Cinta Yang Dalam - Bab 327 Berbohong

Ketika mengatakannya, dia langsung berbalik.

Istilah pelecehan dengan mengabaikan dia masih paham.

“Bukankah Nona Yang bertanya apakah aku baik-baik saja? terlalu sulit untuk menjelaskan, sehingga aku memilih untuk membiarkanmu melihatnya saja.” dibelakangnya, terdengar suara Gandi yang terdengar wajar.

“Cih, dasar bajingan. Cepat pakai bajumu, kalau tidak aku akan pergi!” Winda berkata dengan nada kesal dan malu, dirinya seolah tidak menyadari kalau dirinya ketika sedang beradu mulut dengan Gandi , mereka semakin terlihat seperti sepasang kekasih.

Terdengar suara gesekan kain : “Sudah, ok.”

Winda baru merasa tenang, berbalik, melihat kearah Gandi dan bersiap untuk menyalahkannya.

Namun detik berikutnya, dia langsung tercengang.

Pria ini, kenapa melepas baju atasannya.

Tubuh yang kekar tanpa lemak, bentuk otot yang sempurna, satu-satunya cacat yang membuat pemandangan indah itu ternoda adalah ikatan perban yang membalut tubuhnya.

“Kamu, kamu, aaah………” Winda menjerit, wajahnya langsung memerah, dengan segera menutupi wajahnya dengan tangan.

“Kenapa kamu melepas semuanya!”

“Dengan begitu bisa melihat dengan lebih jelas! Jelekkah? Aku merasa kamu cukup menikmatinya……” ada tawa dalam ucapan Gandi , membuat wajah Winda semakin merah.

“Aku datang untuk melihatmu, bukan tubuhmu.”

“Kalau begitu Nona Yang puas dengan tubuhku tidak?” Gandi bertanya dengan sengaja.

“Pakai baju!”

“Tenang saja, aku sangat sehat.” Gandi berkata dengan santai : “Ada hal yang belum ku selesaikan, bagaimana aku boleh tumbang!”

“Hal apa?” Winda bertanya, dirinya bahkan tidak sadar kalau dia sudah terjerat oleh Gandi .

Dari balik celah jari, pandangannya tanpa sadar menyapu bentuk tubuh pria ini.

Uhm, sepertinya dibandingkan dengan model tingkat dunia, tubuhnya jauh lebih bagus.

“Kemari, kuperlihatkan sesuatu.” Gandi bagaikan srigala yang sedang memancing kelinci.

Begitu dia mengatakannya, Winda langsung mundur beberapa langkah.

“Tidak, tidak, aku tidak ingin tahu.”

Dia tidak akan berani mendekati Gandi , pria ini terkadang bagaikan air bah dan binatang buas, setiap saat bisa membullynya.

Gandi mau tidak mau memakai kembali bajunya, mengancingkan bajunya dengan rapi, melihat wanita yang begitu waspada dihadapannya, membuatnya ingin menopang dahinya dan menggeleng.

“Sudah, aku sudah memakai bajuku, tidak perlu panik!”

Sebenarnya Winda sudah melihatnya dari sela-sela jari tadi, namun dia tetap berpura-pura tidak melihat.

Kalau tidak, bukankah pria ini akan tahu kalau dia diam-diam mengintip?

“Huh!”

“Aku punya hal penting yang harus kuberitahukan padamu, asalkan kamu kemari, aku tidak akan menyentuhmu barang sehelai rambut pun.”

Melihat Gandi yang begitu serius, tidak terlihat seperti sedang menggodanya, Winda baru mendekat.

“Katakanlah!”

“Mendekatlah lagi!”

“Hanya sebatas ini, kalau mau katakan, kalau tidak aku akan pergi!”

Winda mengatakannya, lalu berbalik seolah akan pergi.

Namun terdengar suara batuk yang agak lemah dari pria yang ada dibelakangnya, dia ragu sejenak, akhirnya berbalik, dan mendekat kearah Gandi .

“Sekarang sudah bisa mengatakannya?”

Nafas yang hangat, aroma tubuh yang segar, membuat tubuh Gandi menjadi begitu tegang, hormon pun mulai bekerja keras.

Dia berusaha menahan hawa nafsu yang bergejolak dalam dirinya, setelah menarik nafas panjang, beru berkata sambil mendekatkan bibirnya : “Aku baru akan pulang setelah menikahimu!”

Ucapan ini bagaikan sebuah jarring besar yang tidak terlihat, disaat bersamaan mengikat erat hati Winda yang begitu lemah.

Tubuhnya menjadi kaku, setelah sesaat baru melangkah mundur beberapa langkah, setelah merasakan jarak aman, baru menghentikan langkahnya.

“Sembarangan bicara, Gandi , aku ini sudah punya pacar!”

“Apa!” sebuah aura yang begitu menakutkan, mendadak terpancar dari dalam tubuh Gandi .

Sinar mata Gandi yang dingin bagaikan es langsung menembus tubuh Winda .

Amarah yang begitu menakutkan hampir menelan Winda sampai tidak bersisa.

Bahkan untuk bernafas saja terasa sulit.

“Kau, kau… terserah!”

Winda ingin memakinya gila, namun setelah berusaha keras beberapa kali, akhirnya dia menyerah.

Pria ini sekarang seolah marah sampai sudah kehilangan akalnya, sebaiknya jangan menyulut emosinya.

Winda meninggalkan ruangan dengan kesal, suara bantingan pintu yang begitu keras menunjukkan kemarahannya pada Gandi tanpa ditutupi.

Gandi bersandar di kursi, memejamkan mata dan berusaha untuk menenangkan diri.

Namun dalam pikirannya penuh dengan apa yang dikatakan wanita itu.

Pacar, hah!

Dia sungguh melupakannya tanpa bersisa, sementara dia malah mencarinya kesegala penjuru.

Namun bagaimana dengan dia? Dia sudah memulai hidup yang baru.

Kenapa dia hanya mengingat Ramon Mones ? Dan bagaimana Ramon menemukannya?

Mata Gandi menyipit, seolah menemukan sesuatu yang lebih menarik.

Winda keluar dengan marah, begitu mengangkat kepala dia langsung melihat wanita yang tadi.

“Kakak ipar, kenapa keluar begitu cepat?” Wendi berkata dengan terkejut.

Dia mengira kakak ipar dan kakak keduanya paling tidak pasti akan mengobrol cukup lama.

Tapi ini baru masuk berapa lama? Jangan-jangan kakak kedua plin-plan lagi?

“Maaf, mungkin kamu salah paham, namaku Winda , bukan kakak iparmu.” Winda berusaha menekan amarah dalam dirinya, lalu menuju lift dengan sangat kesal.

Wendi mendorong pintu dengan penasaran, baru masuk ke dalam ruang rawat, dia langsung merasakan hawa dingin yang membuat orang bergidik.

“Kakak kedua… tadi itu…”

“Tidak ada apa-apa!”

“Tapi kakak ipar?”

“Kamu gabut ya? Perlukah aku menyuruh Rey mengirimmu pulang!”

Wendi mengatupkan mulutnya dengan segera, ketika kakak keduanya marah, dia benar-benar bisa mengirimnya kembali.

Dia tinggal di Australiadengan cukup nyaman, dia tidak ingin pulang dan kembali disiksa.

Ketika Winda menyetir mobil kembali ke kediaman Yang, ponselnya berdering.

Dia melirik, ternyata telepon dari Ramon .

Hatinya seketika panik, saat ini dia baru ingat, ketika itu Ramon menghubunginya, namun ponselnya langsung dimatikan oleh Gandi .

Ketika itu dia sedang dirundung banyak masalah, setelahnya dia juga lupa ingin menghubungi Ramon .

Dia segera mengangkat teleponnya : “Maaf, Ramon , beberapa hari yang lalu sedang ada pertemuan orang tua murid Sabrina, tidak bisa mengangkat telepon. Setelahnya, aku lupa…….”

Suara Winda sedikit ragu, bagaimanapun kondisi yang sebenarnya, harus menyalahkan Gandi si pria jahat itu.

“Uhm, tidak apa, hari ini kamu ada waktu?”

“Hah?” Winda merasa sedikit aneh, dia masih ingat dengan jelas, bukankah seharusnya Ramon harus pergi dinas ke Partai Pemerintah ? Tapi maksud dari apa yang dia katakan, kenapa terdengar seperti sedang berada di Australia?

“Kamu tidak pergi ke Partai Pemerintah ?”

“Uhm, mendadak ada perubahan waktu.” Mendengar nada bicara Ramon yang begitu santai, namun tangan yang memegang ponsel sudah mengepal erat sampai urat tangan menonjol.

Hari itu, dia tahu Winda pergi menengok Gandi .

DanSabrinasama sekali tidak mengadakan pertemuan orang tua.

Demi pria itu dia mulai membohongi diri sendiri…..

“Ada, tentu saja ada waktu.” Perasaan bersalah dalam hatinya, membuat Winda ingin menebus kesalahan yang pernah dia perbuat. “Kita pergi ke taman bermain saja!”

“Ok!”

Setelah menentukan tempat, Winda langsung menuju kesana.

Tempat Winda berada satu arah dengan taman bermain, sehingga dia tiba lebih awal.

Namun ketika Ramon berangkat, kebetulan melalui jalan yang di tutup karena ada kecelakaan lalu lintas, sehingga tiba lebih telat.

Ramon masih akan tiba sesaat lagi, Winda duduk diatas kursi taman bermain dan menunggu dengan bosan.

Pada saat ini tiba-tiba ada seseorang petugas yang mengenakan kostum Kumamoto duduk disampingnya, lalu membuat sebuah gerakan yes.

Winda meliriknya sekilas, dan melihat dia sedang melakukan selfie.

Sehingga dia mendekat sambil tersenyum, sedikit mengibaskan rambutnya, selembar foto muncul dari kamera.

Petugas itu menyodorkan selembar foto Kumamoto yang lucu pada Winda .

Dia memeluk Kumamoto dan melihat bentuknya yang lucu, membuat suasana hatinya yang buruk karena kejadian Gandi kembali membaik.

Tepat disaat ini, Ramon kebetulan berjalan mendekat.

Cahaya matahari sore lembut dan tidak menyengat, terpantul ditubuhnya. Membuat senyumnya terlihat begitu bersinar, membuat waktu terasa terhenti dan sepenuhnya terukir dalam hati.

“Ramon … kamu sudah datang!” kebetulan Winda menoleh, begitu melihat Ramon , dia langsung bangkit berdiri.

Dia langsung menyodorkan foto Kumamoto pada Ramon dan berkata : “Kuberikan sebuah Kumamoto yang lucu padamu, setiap harinya kamu harus bahagia seperti dia!”

Dalam hati Winda , posisi Ramon begitu penting.

Selain keluarga, Winda sama sekali tidak memiliki teman.

Dan Ramon , tidak lama setelah dia mengingat apa yang terjadi, dia sudah muncul disampingnya secara tiba-tiba.

Dia sepenuhnya mengerti semua hobi dan juga hal yang dia sukai, mengerti semua emosionalnya.

Dia suka bersama dengan Ramon , membuatnya begitu rileks sampai sanggup melupakan semua masalah yang dihadapi.

Sehingga mereka bersama dengan alami, menjadi sepasang kekasih, bahkan mulai membicarakan tentang pernikahan.

Namun, entah kenapa, dalam hati Winda malah mengalami sedikit pergumulan.

Karena dia sama sekali tidak pernah mempertimbangkan untuk menikah dengan Ramon .

Dalam hatinya, Ramon seperti keluarganya, mereka bisa saling memberikan perhatian tanpa harus memikirkan hal lainnya, namun entah kenapa tidak bisa melangkah lebih jauh lagi.

Ramon memeluk Kumamoto, senyum yang begitu alami terpampang diwajah tampannya, dia mengangkat tangan dan membuka payung untuk memayungi Winda : “Tidak takut gosong dijemur matahari?”

Winda mengerutkan bibir : “Hitam terjemur kamu masih ……”

Awalnya dia ingin berkata apakah tidak akan mau denganku? Namun malah ada sebuah perasaan dalam hatinya yang menahan ucapannya.

Perasaan menolak kedekatan layaknya sepasang kekasih semakin lama semakin kuat dalam hati Winda .

Ramon tentu saja tahu apa yang akan dia katakan selanjutnya, bagaimana pun ucapan ini sudah sering muncul dalam percakapan mereka.

Namun hari ini, dia malah tidak menyelesaikan ucapanya.

Sinar matanya sedikit meredup, lalu berkata : “Ingin main wahana apa? Aku temani!”

Winda membuang semua perasaan tidak menyenangkan dalam hatinya, lalu menatap Ramon dengan perasaan jahat : “Bermain apa saja pasti akan kau temani?”

“Tentu saja!”

“Ok kalau begitu!”

Begitu duduk diatas jet coaster, mengenakan sabuk pengaman, Ramon langsung menyesal.

Dia sudah tahu, Winda yang berotak licik, pasti akan membuatnya malu.

Namun seiring dengan jet coaster yang bergerak dengan cepat.

Membuat hatinya berdegup dengan kencang karena panik, namun Winda yang disampingnya malah tertawa dan berteriak dengan senangnya.

Hatinya tak kuasa menahan senyuman, tidak apa dia takut, yang penting dia senang.

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu