Cinta Yang Dalam - Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
Sepanjang sore, Gandi mengunci dirinya di kantor, memikirkan cara bagaimana memberitahu Nana tentang masalah ini.
Nana adalah gadis yang sangat cerdas, dia juga tahu bahwa, sebenarnya jika dia tidak mengatakannya, Nana sepertinya telah merasakan sesuatu.
Bagaimanapun, ibu memperlakukannya sebagai cucu sendiri dan Gandi juga memperlakukannya sebagai putrinya sendiri.
Pulang pada malam hari, dia membawa Nana pergi ke rumah keluarga Tirta untuk makan malam.
Sambil menunggu lampu lalu lintas di jalan, Nana melihat sekeliling, seolah menyimpan sesuatu di dalam hatinya.
Gandi menoleh ke samping, menatap Nana dan bertanya "Sayang, apakah kamu tidak nyaman?"
Nana menggelengkan kepala, menekan bibirnya dan berkata dengan samar "Paman, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
Bertanya? Gandi tertegun sejenak, melihat sekilas lampu lalu lintas masih ada waktu 60 detik, lalu mengangguk.
"Paman, apakah kamu ayahku?"
Dalam seketika, Gandi terkesima dan otaknya langsung kosong.
Dia memandang Nana dengan tidak percaya, sama sekali tidak pernah menyangka bahwa kartu yang akan dia tunjukkan akan dibuka oleh Nana terlebih dahulu.
Lampu merah telah berubah menjadi lampu hijau dan suara klakson di belakangnya terdengar.
Gandi tidak bergerak, dia terdiam seperti gunung dan kemudian berkata dengan sedikit getaran dalam suaranya "Menurut Nana?"
Nana memiringkan kepalanya, memandang ke seberang lampu hijau yang tidak jauh dan berbisik "Paman, menurut Nana, lebih baik kamu jalankan mobil dulu!"
Gandi terbengong sekejap dan hatinya tiba-tiba menjadi malu.
Bocah sialan ini, adegan yang penting ini malah dipotong olehnya.
"Baik, baik ……"
Gandi melepaskan rem dan ketika menginjak pedal gas, dia mendengar suara Nana yang tidak lemah "Ayah ……"
Meskipun Nana sangat bijaksana dan berperilaku baik di luar, sebagai anak normal, dia juga memiliki mimpi seperti anak kecil.
Dia ingin punya sebuah keluarga, ada ayah dan ibu, menemaninya ke sekolah setiap hari, sepulang sekolah, menemaninya makan malam, jalan-jalan keluarga dan pergi bermain di akhir pekan.
Pikiran tentang ini telah lama ditekan di dalam hatinya.
Tetapi ketika dia bertanya kepada ibunya sebelumnya, ibu mengatakan bahwa ayahnya telah pergi ke tempat yang sangat jauh.
Kemudian, dia bertemu dengan paman, paman ini mungkin adalah ayahnya, tetapi ketika dia meminta paman untuk membawanya pergi menemui ibunya, paman malah mengatakan bahwa ibunya juga telah pergi ke tempat yang sangat jauh.
Penilaian seorang anak sangat sederhana: Siapa pun yang memperlakukannya dengan baik, merawatnya dan peduli dengan orang-orang di sekitarnya, dia akan sangat menyukai orang itu.
Kemunculan paman menggantikan posisi ayah dan menggantikan rasa sakit yang disebabkan oleh kehilangan ibu.
Ketika melihat bahwa teman-teman sekelas di taman kanak-kanaknya dijemput oleh orang tua mereka, tetapi dia hanya dijemput oleh Nenek Ting.
Paman sangat sibuk, ibu pergi ke luar negeri.
Selama dia bertanya tentang ibu, jawaban paman akan tidak jelas dan situasi yang sama berlaku untuk nenek.
Nana tidak senang lagi, dia merasa bahwa paman dan nenek sedang membohonginya.
Dia merindukan ibunya, dia ingin ibunya kembali dan menjalani hidup bahagia bersama dia dan paman.
Tidak, sekarang panggilan paman ini tidak bisa lagi disebut, harusnya memanggil ayah.
Persoalan sulit ini terselesaikan secara sendirinya.
Entah kenapa, Gandi merasa bahwa Nana telah berubah, ketika makan di rumah keluarga Tirta, dia lebih jarang memanggil nenek lagi dan tidak memiliki ketergantungan seperti yang dia rasakan sebelumnya.
Benar saja, kekhawatiran Gandi menjadi kenyataan.
Malam itu, ketika Nana sedang ingin tidur, dia meraih tangan Gandi dan bertanya "Ayah, kapan kamu akan membawaku untuk menemui ibu?"
Pertanyaan ini seolah-olah membuat Gandi merasa tidak tenang.
Dia tidak ingin membohongi putrinya, tapi kenyataannya terlalu menyakitkan.
Pada akhirnya, dia berbisik "Sayang, jika aku bilang ibu sedang bersembunyi dan ayah juga sedang mencarinya, kamu jangan sedih, oke?"
Wajah kecil Nana menjadi putih pucat dan matanya langsung merah.
Dia tidak berbicara lagi, melepaskan tangan Gandi dan menutupi dirinya dengan selimut.
Gandi meninggalkan ruang belajar dengan berat hati, pada malam itu, dia pergi ke tempat pemakanan Neva.
Berdiri di depan batu nisan Neva, Gandi melihat foto di batu nisan dalam kegelapan untuk waktu yang lama.
Langit sangat gelap, lingkungan sekitar sepi, angin agak dingin dan tampaknya ada cahaya api fosfor yang tiba-tiba muncul tidak jauh dari dirinya.
Entah kenapa, Gandi dapat melihat dengan jelas.
Seolah Neva ada di sana, di depan matanya, sangat cantik.
"Neva, kamu di mana? Kamu pergi begitu saja, tidak masalah jika kamu tidak menginginkanku, apakah kamu bahkan tidak menginginkan Nana lagi?"
Tiba-tiba, angin kencang lewat, seperti ada tangan wanita yang menyapu wajah Gandi.
Tubuh Gandi tercengang, dia berani memastikan bahwa dia melihat Neva tadi.
Dia benar-benar melihatnya, di pantai yang cerah, Neva duduk di kursi santai dengan kacamata hitam besar di wajahnya, seolah-olah dia sedang berjemur di bawah sinar matahari.
Apakah ini surga?
Gandi mengulurkan tangannya untuk meraih Neva, tetapi pemandangan di depannya atau pemandangan di benaknya menghilang seketika.
Dia kembali ke rumah dengan putus asa, duduk di tempat tidur sebentar, mengambil ponselnya dan menelepon.
"Guna hadiah, cari Neva, selama ada yang bisa memberikan petunjuk, langsung berikan hadiah!"
Saat ini masih tengah malam, Rey masih sedikit tidak sadar setelah dibangunkan oleh telepon.
Mendengar Presdir Tirta berkata demikian, dia ragu-ragu sebentar dan masih berkata "Presdir Tirta, Nyonya Muda ……"
"Diam! Lakukan apa yang aku katakan!"
Seolah-olah dia tahu apa yang akan dikatakan Rey, Gandi menyela kata-kata Rey secara langsung, perintah tegas tidak boleh dilanggar.
Keesokan paginya, Gandi agak telat pergi, ketika Nana hendak pergi ke sekolah, dia menghentikan Mbok Ting dan berkata "Aku akan mengantarnya pergi!"
Memegang kantong air kecil Nana dan beberapa makanan ringan yang disiapkan oleh Mbok Ting untuknya, Gandi meraih tangan Nana dan mereka berdua masuk ke dalam mobil.
Taman kanak-kanak itu tidak jauh ataupun dekat dan hanya membutuhkan setengah jam.
Gandi turun dari mobil dan membuka pintu Nana, Nana keluar dari mobil sendiri.
Setelah mengenakan tas sekolah untuknya, dia membelai kepala Nana dan berkata "Baik-baik disekolah ya, ayah sudah mencari ibu, sebentar lagi, ibu akan kembali."
Nana mendongak, menatap Gandi dengan mata besar tajam untuk waktu yang lama dan akhirnya hanya mengangguk.
Melihat punggung ketidakberdayaan anak itu memasuki sekolah sendirian, Gandi menghela nafas, dia benar-benar gagal menjadi seorang ayah.
Waktu seminggu berlalu dengan cepat dan perubahan di Nana juga membuat panik keluarga Tirta.
Dia mulai menjadi pendiam dan melakukan apa pun yang disuruh.
Begitu dia sedang istirahat, dia akan duduk di depan jendela tanpa bermain dengan mainan atau makan, hanya melihat ke luar dengan diam, selama ada mobil yang datang, dia akan terus melihat keluar.
Ketika dia melihat orang yang keluar dari mobil bukanlah orang yang ingin dia temui, dia merasa seolah-olah telah kehilangan jiwanya.
Karena ini, Shinta membawa Nana pergi menemui psikiater.
Setelah dihipnotis, Nana berbaring di kursi dan terus memanggil ibu, ibu ……
Hasil diagnosa dokter hanya satu, yaitu Nana kekurangan kasih sayang ibunya, sehingga dia sangat merindukannya dan jatuh sakit.
Untuk mengatasi masalah ini, caranya sangat sederhana yaitu memberikan Nana cinta keibuan.
Namun cara sederhana ini tidak bisa dilakukan oleh siapapun di dalam keluarga.
Dan ini hanya permulaan, akhir-akhir ini, Nana menjadi tidak nafsu makan dan selalu mengunci dirinya di kamar, jika di dengar dari pintu, samar-samar bisa mendengar Nana berbicara sendiri.
Gandi mencoba yang terbaik, tetapi masih tidak bisa membuka mulut Nana.
Setiap kali dia kehabisan kesabaran dan akan marah, Nana akan menatapnya dengan mata besar berair, sedih dan lemas, kemudian hati Gandi langsung melemah.
Akhirnya karena kekurangan gizi kronis, Nana jatuh sakit.
Pada hari dia jatuh sakit, Mbok Ting sedang memasak di lantai bawah, sementara Gandi sedang makan di luar bersama mitranya.
Setelah Mbok Ting selesai menyiapkan makanan dan pergi mencari Nana, tidak peduli bagaimana dia mengetuk pintu, tidak ada tanggapan dari dalam.
Dia pergi untuk mencari kunci cadangan dan ketika dia membuka pintu, dia melihat Nana terbaring di lantai.
Mbok Ting menggendong Nana dan pergi ke rumah sakit Keluarga Tirta.
Pada saat Gandi menerima kabar bahwa Nana sakit, tiga jam telah berlalu.
Dia minum sedikit alkohol, juga tidak punya waktu untuk mencari pengemudi, jadi dia pergi ke rumah sakit dengan menyetir sendiri.
Di ranjang rumah sakit, dia melihat Nana, yang pucat dan masih cemberut dalam tidurnya.
Dokter berdiri di satu sisi dan berbisik "Presdir Tirta, nona muda sedang dalam masa pertumbuhan, dia makan terlalu sedikit dan mentalnya merasa tertekan, jika dia terus seperti ini, itu akan menyebabkan kerusakan yang tidak terduga padanya……"
Gandi menghela nafas, melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada dokter untuk keluar, dia ingin menenangkan pikirannya.
Dia tidak tahu situasi Nana, tetapi setelah Nana tahu bahwa Gandi adalah ayahnya, dia mulai berubah langkah demi langkah.
Setelah mengetahui bahwa ibunya tidak akan kembali, dia mengalami autisme.
Semua ini adalah masalah yang tidak bisa diselesaikan sama sekali.
Gandi duduk di samping Nana, meraih tangan Nana dan mengelusnya dengan lembut.
Tangan mungilnya terasa dingin dan kulitnya juga menjadi warna kuning yang tidak sehat, sangat berbeda dengan saat dia pertama kali datang dari Kota W.
"Maaf, sayang, semua ini salah ayah, ayah tidak melindungi Ibu."
Bulu mata Nana bergetar ketika dia mendengar kata "Ibu", dia membuka matanya sedikit dan melihat sosok kabur di depannya, suaranya sedikit lemah dan berkata "Ayah, ayah …… "
Gandi tercengang, buru-buru mencondongkan tubuh ke depan dan berkata dengan cemas "Ayah di sini, ayah di sini …… Apakah kamu merasa tidak nyaman? Apakah kamu lapar? Apakah kamu ingin minum air ……"
Setelah serangkaian kata yang panjang, Nana hanya terus menggelengkan kepalanya.
Ini membuat Gandi sedikit panik.
"Ayah, apakah Ibu tidak akan pernah kembali lagi?"
Setelah sekian lama, Nana mengucapkan kalimat seperti itu.
Gandi terdiam dan sentuhan dekadensi melintas di wajahnya.
Tidak ada kenyataan yang lebih menyakitkan daripada kata-kata yang keluar dari mulut putrinya sendiri.
Saat ini, dia merasa hidungnya sedikit masam, membuka mulutnya dan berkata dengan suara parau "Maaf, sayang …… aku benar-benar minta maaf …… "
Selain meminta maaf, Gandi tidak bisa memikirkan cara apa pun untuk menebus kesalahannya.
Rey telah mengatur agar orang-orang untuk mencari Neva di seluruh dunia dan menemukan beberapa wanita dengan wajah yang mirip.
Setiap kali dia menemukan seseorang, terlihat jelas bahwa tampilan di foto tidak terlalu mirip, Gandi akan naik pesawat khusus hari itu dan terbang ke sana untuk mengidentifikasinya.
Sekali, dua kali, tiga kali, berkali-kali ……
Harapan menjadi kekecewaan, kekecewaan menjadi kebiasaan.
Sementara itu, ibu dan adik-adiknya terus membujuknya untuk menerima kenyataan dan mencari ibu baru untuk Nana.
Anak-anak sangat naif, mereka akan segera melupakan segalanya.
Tapi Gandi tahu, hubungan dan perasaan mereka sangat dalam, Nana tidak bisa melupakannya, demikian pula, dia juga tidak bisa melupakan cinta yang tak tergoyahkan.
Hatinya sudah tidak bisa menerima orang lain lagi.
Novel Terkait
CEO Daddy
TantoAsisten Bos Cantik
Boris DreyPerjalanan Selingkuh
LindaEverything i know about love
Shinta CharityMy Lifetime
DevinaThick Wallet
TessaUntouchable Love
Devil BuddyHis Soft Side
RiseCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip