Cinta Yang Dalam - Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita

Wajah Neva langsung memerah.

Kalau dia tahu seperti begini, pasti tidak akan terus bertanya.

Dia melihat ke sekeliling dengan canggung, pandangannya tertuju pada Fandi, “Fandi…..”

“Apa, kakak ipar?” Fandi memutar kepalanya, begitu melihat tatapan Gandi.

Dia segera menundukkan kepalanya, berbaring di sofa dan berkata: “Haiks, aku merasa sakit kepala, tidak dapat melakukan apapun…..”

Neva tidak berkata, teruslah berpura-pura, tapi bisakah jangan berpura-pura tidak nyaman, sambil mengetuk keyboard dan menggoyangkan kakinya?

Tidak dapat mengandalkan Fandi, dia hanya dapat melihat ke arah Yosi.

Tapi tindakan Yosi lebih cepat, “Ayolah, Meko, paman akan membawamu pergi melihat cahaya bulan, aku menjamin pasti sangat terang……”

Neva menyerah, dia memapah Gandi dan berkata dengan lembut: “Tuan Tirta, itu…. Ketidaknyamanan antara pria dan wanita……”

Gandi tersenyum dingin, mengapa wanita ini tidak berpikir seperti ini di saat pergaulan bebas?

“Kamu adalah istriku, apa salahnya membawaku ke toilet?” Gandi berkata dengan lembut, nadanya terdengar tidak puas.

Neva membuka mulutnya, salah, tentu saja tidak salah.

Dia menggigit bibirnya, berhubung dirinya telah lama menjadi istrinya, telah melihat dan menyentuh semuanya……

Hey, dia tidak menyentuh, tapi Gandi yang memaksanya.

Dia memapah Gandi, pergi ke toilet.

Begitu melihat ke arah pasangan suami istri, Mbok Ting mengambil sayur yang belum selesai dipetik, kembali ke kamarnya.

Sedangkan Fandi baru saja duduk di sofa, Yosi langsung kembali dan menendang bola untuk Meko, membiarkan Meko main sendiri, lalu berkata: “Kakak kedua baik-baik saja, mari kita kembali.”

“Kembali? Baru jam berapa?” Fandi memandang Yosi dengan bingung, sepertinya tidak terduga Yosi yang selalu tenang, akan terburu-buru mau pergi.

Yosi memandang Fandi dengan tatapan tak berdaya dan berkata: “Kalau kamu terus berada di sini akan mengganggu kakak dan kakak iparmu.”

Mengganggu? Pikiran Fandi tiba-tiba muncul kata ini dan tiba-tiba mengerti.

Dia menutup laptop, bangkit dan pergi bersama Yosi tanpa memutar kepala.

Neva tidak tahu tentang semua ini, dia hanya pergi ke toilet sebentar, vila yang luas langsung tersisa mereka berdua.

“Sekarang kakak kedua semakin pandai melakukannya, sampai pergi ke toilet.” Fandi berkata sambil menggelengkan kepala.

Baru saja mengambil beberapa langkah, Yosi langsung tertegun dan berkata: “Kalau kata-kata ini didengar kakak kedua, aku merasa dia akan segera mengirimmu ke lapangan untuk merasakan pengalaman hidup.”

Pengalaman hidup! Fandi sepertinya teringat sesuatu yang mengerikan.

Dia selalu menyangka Tuan muda dari keluarga kaya merasakan pengalaman hidup dalam film hanyalah ilusi, sengaja membuatnya hidup susah kemudian mendapatkan hasil peringkat yang tinggi.

Tapi pernah sekali, dia membuat kesalahan dalam sebuah proyek, menyebabkan Grup Tirta mengalami kerugian sekitar empat triliun.

Gandi sangat marah dan menyuruhnya pergi merasakan pengalaman hidup.

Bukan seperti adegan dalam drama, tapi benar-benar mengirimnya ke lapangan.

Ya Tuhan! Sekarang begitu memikirkan masalah ini, Fandi masih berkeringatan dingin.

Di musim panas, dia memindahkan semen, batu bata dan bahan di lokasi konstruksi, seperti seorang pekerja kecil.

Hanya dalam waktu seminggu, dia langsung menyerah, menangis meminta Gandi untuk melepaskannya dan berjanji akan memperlakukan setiap pekerjaan dengan serius di masa depan.

Akhirnya Gandi tidak melakukan apapun, membiarkannya berada di sana selama sebulan.

Pada bulan itu, Fandi kehilangan 10 kg dan kulitnya menjadi hitam.

Di kamar mandi, Neva memapah Gandi berdiri di depan lubang toilet, matanya melihat ke atas, menunggu Gandi bertindak.

Tetapi Gandi hanya berdiri di sana, sama sekali tidak bermaksud ingin menyelesaikan masalah pribadi.

Tertegun selama lima menit kemudian, Neva menatap Gandi dan saat ini Gandi juga sedang menatapnya.

Kedua orang saling bertatapan dan sama-sama berkata.

“Tuan Tirta, bukannya kamu ingin mengatasi masalah pribadi?”

“Mengapa masih belum melepaskan celanaku?”

“Apa?” Neva berkata dengan kaget, emang hal-hal seperti ini perlu dilakukan olehnya?

Pria ini hanya lemah, tapi di saat makan, gerakannya mengambil sumpit cukup lincah!

Tapi wajah Gandi agak dingin, hal kecil seperti ini, wanita ini masih perlu diingatkan?

Wajah Neva memerah sampai lehernya, dia berkata dengan malu: “Tuan Tirta, ini, ini……”

Gandi sedang menggunakan tindakan, mengungkapkan pikirannya saat ini.

Dia mengangkat bajunya ke atas, menunjukkan tali pinggang pada Neva.

Neva melihat tali pinggang edisi terbatas di depannya, dia menghela nafas, lupakan saja, pria ini telah memutuskannya, jadi dia hanya dapat menurutinya!

Dia menarik tali pinggang Gandi, melepaskan sleting dan celananya, ketika melepaskan celana dalam, sudah dapat merasakan bagian tubuhnya yang membesar.

“Tuan Tirta, itu… bisakah kamu melepaskannya sendiri……” Tadi dia memberanikan diri, tapi setelah melihat bagian yang mengerikan ini, Neva mundur lagi.

Gandi menjawab oh, dia mencoba mengangkat lengannya, kemudian meletakkannya kembali.

Sikapnya acuh tak acuh, hanya ingin menunjukkannya pada Neva, bahwa dirinya tidak bertenaga.

“Lenganku sangat pegal, tidak bertenaga.”

Wajah Neva sangat hangat, hatinya sangat kacau, pria ini sengaja memainkannya.

Dia memejamkan matanya dan menarik celana dalam Gandi.

Tapi karena gerakannya terlalu cepat, celana dalamnya tersangkut, membuat Gandi kesakitan.

“Pelan-pelan!” Bagian sensitif seperti ini, Gandi tidak dapat bersikap tenang seperti biasanya.

Neva segera berkata: “Maaf, maaf…..”

Dia hanya ingin segera menyelesaikannya, jadi gerakannya tanpa sadar menjadi lebih cepat.

Neva mengulurkan tangan menyentuh, memegang bagian Gandi yang panas, dia perlahan-lahan membuka matanya, setelah mengarah ke lubang toilet, dia berkata dengan lembut, “Tuan Tirta, sudah…..”

Dia dapat merasakan bagian bawah tubuh Gandi sedang membesar dan menjadi semakin keras.

Sedangkan Gandi, tenggorokannya bergerak tanpa sadar.

Gerakan wanita ini membawakan perasaan yang berbeda.

Gandi malah merasa gatal di hatinya.

Mengapa dia memegangnya begitu erat? Apakah dia ingin melakukan sesuatu dengannya di dalam toilet?

Neva menunggu sejenak, tetap tidak terdengar suara air mengalir.

Dia agak panik, bagian yang terpegang di tangannya telah membesar, ini membuatnya agak cemas.

“Tu, Tuan Tirta, bisakah percepat tindakanmu?”

“Kalau kamu memegangnya lebih erat lagi, dia akan segera putus.” Gandi berkata dengan kesal.

Neva berkata ah dan segera melonggarkannya.

Dan tepat pada saat ini, terasa sebuah dorongan keras, Gandi mulai melakukan sesuatu yang ingin dia lakukan.

Di saat bagian bawah tubuh pria menjadi keras, pipisnya akan menjadi lambat dan tidak lancar.

Lumayan lama kemudian, Gandi baru menyelesaikannya dengan sulit.

Di masa sekolah, Neva pernah mendengar menggoyangkannya setelah selesai pipis, Neva menanganinya, lalu ingin memasukkan kembali ke dalam.

Tapi tepat pada saat ini, dia mendengar, Gandi berdeham dan berkata: “Menyekanya hingga bersih.”

Neva mengangkat kepalanya, melihat tisu di dalam kotak tisu.

Dia agak bingung, sepertinya ini agak berbeda dengan apa yang dia dengarkan dari teman-temannya.

Apakah pria juga harus begitu repot?

Tapi saat ini dia harus menyelesaikannya dengan cepat, dia segera menarik tisu dan setelah menanganinya, dia memasukkan kembali ke dalam.

Dia mengenakan celana untuknya, ketika berjalan keluar, Gandi tiba-tiba merangkul pinggangnya.

Tapi tangannya tidak bisa diam, dia mulai menyentuh bagian dadanya yang lembut.

Neva menahan diri, karena saat ini dia masih belum pulih sepenuhnya.

Tapi Gandi langsung mencubitnya tanpa peduli.

Neva tidak dapat menahannya lagi, awalnya dia ingin mengeluh dengan suara tegas, tapi begitu suaranya keluar malah menjadi lemah lembut, “Tuan Tirta, jangan, jangan begini, mereka masih berada di ruang tamu……”

Tangan Gandi tidak berhenti, dia mencubitnya dua kali barulah melepaskannya.

Kemudian keduanya berjalan keluar, langsung melihat tidak ada seorang pun di ruang tamu.

Ke mana mereka pergi? Mengapa tidak ada seorang pun?

Neva memandang Gandi dan Gandi memandang semua ini dengan tatapan sangat tenang, Fandi mereka begitu pintar, benar-benar dalam dugaannya.

Tiba-tiba, suasana mesra menyebar di udara.

Neva segera memapah Gandi duduk di sofa, kemudian segera kabur dan berkata: “Tuan Tirta, aku pergi membuatkan teh untukmu.”

Selesai berkata, tanpa menunggu Gandi merespon, dia segera pergi ke dapur.

Melihat Neva melarikan diri, sudut bibir Gandi terangkat.

Wanita ini benar-benar gampang merasa malu!

Begitu Neva keluar dari dapur, langsung melihat Gandi duduk di sofa, sedang mengetuk keyboard di laptop dengan serius.

Ponselnya masih diletakkan di sampingnya, ketika menuangkan teh, Neva melihat obrolan berkedip cepat di layar ponsel, sepertinya seseorang sedang melaporkan sesuatu pada Gandi.

Pria yang menangani pekerjaannya dengan serius, selalu terlihat mempesona.

Neva tiba-tiba mendengar pesan suara dari wechat: “Masalahnya masih belum selesai ditangani?”

“Pihak IB mengatakan tidak ada hubungannya dengan mereka, tapi beberapa hari lalu, terjadi lagi insiden bom manusia yang menewaskan lima karyawan setempat. Sekarang pemerintah telah keluar dan meminta agar proyek ini ditunda untuk sementara waktu.”

Suara dari sana terdengar familiar, tapi Neva tidak ingat siapa itu.

“Proyek tidak bisa ditunda. Kalau ditunda, kerugian investasi sebelumnya yang mencapai puluhan triliun bukan hal besar. Namun, kepercayaan dalam pemerintah publik di Negara W akan menurun, ini berarti Grup Perusahaan benar-benar harus mundur dari negara W.” Gandi berkata dengan serius.

Meskipun Neva tidak mengerti, tapi dia tahu masalahnya sangat serius, dia mempertimbangkan apakah dirinya harus menghindar.

Gandi menatap Neva dan memberi isyarat padanya untuk duduk.

Neva duduk diam di hadapannya.

"Insiden bom manusia terjadi di gedung kantor pusat?"

"Ya, saat itu aku berada di lobi lantai pertama bersama orang-orang dari perusahaan listrik terbesar di negara itu."

"Apakah kamu baik-baik saja?"

"Hanya luka kecil."

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu