Cinta Yang Dalam - Bab 111 Hukum Karma

Neva terus menemani Nana hingga akhirnya pekan ini, setelah itu dia memesan tiket dan kembali ke kota Z.

Neva diam-diam pergi ketika Nana masih berada di sekolahnya, Neva tidak sanggup melihat air mata anak perempuannya, takutnya apabila anaknya menangis, dirinya akan semakin tidak tega lagi untuk berpisah.

Setelah kembali ke kota Z, Neva langsung bertemu dengan ibu Tirta.

Shinta sudah beberapa harinya tidak bertemu dengan Neva, namun untung saja Mbok Ting telah memberitahukan padanya bahwa Neva sedang sibuk di waktu dekat ini, sehingga tidak waktu untuk keluar rumah, Shinta juga merasa tenang setelah mengetahuinya.

Neva tinggal seharian di rumah Tirta, ketika selesai makan malam, ibu Tirta memberitahukan padanya bahwa Nana sudah akan pulang, lalu menyuruh dirinya pulang bersama Gandi.

Neva tentu saja tidak bermasalah, dirinya sudah tidak ada urusan lain lagi, sehingga dia bisa datang pada kapan saja.

Namun Neva tidak dapat mengambil keputusan untuk Gandi.

Neva tetap saja berjanji pada ibu Tirta, pada saat dirinya membawa mobil dan berhenti di lampu lalu lintas, dia mengirim pesan kepada Gandi dan menceritakan padanya mengenai masalah Nana.

Gandi tidak membalas pesannya, Neva juga sudah terbiasa dengan demikian, asalkan tujuannya telah tersampaikan.

Sebelum tiba di dalam rumahnya, Tante Chen sudah menelepon dirinya dengan panggilan video.

Setelah Neva selesai memarkir mobil dan tiba di dalam rumah, sudah ada enam panggilan yang belum terjawab.

Di dalam panggilan video, Nana sedang mencibir bibir, matanya juga telah kemerahan, lalu berkata dengan nada tidak senang :”Mama anjing kecil, Mama meninggalkan Nana lagi…”

Neva juga merasa sangat sakit hati, seandainya ada pilihan, dia juga tidak tega untuk meninggalkan anak perempuannya dan pergi ke kota Z.

Neva tersenyum dengan ekspresi yang merasa bersalah, lalu berkata :”Sayangku, maaf, semua ini salah Mama....Lain kali kalau Mama sudah pulang, Mama belikan banyak mainan dan makanan yang enak untukmu, boleh ?”

Nana mengeluh sekilas, lalu berkata dengan nada tidak senang dan sombong :”Nana tidak butuh, sudah ada yang membelikan untuk Nana, Nana tidak mau terima dari Mama…”

Meskipun kata-kata yang tidak senang, namun Neva tetap saja mengetahuinya, seharusnya Nana telah memaafkan dirinya.

Dia menghela nafas lega, namun tetap saja menangkap titik penting pada percakapan Nana, sehingga langsung bertanya :”Ada yang memberikan hadiah untuk Nana ya ?”

Nana mengangguk dengan sombong, lalu mengulur tangannya dan menggantikan kameranya, setelah itu merekam video pada sekeliling lantai.

Neva merasa sangat kaget, di lantai itu terpenuhi dengan berbagai mainan lego, dan juga ada berbagai kardus besar yang berisi makanan ringan.

Mainan lego bukan mainan yang murah, siapakah yang memberikannya ?

Neva bertanya dengan nada penasaran :”Sayang, bilang sama Mama, siapa yang kasih ?”

Wajah Nana penuh dengan senyuman bangga, lalu berkata :”Paman baik hati yang kasih Nana, dia bilang Nana sangat cantik, ke depannya akan kasih mainan lagi untuk Nana !”

Paman yang baik hati ? Neva tidak ingat kalau dirinya mempunyai teman seperti ini.

Dia baru saja ingin lanjut bertanya, tiba-tiba otak pemikirannya muncul sebuah bayangan, paman…

Jangan-jangan dia ?

Setelah berpikir sampai di sini, tubuh Neva menjadi sedikit gemetar. Seandainya memang Gandi yang memberikannya, bukannya sudah menjadi ayah yang memberikan mainan untuk anak perempuannya ?

Dia mencoba menggali lagi :”Sayang, paman baik hati yang kamu katakan itu, jangan-jangan paman ganteng yang mengantar kamu pulang ya ?”

Nana terus mengangguk, lalu berkata :”Iya, Mama pintar sekali, paman suka sekali dengan Nana !”

Suasana hati Neva menjadi sedikit rumit, dia tidak fokus mendengar lagi dengan apa yang Nana katakan pada selanjutnya.

Neva hanya pura-pura serius mendengarnya saja, akhirnya hanya mengingatkan kepada Nana agar jangan banyak bermain dan harus cepat istirahat, setelah itu langsung memutuskan sambungan telepon.

Dia tidak dapat menggambarkan suasana hatinya pada saat ini, dia selalu beranggapan bahwa tujuan kedatangannya ke kota Z adalah ingin menyelesaikan hukum karma ini.

Namun kenyataan malah bermaksud lain, dia masih sempat belum menyelesaikan hukum karma di kota Z, hukum karma di kota W malah mulai berjalan lagi.

Dia merasa cemas dan juga berharap, merasa cemas apabila Gandi terus berinteraksi lagi dengan Nana, mungkin saja akan menyadari bahwa dirinya adalah ibu kandung Nana.

Namun kejadian ini bukan kabar yang buruk, setidaknya Neva juga mengharapkannya.

Seandainya Gandi telah menyadari kenyataan ini, sampai saat itu mungkin saja Neva akan mengumumkan identitas Nana.

Meskipun melakukan pengecekan DNA, hubungan darah antara Nana dan Gandi pastinya juga akan mendekati angka seratus persen.

Pada saat mandi, Neva terus merenung permasalahan ini, pada saat berbaring, otak pemikiran Neva tetap saja muncul bayangan Gandi dan Nana.

Dia merasa dirinya telah keracunan, racun yang mengharapkan perkumpulan sekeluarga.

Neva terus berpikir hingga ketiduran.

Dia membuat sebuah mimpi, di dalam mimpi itu dia melihat Gandi sedang menggandeng tangan Nana, ayah dan anak ini terus mengobrol dan berjalan menghampirinya.

Namun dalam seketika ini, Julia tiba-tiba muncul dan berdiri di sisi mereka, Julia menggantikan posisi Neva, seolah-olah dirinya adalah ibunya Nana, lalu menggandeng Nana dan berjalan melalui hadapannya.

Neva mengulur tangan untuk menangkap mereka, lalu terus menjerit agar mereka menghentikan langkahnya.

Namun ketiga orang ini seolah-olah tidak mendengar jeritan dirinya, Neva langsung terabaikan dengan begitu saja.

Neva merasa panik dan emosi, dia merasa seluruh otaknya hampir meledak, akhirnya dia menjerit kuat dan langsung terduduk dari kasur.

Dia menatap keadaan di sekelilingnya, setelah merenung sejenak, dia baru menyadari bahwa kejadian barusan hanya sekedar mimpi.

Neva melirik sekilas pada layar ponselnya, Gandi telah membalas pesan semalam yang menyatakan bahwa dirinya telah mengetahuinya.

Gandi tidak memberitahukan kepada Neva bahwa kapan dirinya akan pulang, Neva juga tidak boleh terus menanti Gandi, sehingga dia hanya bisa bangun tidur dan bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Tirta.

Setelah tiba di sana, Neva langsung menemani ibu Tirta berdiri di luar pintu untuk menanti kedatangan adik iparnya ini.

Sebuah mobil Maybach S perlahan-lahan berkendara menghampiri dan berhenti di hadapan mereka, di belakangnya masih diikuti oleh dua mobil pengawal Audi A8.

Pada saat ini pintu mobilnya telah terbuka, seorang nyonya muda yang berpakaian elegan turun dari mobil.

Usia nyonya muda tersebut tidak tua, namun dikarenakan pakaiannya yang terlalu formal, sehingga kelihatannya seperti nyonya yang telah berlanjut usia.

Setelah melihat Shinta, wajah nyonya muda tersebut langsung terpenuhi dengan senyuman elegan, setelah itu dia langsung menjerit ibu dan berlari menghampiri.

Shinta beranjak ke depan dan berpelukan dengan nyonya muda tersebut, mulutnya terus menyebut Nana, nada bicaranya penuh dengan kasih sayang.

Neva hanya bisa tersenyum di samping untuk mengisyaratkan niat baik dirinya.

Setelah sejenak kemudian, Shinta baru melepaskan nyonya muda itu, lalu menarik tangannya dan berjalan ke hadapan Neva, setelah itu mulai memperkenalkan :”Nana, ini kakak ipar kedua, Neva.”

Nana tersenyum dan berkata :”Pada saat melihat foto di sebelumnya, aku sudah merasa kaget karena kecantikan kakak ipar yang menakjubkan ini. Sekarang sudah melihat orang aslinya, baru menyadari bahwa ternyata foto itu masih belum sanggup menonjolkan kecantikan orang aslinya.”

Neva dulunya juga sudah sering mendengar kata sanjungan seperti ini, namun apabila dilontarkan dari mulut adik ipar ini, rasanya sangat berbeda lagi.

Dia mengeluarkan sebuah kotak dari saku bajunya, lalu berkata :”Kalau berkata seperti ini lagi, bahkan aku sendiri saja sudah hampir percaya. Nana, pertama kalinya bertemu, aku juga tidak tahu harus memberikan apa kepadamu, ini aksesoris yang aku desain pada waktu luang, semoga kamu menyukainya.”

Setelah itu Neva langsung menyerahkan kotak aksesorisnya, Nana menerima dan membuka kotaknya, setelah itu langsung menjerit kaget :”Kakak ipar, kamu sendiri yang desain ya ? Cantik sekali ! Bahkan sudah boleh ikut lomba !”

Di dalam kotaknya berisi sebuah gelang berbentuk hati, hasil kerjanya sangat teliti, Neva juga mengukir sebuah bunga di gelang tersebut.

Neva tersenyum dan berkata :”Baguslah kalau kamu suka.”

Shinta melihat sepertinya anak perempuannya ini sangat akrab dengan menantunya, hatinya yang tidak tenang juga menjadi lega.

Dikarenakan hukum karma sebelumnya, Shinta bahkan sangat khawatir kalau Nana akan tidak senang terhadap Neva.

Shinta menarik mereka ke ruang tamu, Neva tidak kepikiran bahwa ternyata Nana juga tamatan dari jurusan perancangan. Mereka bertiga terus mengobrol dengan senang ria.

Pada saat waktu makan siang, Fandi juga sudah pulang ke rumah.

Nana langsung berlarian memeluk abang mudanya ini, sama sekali tidak ada reaksi elegan pada barusan.

Neva melihat Nana yang bereaksi demikian, dalam hatinya sedikit tersentuh.

Menjadi menantu keluarga berkedudukan memang sangat tidak mudah, di luarnya harus memperlihatkan gaya dan tingkah elegan. Pada saat kembali ke rumah sendiri, baru bisa memulihkan keceriaan dirinya sebagai gadis muda.

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu