Cinta Yang Dalam - Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
Meko mulai menjalani hidup bahagia lagi, Nana yang penuh semangat akan membawanya berkeliling setiap hari sepulang sekolah.
"Meko, ambil bolanya kembali!"
"Meko, cepat datang dan gali lubang di sini!"
"Meko, bisakah kamu memanjat pohon?"
"Meko, bolehkah aku memandikanmu ……"
Meko yang kelelahan, terbaring di tanah dengan terengah-engah.
Tuan kecilku, apakah kamu tidak lelah?
Setelah Perusahaan aska dilebur Grup Tirta, Grup Tirta mengakuisisi beberapa perusahaan secara berurutan.
Perusahaan-perusahaan ini semua memiliki hubungan yang baik dengan keluarga aska, setelah Grup Tirta memberi pukulan berat satu demi satu, mereka runtuh seperti Perusahaan aska.
Melihat tata letak komersial yang sengit dari kakak kedua, Fandi merasa sedikit tidak tenang, dia mencoba membujuk beberapa patah kata secara pribadi. Lagipula, pusat pembelanjaan itu seperti medan pertempuran, dan musuh yang terlalu banyak akan takut diboikot oleh persekutuan orang.
Dan Gandi tidak tahu kapan dia telah jatuh cinta pada rokok, dengan cerutu di mulutnya, dia berkata dengan ringan: "Itu hanya sekelompok sampah ….. aku dulu terlalu berhati lembut dan menuruti kehendak para bajingan itu yang mengakibatkan kehilangan Neva. "
Hingga saat ini, dia masih menolak untuk menerima kenyataan bahwa Neva telah pergi.
Dia bekerja siang dan malam dan bekerja keras untuk mengembangkan dan membangkitkan kembali Perusahaan aska. Dia hanya ingin menunggu Neva kembali dan melihat Perusahaan aska yang telah berkembang kembali, Neva pasti akan sangat bahagia, bukan?
Ada alasan lain yang hanya dia sendiri ketahui, sebenarnya dia hanya bisa mengontrol dirinya ketika sedang sibuk dan berusaha untuk tidak memikirkan Neva.
Tetapi kerinduan, seberapa sibuk baru bisa mengendalikannya?
Takutya pada saat dia istirahat makan siang, dia akan bermimpi bahwa Neva ada di sisinya.
Dia mengulurkan tangan untuk meraih tangan Neva, tidak ingin dia pergi.
Tetapi Neva menggelengkan kepalanya dan melangkah semakin jauh!
Gandi tiba-tiba bangun dari meja dan menggelengkan kepalanya, baru menyadari bahwa dia tertidur sambil tanda tangan.
Setelah Neva pergi, kerinduan menjadi penyakitan, dan dia menjadi sedikit sakit jiwa.
Dia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari, dan pada siang hari dia tertidur pada saat beristirahat serta bermimpi, kali ini mata pandanya tampak jauh lebih jelas.
Nyonya Tirta mencari psikiater beberapa kali dan ingin merawat Gandi, tetapi dia menolak.
Dia tidak sakit, mengapa harus mencari dokter?
Ada ketukan di pintu, dan Fandi masuk.
Dia melirik sekilas penampilan kuyu kakak keduanya, dan hatinya merasa sedikit tidak nyaman.
Dahulu kala, kakak kedua adalah seorang pria yang sangat tampan.
"Kakak kedua, hari ini kak Yosi mengadakan acara, dia mengajak kita pergi untuk bernyanyi dan bersenang-senang bersama, apakah kamu ingin ikut?"
Yosi baru saja kembali dari mengikuti forum di luar negeri, hal pertama yang dia lakukan adalah mengajak teman baiknya untuk minum dan bernyanyi bersama, dan juga bermain dengan wanita, Fandi tidak berani menyebutkannya.
Dia takut dirinya akan secara tidak sengaja mengucapkan kata-kata yang kurang baik, dan membuat kakak kedua memikirkan kakak iparnya.
Gandi mengangkat matanya, melirik sekilas Fandi, dan berkata dengan lemah: "Akhir-akhir ini sangat santai?
Fandi mengerang, firasat buruk segera menghantui pikirannya.
"Tidak, tidak …… aku terpikir masih banyak dokumen yang harus ditangani, kakak kedua, kamu lanjut sibuk, aku akan pergi dulu!"
Usai bicara, Fandi ingin menyelinap pergi.
Takutnya jika dia tinggal sebentar lagi, kakak kedua akan menjadikannya sebagai target untuk memberikan banyak tugas.
Tetapi ketika dia baru saja membuka pintu, batuk lemah Gandi datang dari belakang.
"Kamu pergi saja sepulang kerja, urusan perusahaan biarkan aku saja, aku masih harus kembali menemani Nana pada malam hari, jadi aku tidak bisa pergi."
Fandi tahu Nana, gadis kecil ini unik, imut, dan menyenangkan.
Jelas dia adalah putri dari kakak kedua, tetapi kakak kedua malah menutupi berita tersebut, dan mengatakan bawha itu hanya anak dari temannya yang datang untuk bermain selama beberapa hari.
Dan dia juga tidak memberitahu kepada ibu.
Fandi tidak mengerti mengapa kakak kedua melakukan ini, lagipula, sejak Neva pergi, kondisi tubuh ibu menjadi lebih buruk.
Jika memiliki seorang cucu menemaninya, ibu pasti akan sangat bahagia, jika dia merasa lebih bahagia, tubuhnya juga akan jauh lebih baik, bukan?
Jam enam pulang kerja, Gandi menyetir kembali ke vila.
Begitu masuk, dia melihat Nana duduk dengan tenang di ruang tamu, Meko juga duduk di sampingnya, satu orang dan satu anjing sedang membangun kastil.
Melihat Gandi kembali, Nana melompat dengan gembira dan bergegas menuju Gandi.
"Paman! Lihat, kastil yang dibangun Nana."
Nana meraih tangan Gandi, meskipun Gandi sedikit lelah, tetapi dia tidak tega untuk menghilangkan semangat tinggi Nana.
Kastil putih itu sangat indah, Nana menunjuk ke ruangan terbesar di dalam dan berkata: "Ini milik ibu, ini milik Nana, ini milik paman ……"
Tiga kamar di dalam kastil, kamar Nana dekat dengan Neva, sedangkan Gandi ada diseberang mereka.
“Mengapa kamar Paman tidak dekat dengan Nana?” Gandi tersenyum.
"Paman harus melindungi Nana dan ibu, kamar paman di tengah, jadi paman bisa menahan orang-orang jahat!" Kata Nana dengan polos.
Ekspresi Gandi terkesima, dia menggerakkan sudut mulutnya dan berkata, "Iya, paman akan menjaga Nana hingga tumbuh besar."
Mengenai topik ibu Nana, dia tidak ingin menyebutkannya, dan dia juga sedang tidak berminat untuk menyebutkannya.
Nana melompat dengan gembira, tetapi setelah beberapa saat, suasana hatinya jatuh.
Anak-anak selalu seperti ini, emosi datang dan pergi dengan cepat.
Gandi sedikit terkejut, dia bertanya, "Apakah sayangku tidak bahagia?"
Nana mengangguk dengan cepat, dan berkata, "Paman, aku merindukan ibuku!"
Ini adalah topik yang abadi dan tak terpecahkan, senyum di wajah Gandi tiba-tiba menegang.
Untungnya, kemunculan Mbok Ting memecah kebuntuan ini.
"Waktunya makan malam, cuci tangan dan makan!"
Nana menjawab, melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan itu, dan bergegas ke kamar mandi.
Instruksi Mbok Ting datang dari belakang: "Cuci bersih, pakai sabun, jangan berasal-asalan!"
Bagaimanapun juga, kertas tidak akan bisa menahan api, masalah Gandi membawa kembali seorang gadis kecil masih tersebar sampai ke telinga Shinta.
Dia menelepon Mbok Ting, Mbok Ting membeku untuk waktu yang lama, dan akhirnya mengakui bahwa Nana adalah anak Gandi dan Neva.
Menganai kapan mereka melahirkan anak itu, dia tidak tahu.
Sore hari itu, Gandi menerima telepon dari ibunya.
"Bawa seseorang pulang untuk makan malam!"
Perintahnya sederhana dan menakutkan, dan tidak ada negosiasi yang diperbolehkan.
Gandi tercengang, bawa orang? Bawa siapa? Apakah Fandi?
"Bu, Fandi sedang dalam perjalanan bisnis akhir-akhir ini ……"
Sebelum dia selesai berbicara, Shinta langsung memotongnya.
"Orang yang aku bilang, kamu tidak tahu? Atau masih bermain bodoh denganku?"
Sikap Shinta telah membuat Gandi mengerti, identitas Nana mungkin telah terbongkar.
Tetapi dia telah mengantisipasikan ini sebelumnya, dia tidak menjelaskannya lagi, hanya bilang dia akan kembali pada malam hari.
Pukul empat sore, Gandi kembali ke vila.
Baru saja memasuki rumah, Mbok Ting yang sudah menunggu melangkah maju dan berkata, "Gandi, maafkan aku, ini ..."
Gandi melambaikan tangannya dan berkata, "Mbok Ting, apakah ibuku mencarimu?"
Mbok Ting menjawab iya, menghadapi Shinta, dia tidak bisa merahasiakan hal tentang Nana.
"Meski agak tergesa-gesa, tetapi juga sudah waktunya untuk membiarkan Nana pergi menemui neneknya."
Gandi naik ke atas untuk berganti pakaian, tetapi setelah berganti pakaian, terjadi sedikit maslaah.
Mbok Ting membawa Nana untuk mandi, tetapi Nana tidak mau bekerja sama dan terus meminta pamannya untuk memandikanya.
Gandi terkesima sesaat, pergi ke kamar mandi, dan dengan sabar berjongkok di depan Nana, berkata, "Mengapa kamu ingin paman yang memandikanmu?"
"Karena Nana menyukai paman! Dulu adalah ibu dan nenek Chen yang bantu Nana mandi, dan Nana juga menyukai mereka!"
Suara anak yang tidak dewasa dan nada yang polos membuat Gandi seketika tidak dapat menolak.
"Apakah Nana tidak menyukai Nenek Ting?"
"Aku suka …… tapi Nana lebih menyukai paman!" Kata Nana dengan suara lembut.
Gandi mengerutkan kening, dan dengan sabar menjelaskan: "Nana adalah wanita kecil yang cantik, dan pamannya adalah pria yang besar. Apakah guru sekolah tidak mengajari Nana, bahwa pria dan wanita harus menjaga jarak tertentu?"
Nana mengerang, mengerutkan alisnya yang imut, dan menggelengkan kepalanya setelah berpikir sejenak: "Guru tidak pernah mengajari ini, tetapi ibu pernah ……"
"Nah, bukankah Nana harus mendengarkan apa yang ibu katakan? Bukankah seharusnya Nana pergi mandi dengan Nenek Ting dengan patuh sekarang?"
"Baik!"
Pada saat ini, Nana tidak punya alasan untuk tidak menolak lagi, dan setuju dengan senang hati.
Setelah mandi, Gandi mengeringkan rambut Nana, sementara Mbok Ting mencarikan gaun untuknya.
Ini adalah pertama kalinya Gandi melakukan hal seperti ini, jadi dia sangat kaku.
Dia hampir meniup rambut Nana menjadi kembang, tetapi untungnya, Mbok Ting membawa pakaiannya datang tepat waktu dan mengambil alih pekerjaan Gandi.
Setelah berdandan, peri kecil yang imut dan unik muncul di depan mereka.
Gandi menggendong Nana, lalu keluar dan naik mobil yang sudah lama menunggu.
Nana sedang duduk di kursi belakang, setelah mobil mulai melaju, dia terus melihat keluar, pertanyaan di mulutnya tidak pernah berhenti.
"Paman, kita akan pergi kemana?"
"Pergi ke rumah ibu paman."
"Mengapa harus pergi ke rumah ibu paman?"
"Karena ibu paman menyukai Nana."
"Tapi mengapa ibu paman menyukai Nana? Dia belum pernah melihat Nana."
……
"Paman, kenapa mobilnya bergerak?"
"Karena pembakaran bensin, menghasilkan dorongan yang cukup kuat."
"Apa itu pembakaran bensin? Apakah itu penyalaan api? Apa itu dorongan ……"
Pertanyaan satu demi satu terus datang, membuat Gandi sedikit pusing.
Dia tidak bisa menahan diri untuk mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pertanyaan-pertanyaan ini ke Rey, memintanya untuk segera menemukan jawaban kepadanya.
"Paman, lihat, ini pesawat besar, bagaimana mereka bisa terbang!"
Gandi menopang dahinya, dia memutuskan bahwa ketika dia kembali dari rumah kali ini, dia harus mencari beberapa guru lagi untuk Nana.
Adalah hal yang baik bagi anak-anak untuk memiliki pertanyaan, bagaimanapun, dunia ini dibuat oleh beberapa orang yang suka bertanya, agar ada inovasi dan pengembangan.
Jaraknya hanya dua ratus meter untuk mencapai rumah Keluarga Tirta, Gandi sudah melihat ibunya berdiri di luar, menunggu mereka dengan penuh semangat.
Tidak, harusnya dia hanya menunggu Nana.
Bagaimanapun, Gandi menjadi tidak penting lagi setelah adanya keberadaan Nana.
Setelah mobilnya berhenti, Nana langsung digendong oleh Shinta begitu keluar dari mobil.
"Hei, Sayangku tampak sangat cantik, benar-benar mirip dengan ayahmu ketika dia masih kecil ……"
“Ayah?” Nana awalnya sedikit khawatir karena dia tiba-tiba digendong oleh orang lain, tetapi setelah melihat nenek yang baik dan cantik, dia segera tenang.
Namun, dia dengan tajam menangkap panggilan yang dikatakan Shinta.
Ayah, ini adalah panggilan yang dia impikan sejak lama.
Novel Terkait
Wanita Yang Terbaik
Tudi SaktiIstri ke-7
Sweety GirlThat Night
Star AngelLove Is A War Zone
Qing QingMy Lifetime
DevinaAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip