Cinta Yang Dalam - Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan

Perusahaan adalah keluarga besar. Pernyataan itu amat diremehkan oleh sebagian besar pekerja kantoran.

Tapi di Young Group Entertainment, pernyataan keluarga besar dan grup besar diakui oleh semua orang.

Layanan yang diberikan Young Group Entertainment sangat baik, mulai dari sarapan, teh siang, teh sore, makanan untuk pekerja lembur, pembentukan kelompok mingguan, perjalanan bulanan, belum lagi berbagai bonus lainnya.

Selain itu, sistem promosi perusahaan adalah yang terbaik dan paling transparan dari perusahaan yang pernah ditinggal Ruri.

Sebenarnya Ruri punya keahlian tertentu dalam kerja.

Jika dia melangkah di jalan yang benar dan dulunya tidak memutuskan untuk menjadi pengikut Sansan, dia memiliki ruang untuk dipromosi.

Penilaian Satya terhadap orang cukup baik. Dia berpura-pura kaget, lalu kembali normal.

Dia tidak membujuk Ruri untuk duduk seperti yang akan dilakukan pemimpin biasanya.

Ruri sedang berakting. Demikian pula, dia sedang menonton pertunjukkan.

Ruri bilang bahwa dirinya bersalah, dia setuju.

Karena Ruri ingin menebus kesalahannya dengan berbicara sambil berlutut seperti ini, maka tidak usah berdiri saja.

"Sudah selesai?"

“Hah?” Nada datar Satya membuat Ruri sontak mendongak.

Ini tampak berbeda dari ekspektasinya.

Dia tahu betapa besar kesalahan yang dibuatnya karena dorongan siang tadi.

Sesuai identitas Winda, dia merasa dia tidak akan selamat dari permasalahan kali ini.

Sansan boleh melaporkan perihal buruknya kepada departemen personalia. Satu-satunya takdir yang akan dihadapinya mungkin adalah dipecat.

Setelah dipikir-pikir, selama bersama Sansan, dia tahu beberapa hal buruk yang dilakukan Sansan.

Pendukung terbesar Sansan adalah wakil presdir kedua perusahaan.

Meski ada wakil presdir pertama, tapi wakil presdir pertama adalah pria tua berusia enam puluhan, tidak bisa dibandingkan dengan wakil presdir kedua yang muda dan kuat.

Para eksekutif puncak tentu saling bersaing untuk mendapat kekuasaan dan keuntungan.

Beberapa hal yang dia tahu pasti akan berguna bagi Satya.

Sebagai presdir Young Group Entertainment, mustahil bahwa Satya sama sekali tidak mengetahui identitasnya.

Tapi situasi sekarang membuatnya agak tidak responsif.

Reaksi Satya setenang ini?

"Direktur Satya, aku sudah tahu bahwa aku bersalah. Tolong beri aku kesempatan... aku telah bersama Sansan begitu lama dan tahu banyak tentang..."

Setelah mengikuti Sansan untuk waktu yang lama, Ruri perlahan menjadi orang yang bermuka tebal juga.

Dia buru-buru menunjukkan kesetiaannya, memberi tahu Satya apa kegunaan dirinya.

Tapi Satya hanya menatapnya dengan acuh tak acuh, berkata "Aku tahu."

“Tahu?” Ruri terbengong. Setelah berpikir sejenak, dia merasa bahwa Satya mungkin sedang menipunya.

Bagaimanapun, banyak hal yang dilakukan Sansan dan wakil presdir kedua sangatlah privasi, bahkan Ruri pun tidak tahu.

Suatu hari Sansan lupa mematikan komputer dan langsung pulang kerja, Ruri yang berniat membantunya kebetulan melihat notifikasi dari QQ milik Sansan.

Dia mengklik notifikasi tersebut, kemudian pun mengetahui perihal tentang Sansan dan wakil presdir kedua.

Keesokan harinya, Sansan sepertinya teringat sesuatu. Dia memanggil Ruri, bertanya apakah Ruri melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat pada saat mematikan komputer.

Saat itu kaki Ruri bergemetaran, tapi dia tetap menjawab tidak melihat apapun.

"Beberapa waktu lalu ada proyek perfilman yang baru diproduksi oleh perusahaan kita, wakil presdir kedua..."

“Dia menerima suap 100 miliar.” Ujar Satya dengan nada tawar.

Kata-kata Ruri dipotong secara mendadak. Dia menganga, tahu bahwa dia tidak boleh lanjut berbicara lagi.

Karena apa yang diketahui Satya tidak diketahui oleh dirinya.

Sedangkan apa yang dia tahu mungkin diketahui oleh Satya juga.

Dia kira Satya yang selalu melakukan perjalanan bisnis tidak akan memperhatikan setiap masalah di perusahaan secara tepat waktu.

Tapi sekarang dia tahu bahwa Satya bukan tidak memperhatikan, melainkan punya pemikiran sendiri untuk tidak menanganinya terlebih dahulu.

Ruri menunduk, wajah pucat, terasa sulit untuk bernapas.

Dia tahu bahwa dia tidak memiliki nilai guna lagi.

Tatapan tajam Satya tertuju padanya untuk waktu yang lama.

Lama kemudian, Satya terbatuk dan berkata "Kamu pulanglah!"

Pulang?

Ruri berlutut di lantai. Dia sudah kehilangan harga diri lagi, dia hanya berharap Satya bisa mengasihani dia. Itulah mengapa dia menggunakan metode ini untuk melakukan perjuangan terakhir.

Tapi setelah sekian lama, Satya tidak berkata apa-apa.

Sekarang Satya akhirnya berbicara, tetapi malah melontarkan kata yang bermaksud mengusirnya.

Dia tersenyum masam "Maaf mengganggu, Direktur Satya."

Kemudian, dia bangun dari lantai. Kakinya mati rasa setelah berlutut terlalu lama, dia terpincang-pincang beberapa langkah.

Satya tidak membantunya, hanya menatapnya dengan tampang serius.

Ketika Ruri berbalik untuk pergi, Satya tiba-tiba berkata "Ke depannya kamu ikut Direktur Winda."

Tubuh Ruri bergetar, kaki kiri yang baru saja diangkat tidak bisa kembali ke lantai.

Dia sontak berbalik dengan satu kaki, bertanya "Direktur Satya, maksudmu?"

“Apakah maksudku belum cukup jelas?” Kata Satya dengan ringan.

“Hah?” Perasaan kompleks bercampur aduk di hati Ruri, terharu, menyesal, bahkan ingin menangis.

Dia akhirnya menurunkan kaki kirinya, membungkuk hingga mencapai derajat maksimal "Terima kasih, Direktur Satya."

"Jangan berterima kasih padaku, terima kasih pada Direktur Winda!"

Satya masih menjawab dengan acuh tak acuh. Makna yang tersirat dalam kata-katanya seolah berniat mengingatkan Ruri.

Alasan dia mengubah pemikirannya adalah karena Winda.

Ruri merespons iya, batu besar di hati akhirnya tersingkirkan.

Selama dia tidak meninggalkan Young Group Entertainment, hidupnya akan lebih baik ketika bekerja di bawah pimpinan Direktur Winda daripada bekerja dengan Sansan.

Kali ini, meskipun dia tidak berhasil mencari muka Sansan, tapi dia mendapatkan keuntungan karena kesialan yang dialami.

Ketika dia sampai di pintu, dia tiba-tiba memikirkan kesalahan yang dia lakukan sebelumnya.

Tangan yang hampir menyentuh gagang pintu tiba-tiba membeku di udara.

"Direktur Satya, ada hal lain yang belum kusampaikan... bahwa..."

Ini adalah waktu istirahat makan siang. Jika Ruri tidak muncul, Satya seharusnya sedang beristirahat.

Dia tiba di perusahaan pada jam 6 pagi ini karena harus mendiskusikan proyek dengan klien negara asing di zona waktu yang berbeda.

“Ada apa, cepat bilang.” Dia sudah mengantuk, jadi suaranya terdengar agak tidak sabar.

"Sansan memberi nilai 10 poin pada formular penilaianku..."

Sebagai bos utama perusahaan, Satya tentu tahu apa arti dari nilai 10 poin.

Sebenarnya dia juga memiliki formular penilaian yang menentukan gaji dan bonus tahunannya.

Penilaiannya ditentukan oleh dewan direksi.

Dewan Young Group Entertainment dioperasikan oleh Keluarga Yang. Satya telah melayani keluarga Yang selama bertahun-tahun. Jadi, formular penilaian hanya sekadar formalitas bagi dia dan Keluarga Yang, biasanya dia yang memberi nilai untuk dirinya.

Sudut bibir Satya berkedut. Sansan benar-benar punya banyak cara untuk menggertak orang.

"Oke, aku sudah tahu. Aku akan memberi tahu departemen personalia tentang formulir penilaianmu."

Setelah dia selesai berbicara, dia melambaikan tangan dan memberi isyarat kepada Ruri untuk keluar.

Tapi setelah dia menguap dua kali, dia belum juga mendengar suara pintu yang dibuka dan ditutup.

"Kenapa kamu masih belum pergi?"

"Direktur Satya, ada satu hal lagi..."

Suara Ruri yang terdengar ragu-ragu membuat Satya segera mengerti bahwa wanita ini mungkin telah membuat banyak masalah.

"Katakan semuanya sekaligus!"

"Siang tadi aku agak emosi karena Sansan memberiku nilai 10 poin... jadinya..."

"Jadinya kenapa?"

"Aku menuang sisa makanan di mejanya!"

Ruri akhirnya selesai berbicara. Dia sendiri tahu betapa buruknya masalah ini.

Jika Satya mengubah keputusan sebelumnya karena permasalahan ini, maka Ruri pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Tanpa diduga, Satya hanya menatap Ruri dengan takjub. Dia sepertinya tidak menyangka bahwa Ruri akan membalas dendam dengan begitu lugas.

"Oke, aku sudah tahu..."

Satya melambaikan tangan dengan tak berdaya, menunggu Ruri pergi dari kantor.

Setelah itu, dia mengirim pesan ke Winda "Dua kali makan, Ruri benar-benar pembuat onar!"

Winda sedang mengobrol dengan Dania karena tidak ada kerjaan pada sore hari. Dia tiba-tiba menerima pesan.

"OK!"

Setelah membalas pesan, dia mengesampingkan ponsel.

Satya telah memberi tahu Winda bahwa Ruri mendatanginya.

Maksud yang lebih jelas adalah hal ini bukan masalah besar tapi bukan masalah kecil juga, tergantung sikap Winda.

Winda tidak menyukai Ruri, tetapi dia pernah membaca beberapa skrip karya Ruri sebelumnya.

Dia amat mengakui kemampuan Ruri. Di antara anggota kelompok pengikut Sansan, Ruri termasuk yang luar biasa.

Hanya saja dia tidak mengerahkan seluruh energinya untuk pekerjaan, melainkan malah mengambil langkah yang menyimpang.

Makanya hati Winda melunak lagi. Dia pun meminta Satya untuk memaafkannya.

Sore hari, Dania keluar untuk mengambil bunga mawar. Saat kembali, dia membawa kabar baik di antara kabar buruk untuk Winda.

“Kak Winda, ada berita besar di ruang penulis skenario!” Dania menyisihkan seratus kuntum bunga mawar ungu, mencondongkan tubuh ke dekat Winda, sangat bersemangat.

“Berita besar?” Winda sekilas memandangi bunga mawar, sedikit bingung.

"Apakah Sansan membuat onar lagi?"

Satu-satunya hal yang bisa ditebaknya adalah ini.

Namun, Dania malah menggelengkan kepala. Senyuman di wajah seolah telah membeku.

"Tidak, wanita itu dihajar oleh pengikutnya, haha..."

Kemudian, Dania memberi tahu Winda apa yang terjadi di ruang penulis skenario.

Satya juga mengetahui hal-hal itu, tapi dia tidak mengatakan apapun saat mengobrol dengan Winda. Dia hanya mengganti satu kali makan menjadi dua kali makan.

Setelah tertegun beberapa saat, ekspresi takjub tercetak di wajah Winda.

"Ruri benar-benar ahli pembuat onar!"

“Dia bukan orang yang baik, tapi Sansan lebih buruk. Mereka berdua patut menerima apa yang disebabkan diri mereka sendiri.” Ucap Dania dengan marah.

Ruri dan Sansan adalah pelaku utama yang menimbulkan gosipan tentang Winda yang terakhir kali itu, dia selalu mengingat hal ini.

Winda tersenyum, tidak melanjutkan topik.

Dia bangkit, mengambil bunga mawar ungu di atas sofa. Memandangi kantor yang telah dipenuhi bunga mawar, dia berkata dengan malu "Bagaimana kalau kamu bawa bunga mawar ini pulang bersamamu?"

Dania seharusnya senang karena mendapatkan bunga mawar.

Tanpa diduga, dia malah memasang wajah pahit.

"Kak Winda, rumahku juga sudah penuh..."

“Bagaimana kalau kamu sembarang kasih ke orang di jalanan saja?” Winda memberikan ide yang tidak layak disebut sebagai ide.

Sebagai gantinya, Dania memberinya tatapan putih.

"Kak Winda, bagaimanapun bunga mawar ini adalah wujud dari niat baik orang. Walau kamu tidak mau, kamu juga tidak boleh sembarang memberikannya kepada orang asing!"

"Kalau begitu, menurutmu apa yang harus kulakukan!"

Melihat ide terakhirnya dibantah oleh Dania, Winda lantas meminta Dania untuk memberi ide.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu