Cinta Yang Dalam - Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga

Ayah dan anak ini dengan cepat bersatu, malam itu Gandi membatalkan semua pekerjaannya, dan keesokan paginya dia membawa Nana dan Mbok Ting terbang ke Kota S.

Kantor cabang Grup Tirta di Kota S sudah mengatur tempat tinggal dengan baik, hanya perlu menunggu pesta ulang tahun Kakek Yang .

Tiga hari kemudian, pesta ulang tahun resmi dimulai.

Tempatnya di Rumah Besar Yang.

Kakek Yang lahir dalam keluarga terpelajar dan lebih menyukai peninggalan budaya.

Oleh karena itu, hadiah yang diberikan sebagian besar berasal dari peninggalan budaya dan barang antik.

Kakek Yang mengenakan setelan baju mewah dinasti Tang dengan senyum di wajahnya, ketika dia bertemu dengan seseorang yang memiliki identitas yang sama, dia akan bersama mereka.

Meski hanya berdiri seperti ini, terasa ada nafas kuat yang telah tenang selama bertahun-tahun.

Sebagai pebisnis hebat, banyak pengusaha luar dan dalam negeri yang memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada Kakek Yang .

Winda menggandeng Sabrina yang memakai gaun putih, lalu Sabrina menyerahkan lukisan kakek buyutnya yang telah dia lukis sendiri.

“Kakek buyut, selamat ulang tahun, semoga panjang umur dan sehat selalu!”

Kakek Yang membungkukkan tubuhnya, meremas wajah kecil Sabrina, lalu melihat lukisan itu dengan serius.

“Sabrinaku sayang, lukisanmu bagus sekali, kakek buyut sangat menyukainya!”

Tangannya yang besar dan kasar, menggesek di wajah Sabrina hingga kesakitan.

Tapi Sabrina tetap memancarkan senyum lebar di wajahnya. Hari ini adalah hari yang membahagiakan, dia tidak akan mengecewakan kakek buyutnya.

Winda juga memberikan Batu Tinta peninggalan Dinasti Tang yang ia beli dari pelelangan, lalu berbisik: “Kakek buyut selamat ulang tahun. Winda akan menemani kakek buyut melewati ulang tahun setiap tahunnya!”

Kakek Yang memandang Winda dengan tatapan rumit, ada perasaan campur aduk di dalam hatinya: “Aiya, Winda baik sekali!”

Setelah Winda, semua orang di keluarga Yang satu per satu mengucapkan selamat dan memberikan hadiah.

Setelah Kakek Yang menerima semua hadiah, sisanya diurus oleh pengurus rumah.

Karena dia sudah berumur, tubuhnya tidak tahan berdiri terlalu lama.

Kakek Yang sangat rendah hati, meskipun media mengetahui hari ulang tahunnya, tapi semuanya di tahan di luar jalan 1 km dari Rumah Besar Yang.

Semua tamu dan undangan yang hadir akan diperiksa dengan ketat, orang yang tidak relevan tidak diizinkan masuk.

Winda cukup akur dengan beberapa teman seumurannya, semuanya bermain dengan bahagia.

Winda duduk di sudut dengan segelas jus di tangannya, menyesap sedikit demi sedikit untuk menghabiskan waktu.

Dia melihat Arya merangkul bahu seorang gadis kaya memasuki taman belakang.

Pasti ingin berhubungan dengan gadis itu.

Segelas jusnya belum habis diminum, sisi tangannya sudah ada segelas anggur lagi.

Kemudian beberapa dessert yang dia suka diletakkan di atas meja.

Zaki duduk di sebelah Winda, tersenyum sambil berkata: “Suka pria tampan yang mana? Ayo katakan pada kakak ketiga, malam ini kakak ikat di atas ranjang!”

Mendengar ejekan Zaki, Winda melototinya, berkata: “kakak ketiga, kamu tidak buru-buru menyelesaikan masalah pasangan hidupmu, untuk apa malah menghabiskan waktu pada diriku? Apa perlu aku katakan pada nenek untuk membantumu mencari gadis kaya yang seumuran?”

Winda langsung membalasnya, wajah Zaki tiba-tiba berubah suram, memohon belas kasihan dan berkata: “Adikku, ampuni aku! Tadi ada puluhan gadis mengobrol denganku. Dan nenek melihat dari sana, kamu bisa mengertikan penderitaanku, kan?”

Winda menggelengkan kepalanya dengan tenang, mengabaikan ekspresi sedih Isko yang tidak merasa kasihan padanya.

“kakak ketiga, kamu juga sudah tidak muda, sudah saatnya menikah. Jangankan kakek dan nenek, terkadang aku juga ingin mengenalkan beberapa teman padamu. Lihat keadaan keluarga kita, kakak tertua sudah menikah, aku juga sudah mempunyai anak. Hanya kamu dan kakak kedua, berada diantara bunga tapi tidak terpikat pada mereka, coba katakan siapa yang tidak gelisah?”

Zaki mendesah, dan langsung meneguk segelas anggur, sengaja pura-pura sedih: “Awalnya aku datang minta ditenangkan olehmu, siapa sangka malah masuk ke lubang buaya, diceramahi sekali lagi!”

Winda mengambil segelas anggur dari nampan yang dipegang oleh pelayan dan menaruhnya di depan Zaki: “Ayo, kakak ketiga minum lagi, minum yang banyak, tidak ada yang perlu dipikirkan!”

Saat mereka berdua berbicara, mereka mendengar teriakan seorang wanita.

Zaki melirik sekilas, lalu mengabaikannya, ternyata sekumpulan gadis yang tergila-gila.

Dan Winda lebih tidak tertarik dengan ini.

Saat ini, sudut mata Winda melihat Arya keluar dari taman belakang dengan ekspresi puas dan berjalan melewati sanak keluarga seolah tidak mengenal.

Dia dengan santai mengambil segelas anggur, duduk di depan mereka berdua, berinisiatif bersulang dan langsung meneguk habis anggurnya.

“Aiyaa, senang sekali!”

Zaki mengangkat kepala, melihat dia dengan jijik dan berkata: “Di ulang tahun kakek kamu juga berani sembarangan, nyalimu ini, benar-benar semakin lama semakin berani!”

Winda yang berada di samping juga berbicara dengan nada yang sama: “Kak Arya, kalau gadis tadi mencari kakek dan nenek, mengatakan kamu……hhm aku sangat penasaran!”

Tentu saja Arya tahu kakak ketiga dan Winda sedang mengejeknya, karena sudah ada yang mengatakannya, dia sedikit khawatir.

“Tidak mungkin?”

“Kenapa tidak mungkin, aku sangat menantikannya!”Winda tidak bermaksud untuk melepaskannya.

Tapi saat ini Arya tibat-tiba mengingat sesuatu, mengatakan: “Tadi aku melihat Ramon datang, Winda kamu tidak pergi menyapanya?”

“Dia datang?!”Winda bangkit dan bergegas pergi.

Sudah lama dia tidak melihat Ramon, sebenarnya dari lubuk hatinya dia sangat merindukannya.

Namun, rindu semacam ini hanya sebatas kakak adik.

Zaki mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya dan menyerahkannya kepada Arya.

“Bukankah mereka berdua sudah putus? Kenapa kamu masih mendorong Winda ke arah Ramon?”

“Siapa bilang aku yang mendorongnya? Ramon ini juga termasuk kerabat adik, tidak peduli bagaimanapun dengan Winda, dia selalu memperlakukan Winda dengan baik. Sebenarnya kala itu aku berharap mereka berdua bisa bersama, hanya saja kemunculan Gandi……”

“Iya, pria itu benar-benar sangat menakutkan!”

Winda berbalik dalam kerumunan dan melihat Ramon dikelilingi oleh para gadis.

Sebelum dia mendekat, Ramon sudah melihatnya.

Ramon mencari alasan keluar dari kerumanan itu.

“Winda!”

“Bahagia sekali, dikerumuni banyak gadis!”ucap Winda tersenyum.

Ekspresi Ramon tampak kusam: “Iri, kah? Bagaimana kalau kamu dikelilingi?”

“Tidak tidak, kalau pria tampan mungkin aku akan mempertimbangkannya.”

Ketika keduanya mencari meja untuk duduk, Ramon berkata: “Apa kabarmu? Apakah sudah terbiasa setelah pulang?”

Winda menganggukkan kepala, berkata: “Lumayan, tidak seperti ikan di air, tapi bagaimanapun juga, aku dikelilingi oleh keluargaku, bahasa yang sama dan kebiasaan yang sama, aku merasa sedikit lebih mencintai negaraku.”

Ketika Winda sedang berbicara, Roman tidak diam, ia terus menatapnya dari atas ke bawah.

Cheongsam sutra emas yang indah menampilkan lekuk tubuhnya yang sempurna, dengan lekuk tubuh depan dan belakang yang montok, meskipun lekuk tubuh ini sedikit berlebihan.

Luka di lehernya sudah sembuh, tapi sayang meninggalkan bekas luka.

Hanya saja, kalung yang ia kenakan hari ini, membuat Roman menyipitkan matanya.

Kalau dia tidak salah lihat, kalung ini diberikan pria itu padanya!

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu