Cinta Yang Dalam - Bab 226 Kebetulan

Langkah Gandi terhenti, tapi selanjutnya langsung berjalan keluar, hanya mengatakan: "Tidak buru-buru!"

Di koridor jalanan malah tidak ada bayangan Neva, dia bertanya pelayan, pelayan menunjuk lokasi teras.

Gandi dengan langkah besar berjalan kesana, baru saja membuka pintu, tatapannya langsung terhenti.

Gambaran yang tidak ingin dia lihat, malah muncul dihadapan.

Neva berdiri di posisi awal, Rangga malah berjalan maju beberapa langkah memeluknya.

Dia tau Neva ilfeel dengan kedekatannya, tidak sungguh-sungguh memeluknya, tapi perbuatan ini tetap saja sedikit kelewatan.

Tapi Neva yang sedang dalam kesedihan, saat ini sudah tidak bisa memikirkan apapun.

"Nona Neva, kamu jangan menangis lagi. Nardi di atas sana pasti tau, juga tidak berharap kamu bersedih karenanya."

Rangga seperti menghiburnya, menepuk punggungnya dengan pelan.

Samar-samar, dia merasa orang di sebelahnya, sudah berubah menjadi Nardi.

Wajah Nardi dengan wajah Rangga bergonta-ganti, mata Neva sudah rabun.

Beberapa tahun ini, Nardi pasti mengandalkan gelang ini, melewati hari tanpa dirinya.

Tapi bagaimana dengan dirinya? Tanya saja pada dirinya sendiri, apakah dia pernah memikirkan Nardi setiap hari?

Di dalam hati Neva, hidup Nardi sangat senang sangat bahagia, mau apa akan ada apa.

Dan juga waktu itu Berty sudah menjamin, Nardi sudah sembuh.

Di saat ini, Neva hanya ingin memarahi Nardi.

Mana bisa dia sekejam itu, di detik-detik terakhir hidupnya pun tidak mengizinkan Neva menjumpainya.

Rangga melihat Neva menangis begitu sedih, hatinya sangat tidak enak.

Bagaimana juga dia pernah mendengar Nardi menceritakan hubungannya dengan Neva.

Dia dari tangan Neva, sedikit kuat mengambil gelang, berkata: "Nona Neva, aku pakaikan saja gelang ini! Dengan begitu, mungkin kamu bisa merasakan Nardi setiap saat, dia pun bersamamu."

Air mata Neva melirik Ranga buram, akhirnya juga mengangguk.

Rangga mencengkram lengan Neva, kulitnya yang lembut, membuat hatinya bergetar.

Tapi pemikiran yang melewati batas seperti itu, saat ini sama sekali bisa muncul di dalam hatinya.

Saat ini kalau memikirkan tentang itu, maka bukan manusia, tapi binatang!

Setelah memakaikan untuk Neva, dia melepaskan Neva, seluruh proses sampai pada tahap yang cocok.

Melihat Neva sedih, dia menghibur berkata: "Turut berduka, nona Neva. Melihatmu sedih seperti ini, Nardi di atas sana juga tidak senang."

Sambil mengatakannya, dia mengulurkan tangan mengusap air mata Neva, berkata: "Aku sudah keluar lama sekali, klienku saat ini harusnya juga sudah selesai sibuk. Aku harus pulang dulu, kita berjumpa lain kali."

Dia memutar tubuhnya, masuk ke koridor jalan.

Saat bergesekan tubuh, tatapannya berhenti di wajah Gandi.

Hati Rangga tercengang, Gandi, kapan dia kemari?

Tatapan tajam Gandi, terus berhenti di belakang tubuhnya, sampai dia masuk ke ruangannya.

Baru saja masuk ruangan, dalam sekejap ada seorang pria berperut buncit, tubuhnya menindih dua orang gadis genit berpakaian acak.

"Tuan muda Rangga, kamu sibuk kemana? Kenapa tidak bersenang-senang dengan semua orang!"

Sambil berkata, dia mendorong seorang gadis genit yang duduk di sebelahnya, berkata: "Kenapa masih bengong? Cepat pergi layani tuan muda Rangga!"

Kali ini Rangga tidak menolak wanita di sampingnya.

Dia barusan sedang menekan keinginan di dalam hatinya, senyuman, sedih dan air mata Neva, benar-benar setiap detiknya menggetarkan hatinya.

Dia mengulurkan tangan masuk ke dalam pelukan orang itu, sudah menganggap wanita disebelahnya sebagai Neva.

Terpisah oleh pintu, Gandi melihat Neva untuk beberapa saat.

Angin diluar lumayan besar, wanita itu malah menangis, kenapa?

Karena tidak bahagia menikah dengan dirinya, jadi mencari selingkuhannya untuk mengadu?

He, sungguh blak-blakan sekali!

Hari ini dia hanya membawa Julia pulang, Neva langsung melawannya, menyelingkuhinya.

Wanita ini, sedikitpun tidak rugi, tapi wajahnya malah selalu memasang wajah yang selalu terluka.

Api di dalam hati Gandi membara, saat ini dia hanya ingin maju dan mencengkram kerah baju Neva, bertanya padanya apakah dia mempunyai rasa malu.

Apakah tidak takut dilihat orang lain?

Dia meninju pintu, terdengar suara hantaman, membuat Neva terkejut.

Selanjutnya langsung memutar kepalanya, langsung masuk ke lift, turun ke bawah dan pergi.

Suara hantaman kuat yang datang tiba-tiba membuat Neva kacau, dia langsung tersadar, terpikir dengan Rangga tadi, sepertinya terlalu dekat dengannya.

Dia sudah keluar lumayan lama, juga sudah seharusnya kembali.

Sedangkan suara hantaman pintu disana, apakah ada orang melihatnya dan memperingatinya?

Kali ini di otak Neva, sudah muncul gambaran Gandi marah.

Dia berusaha membuat dirinya tenang, pura-pura tidak terjadi apapun, mendorong pintu kembali ke lorong, malah menyadari tidak ada siapapun.

Setelah masuk ke dalam ruangan, suara Fandi tiba-tiba terdengar: "Kakak ipar, dimana kakak keduaku? Apakah dia tidak kembali denganmu?"

Hati Neva bergetar, pupilnya dengan cepat menyapu seluruh ruangan, malah tidak melihat bayangan Gandi.

Memang benar, sungguh apa yang ditakutkan akan terjadi.

"Tidak, dia sudah pergi kemana?" Dihadapan begitu banyak orang, tentunya dia harus mempertahankan keanggunan nyonya muda.

Fandi sedikit tercengang, berkata: "Tadi dia buru-buru keluar? Sepertinya pergi mencarimu!"

Setelah mengatakannya, Fandi berdiri, keluar mencari Gandi.

Ketrampilan Vivi bermain kartu buruk sekali, Fandi nomor dua, dia nomor satu, selalu merugikan teman sekelompoknya, Fandi sudah tidak tahan lagi.

Tapi sudah mencari sekeliling, malah tidak mencari Gandi.

Dia menelepon Gandi, Gandi tidak menjawab, malah mengirim sebuah pesan untuknya: "Pulang ke rumah, jangan dibaca."

Fandi dalam sekejap merasa aneh, dia sangat mengerti temperamen kakak keduanya.

Tiba-tiba pergi, pasti ada sesuatu yang mengganggunya.

Saat kembali ke meja kartu, Vivi sudah kembali berkumpul dengan Julia dan lainnya, ingin menyindir Neva.

Fandi berkata: "Kak Yosi, kakak kedua tiba-tiba pergi, apakah ada masalah?"

Tatapan Yosi, menyapu di tubuh Neva, menggeleng dengan penuh makna.

Saat ini Jonami berkata: "Apakah bertemu wanita cantik apanya, memancingnya pergi?"

"Okelah, hal seperti ini, hanya kamu yang bisa melakukannya!"

"Eh, kamu jangan sembarangan berbicara, Hanna masih disini. Bagaimana juga aku sangat bucin.........."

"Kakak iparku masih disini!"

...........

Gandi sudah pergi, tugas mengirim Neva pulang kerumah, menjadi tugas Fandi.

Saat Neva pergi, dihentikan oleh teriakkan Vivi : "Neva, ini adalah kado dariku dengan kak Julia untuk kak Gandi, tolong kamu bawakan untuknya!"

Fandi mengerutkan kening, Vivi ini sedikit sombong, bahkan bisa tidak memanggil kakak ipar?

Neva tersenuum, tidak keberatan dengan panggilan, lalu menerimanya.

Mereka berdua di bawah, saat di dalam mobil, Fandi bertanya: "Kakak ipar, kamu dengan kakak keduaku ribut lagi?"

Neva tercengang sebentar, ribut?

Setumpuk kejadian barusan, takutnya adalah kejadian di teras tadi.

Tapi kejadian ini, dia tidak boleh mengatakannya.

Dia menggeleng, dengan bingung berkata: "Aku tidak tau, Gandi tidak datang mencariku, saat aku kembali dia sudah pergi."

Fandi seperti berpikir, pemikirannya lebih pendek, kali ini sepertinya juga menyadarinya, meskipun saat Neva kembali ke kamar berpura-pura dengan sangat baik, mata Neva sedikit merah.

Sesampai di rumah keluarga Tirta, mereka berdua menyadari kalau Gandi belum kembali.

Neva menelepon mbok Ting, waktu seperti ini, mbok Ting baru tertidur, dengan mata dan suara mengantuk menjawab telepon berkata: "Nyonya muda, ada apa?"

"Mbok Ting, apakah Gandi sudah pulang?" Tanya Neva.

"Sudah pulang, kenapa nyonya muda masih belum pulang?" Saat Gandi kembali, mbok Ting sudah mengucapkan selamat ulang tahun kepada Gandi.

Tapi ekspresi Gandi, sepertinya sedikit tidak senang. Dia bertanya Neva kenapa masih belum pulang, Gandi hanya menjawab tidak tau, lalu langsung naik ke atas.

Neva bilang sebentar lagi akan pulang, saat memutuskan panggilan, mbok Ting ragu sebentar dan berkata: "Suasana hati Gandi sepertinya tidak begitu baik, nyonya muda kamu hati-hati sedikit!"

Perkataan mbok Ting, membuat Neva mundur, ragu apakah malam ini mau tidur di keluarga Tirta atau tidak.

Dia dilema sangat lama, berpikir cepat atau lambat harus menghadapinya, jadi menyetir mobilnya kembali ke vila.

Baru saja memberhentikan mobil, Neva melihat lampu di dalam vila menyala.

Dia sedikit kaget, harusnya mbok Ting sudah tidur, harusnya lampu di vila tidak menyala lagi.

Dia membawa kado masuk, meletakkan kado di jalan masuk, menukar sandar, di depannya ada seorang tubuh yang tinggi.

"Kamu masih tau pulang?"

Perkataan Gandi, membawa aura yang sangat dingin.

Tatapannya menyapu Neva, melihat mata Neva masih merah, wajahnya juga ada sedikit bekas air mata.

Sedangkan lengannya, saat ini bertambah sebuah gelang giok.

Bahan gelang ini, tampaknya sangat keruh, jelas sekali produk yang buruk.

Sudut bibirnya langsung memberi senyuman mengejek, wanita ini, apakah tidak tau sebelum pulang, harus membersihkan jejak di tubuhnya?

Tubuh Neva bergetar, ketakutannya terhadap Gandi, apalagi ketakutan saat berdua, sudah sampai menulang.

"Tuan, tuan Tirta....aku......" Neva gugup sekali, berbicara sampai tergagap.

Tapi jatuh di mata Gandi, malah kali ini dia yang merasa bersalah.

Neva melihat hadiah di jalan masuk, langsung berkata: "Ini adalah kado yang diberikan Julia dan lainnya, karena kamu pergi dulu, jadi menyuruhku membawa kembali."

Ucap Neva, langsung mengangkat beberapa kantong ini ke hadapan Gandi.

Gandi menerimanya, tapi tidak melihat barang di dalamnya, langsung melemparnya di samping.

"Aku mau kado darimu!"

Perkataannya, membuat Neva sekejap terdiam.

Dia teringat, kadonya sepertinya tinggal di mobil Fandi, tidak mengambilnya turun.

"Aku, meletakkannya di mobil Fandi......" Ucap Neva dengan bingung.

Gandi tertawa dingin, mengulurkan tangan dan mencengkram dagu Neva, membuat Neva melihat dirinya dan berkata: "Cari alasan juga harus cari alasan yang masuk akal! Apakah hanya tau cuek kepadaku? Baiklah, sekarang aku beri kamu waktu, kamu pergi pulang dulu!"

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu