir pun melihat kemari, dan langsung dipelototi ganas oleh Lexi lalu berkata: "Lihat apa lihat?"

Melihat pakaian mewah yang dikenakan orang itu, orang yang datang ke sini, matanya begitu bersinar, dan dia langsung bergegas pergi.

"Cepat, cepat, cepat telepon … suamimu, aku juga ingin melihat, sebenarnya siapa suamimu yang sangat baik padamu?" Julia hanya kurang menggambarkan Gandi yang tidak bisa datang di wajahnya saja.

Neva menghela nafas dalam hati, jika tahu sejak awal akan begini bagaimanapun juga dia tetap akan menolak perkataan Ibu Tirta.

Sekarang mobilnya telah diletakkan di tempat asosiasi, dan dia dipersulit oleh Julia, benar-benar serba salah.

Dia mengeluarkan ponsel, mengabaikan senyum Julia yang terus mengejeknya, dan menelepon Gandi.

Sebenarnya dia telah siap untuk Gandi yang tidak mengangkat teleponnya, bagaimanapun dia berada di tempat Julia, takutnya ketika Ibu Tirta meneleponnya, dia sudah menemukan alasan baru untuk mengatakan dia tidak kembali lagi malam ini.

Tapi di luar dugaan, setelah suara telepon berdering sekitar tujuh delapan kali, ketika Neva hendak menutup telepon, teleponnya terhubung.

Gandi tidak berinisiatif untuk memulai pembicaraan, seperti sedang menunggu Neva, suara musik samar-samar terdengar dari mikrofon, adalah lagu kesukaan Gandi, Tahun yang Mulia.

Saat ini seharusnya dia sedang dalam perjalanan membeli kue kacang merah untuk Julia?

Neva terus berpikir di dalam hati, dan berkata pelan: "Tuan Tirta."

"Katakan." Suara dingin Gandi membuat suhu di dalam hati Neva semakin mendingin.

"Itu, Ibu, apakah ada meneleponmu?" Neva berjalan beberapa langkah ke samping, dengan suara sepelan mungkin berbicara dengan Gandi.

Dia tidak ingin Julia mendengarnya, bukan karena dia takut dengan Julia, hanya karena dia tidak ingin terus terjerat pertengkaran dengan Julia.

"Langsung ke intinya saja! Jika tidak ada perlu aku akan menutupnya." Suara Gandi terdengar sangat tidak sabar.

Hati Neva gemetar, dia bisa pergi membelikan Julia kue kacang merah pada saat ini, tetapi dia tidak menganggap penting tentang Ibu Tirta yang menyuruhnya datang menjemput dirinya.

Neva berusaha menahan kesedihan di dalam hati, berkata dengan lembut: "Tidak, tidak ada apa-apa."

Setelah berbicara, Neva langsung menutup telepon.

Gandi yang saat itu sedang menunggu lampu merah, dia mendengar bunyi bip dan telepon telah ditutup.

Dia langsung mengerutkan kening, wanita ini, sekarang nyalinya semakin besar.

Dia bahkan berani mematikan teleponnya dahulu.

Neva menutup telepon dan memesan taksi dari internet.

Jam seperti ini mobil yang umumnya memang susah dicari, dan baru-baru ini pemesanan online juga diperketat, tempat asosiasi ini terletak di pinggiran kota dan juga sangat sepi, sehingga sangat lama juga tidak ada orang yang menerima pesanan.

Julia melihat Neva yang mencengkeram ponsel, dan tadi dia juga mendengar samar-samar, dengan penuh ejekan sinis di mulutnya dan berkata: "Neva, suamimu mana, sudah ke sini?"

Ketika Neva berbicara dengan Gandi, Julia mengirim pesan kepada Gandi dan bertanya di mana dia berada.

Gandi menjawab posisinya saat itu, yang telah di tengah jalan.

Neva menatap Julia, dia sangat mengerti jika Julia ingin dia dipermalukan dan terus siap untuk mempermalukannya.

Jadi dia hanya tersenyum ringan, berkata: "Dia sangat sibuk, mengatakan akan datang cukup larut. Aku akan memesan taksi untuk pulang sendiri, begitu malam, aku juga tidak tenang jika dia keluar."

Kata-kata Neva, sama saja sedang menyindir Julia, begitu malam, bisa-bisanya meminta Gandi pergi membeli kue kacang merah.

Dia semakin berpura-pura tidak peduli, sebenarnya di dalam hati merasa sangat sedih.

Gandi adalah suami resminya, tetapi sekarang dia malah dalam perjalanan membelikan teman perempuan terbaiknya kue kacang merah.

Dan tidak peduli terhadap dirinya.

Dia mengatakan kata-kata ini, hanya untuk menjaga martabat Keluarga Tirta saja.

Julia mencibir, dia mengenal Neva, begitu tegar di wajah, kenyataannya hanya mulutnya saja yang pintar bicara.

Dia menggenggam tangan, tiba-tiba bertepuk tangan dan berkata: "Nona Neva benar-benar menunjukan akting yang sangat bagus, jika bukan karena mengetahui segalanya, mungkin aku akan benar-benar percaya kata-katamu."

Lexi membuka mulut dan berniat untuk ikut membantu.

Tetapi tidak tahu mengapa, mengingat Neva yang pernah menolongnya.

Dia ragu-ragu, memilih untuk tidak ikut campur dengan hal yang tidak ada urusan dengan dirinya.

Neva sedikit tersenyum, terus menjaga ekspresi wajahnya.

Menunduk dan melirik sekilas pesanan taksi, dan masih tidak ada orang yang menerima.

Julia melihat Neva tidak berbicara, jika dirinya sendiri yang terus berbicara juga tidak ada arti, kemudian memanggil Lexi dan berkata: "Lexi, ayo pergi, Neva masih menunggu Tuan Gandi datang menjemputnya, kita tidak perlu menjadi penganggu mereka di sini!"