Cinta Yang Dalam - Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan

"Rey, aku akan bertanya padamu beberapa pertanyaan. Tolong jawab dengan sejujurnya.”

Gandi membuka mulut dan bicara dengan dingin. Tapi, Rey malah mendengar sesuatu yang aneh dan berbeda dari ucapan itu.

"Apakah aku orang yang tidak berperasaan?”

Tangan Rey yang memegang rokok tersentak gemetaran, hampir saja dia menjatuhkan rokoknya.

Ini sama saja dengan pertanyaan yang mengantarkan nyawanya. Presdir Gandi bertanya seperti ini, Rey benar-benar tidak tahu bagaimana menjawabnya!

“Presdir Gandi, pertanyaanmu ini, bagaimana aku menjawabnya?”

Rey ragu sejenak, lalu mengembalikan pertanyaan ini padanya lagi.

Bagaimana pun pertanyaan ini terlalu mudah untuk membangkitkan kemarahan Gandi.

“Apa aku tadi tidak memberitahumu?”

“Itu...” Rey diam sejenak, lalu dia pun memaksa diri berkata, “Aku merasa tidak begitu. Hanya saja, terkadang aku merasa, kamu terlalu kasar pada nyonya.”

Begitu selesai mengatakan ini, ketakutan di hati Rey sudah semakin dingin.

Dia sudah ikut bersama Gandi selama bertahun-tahun. Sejak Gandi menduduki posisi sebagai pengendali grup Tirta, dia terus perlahan-lahan menyaksikan sendiri Gandi semakin tumbuh lebih baik hingga menjadi seperti sekarang ini.

Berdarah dingin, tak berperasaan, logis dan punya semangat berperang yang tinggi.

Di mata semua orang, dia adalah pria yang dingin.

Dan yang paling Gandi benci adalah orang lain mengurusi urusan pribadinya.

Tapi Rey tahu kalau Gandi sangat bertanggung jawab dan sangat penyayang. Hanya saja karena masalah yang dulu, dia perlu menambahkan lapisan topeng pura-pura atau kamuflase pada dirinya sendiri.

“Kasarkah?” Gandi mengulangi kata ini. Dia memasukkan rokoknya ke dalam mulutnya dan ingin mengisapnya lagi, tapi tidak ada asap yang keluar di mulutnya.

Dia melirik ke rokoknya dan melihat rokoknya sudah habis.

Saat benar-benar sedih, menghisap rokok adalah sebuah kemewahan.

"Apa kamu tidak merasa tidak nyaman dengan sikapku terhadap Neva?"

Kata Gandi dengan santai. Tapi malah membuat Rey lemas dan hampir saja berlutut.

Presdir Gandiku, tolong berikan jalan aku untuk tetap bertahan hidup!

Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaan semacam ini? Apalagi, barusan tadi aku sudah menyebutkannya kan? nanti kalau kamu mengingat ucapan ini dan menyimpan dendam, bukannya itu berarti aku akan habis ya.

Tapi sebelum Rey menemukan jawaban terbaik di benaknya, Gandi sedetik berikutnya membuat Rey jadi lemas.

“Menurutmu, apa Neva adalah wanita kotor?"

Rey diam. Dia sudah memutuskan untuk tidak akan menjawab pertanyaan ini, bahkan jika Gandi memecatnya, membunuhnya, atau mengirim beberapa wanita cantik untuk menggodanya, dia tetap tidak akan menjawab pertanyaan ini.

Gandi cukup terkejut karena tidak mendengar jawaban apapaun dari Rey, tapi ini juga sudah masuk dalam dugaannya.

Dia tersenyum dan berkata pada dirinya sendiri, "Aku tahu dia tidak menyukaiku, tapi dia sudah masuk ke keluarga Tirtaku dan menjadi istriku. Seharusnya dia tulus kepadaku. Bukannya malah ada tujuan lain dan berpura-pura. Dan di hatinya malah sudah terukir perasaan untuk pria lain.”

Rey memandang Gandi dengan heran, ini pertama kalinya dia melihat Gandi yang terlihat seperti pecundang dan orang gagal.

Dia tidak bisa menahan diri berkata, "Presdir Gandi, sebenarnya, Nyonya, dia memperlakukanmu..."

"Apa yang dia lakukan padaku? Apa kamu mencoba memberitahuku sesuatu yang baik tentangnya? Apa aku tidak punya mata, apa aku tidak bisa melihat semuanya?”

Rey terperangah oleh kata-kata Gandi.

Dia hanya bisa diam dan tersenyum kecut.

"Presdir Gandi, aku tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini."

Rey juga telah melihat informasi Neva. Tapi setelah berhubungan langsung dan bergaul mengenal Neva, termasuk juga dengan pemeriksaannya pada Neva yang disuruh oleh Gandi beberapa kali itu.

Dia semakin yakin kalau semua informasi sebelumnya itu palsu.

Tapi ngomong-ngomong, orang yang memalsukan semua informasi ini sangat pintar sehingga dia tidak bisa menemukan celah sama sekali.

Tanpa bukti, dia tidak bisa membantu Neva menjelaskan dan membersihkan nama baik Neva.

"Aku tahu, pergilah!"

Gandi kembali ke bangsal dan melihat Neva terbaring dengan wajah pucat di ranjang rumah sakit.

Saat dia diam seperti ini, itu sangat menyakiti hatinya.

Wajah pucat seolah tak terlihat warna darah disana, membuat Gandi mengepalkan tangannya dengan erat.

Dia mengambil beberapa langkah ke depan dan mengusap pipi Neva dengan tangannya.

Sentuhan Gandi membuat Neva seperti merasakan sesuatu yang sangat menakutkan. Tanpa sadar tubuh Neva langsung menegang.

Gandi mengerutkan kening, apa dia sangat takut pada diriku?

Tapi saat berikutnya, dia memikirkan pertanyaan yang sangat penting. Karena Neva sangat takut pada dirinya, lalu mengapa dia masih saja megikutinya melakukan tindakan kriminal yang dilarang hukum?

Pertanyaan ini hanya membuat otak Gandi bingung sesaat, lalu dia pun segera membuang pertanyaan ini dari otaknya.

Masih bisa karena apa lagi? wanita yang semakin bodoh, maka akan semakin tidak bisa lepas dari keterikatan emosional.

Adik? Cih..

Gandi menarik tangan Neva dan duduk di samping Neva, menatapnya dengan tenang.

Dia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada Rey di WeChat, "Periksa apakah Neva memiliki adik laki-laki."

Rey dengan cepat menjawab iya. Lalu, Gandi memasukkan ponselnya.

Tepat di saat ini, Dokter Chen masuk ke dalam. Setelah melihat Gandi, ekspresi wajah Dokter Chen masih terlihat sedikit tidak sealami dan wajar seperti biasanya.

Bagaimanapun sama-sama sebagai seorang wanita, dia tidak akan memiliki kesan yang baik terhadap pria yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga.

"Presdir Gandi..."

Gandi mengangkat matanya dan menatap Dokter Chen.

Meskipun dia menyembunyikan ekspresi dan ketidaksukaannya dengan baik, tapi Gandi masih bisa merasakannya.

Dokter Chen datang untuk merawat luka Neva dengan anti inflamasi, Gandi pun meninggalkan bangsal.

Neva bermimpi, mimpi yang sangat menakutkan.

Dalam mimpi itu, dia dipenjara. Lalu ada seseorang yang menggunakan pisau untuk menggoreskan luka di tubuhnya, lalu membubuhinya dengan air garam, lalu menjahitnya dengan jarum besar.

Perasaan hancur dan patah hati. Tapi bagaimanapun dia berusaha berteriak dan melawan, tidak ada satupun yang menyelamatkan dirinya.

Akhirnya, pria itu selesai menyiksa dirinya.

Pria itu melepas topengnya dan Neva bisa melihat wajah di depannya.

Neva membeku, Gandi! Kenapa Gandi begitu enggan untuk melepaskan dirinya!

Mata Neva membelalak, penglihatannya yang tajam berubah dari kabur menjadi begitu jelas.

Dia menghela napas dalam waktu lama sebelum menyadari kalau itu semua adalah mimpi.

Dia ingin mengangkat kepalanya dan melihat ke sekelilingnya. Tapi dia hanya merasakan tubuhnya begitu berat dan lemah. Butuh banyak usaha untuk menyadari kalau dia saat ini berada di rumah sakit.

Saat ini, dia tiba-tiba teringat sesuatu yang penting.

Dia buru-buru bangkit, tapi tanpa sadar langsung melihat-lihat ke sekelilinya dan melihat ada sebuah gelang giok yang ditaruh di samping meja tempat tidurnya.

Gelang giok ini ditaruh oleh Rey pagi-pagi sekali atas perintah Gandi. Selama bisa dilakukan saat itu juga, Rey tidak akan menundanya meski setengah menit pun.

Melihat gelang giok itu masih ada, Neva jadi tenang.

Untung saja, untung saja, Nardi masih berada di sisinya.

Dia mengulurkan tangannya, mengabaikan jarum di pergelangan tangannya dan pergi untuk mengambil gelang giok itu.

Tapi pintu bangsal tiba-tiba terbuka, lalu terdengar suara yang membuat Neva ketakutan, "Apa yang sedang kamu lakukan?"

Neva gemetaran, tapi gerakan tangannya tidak berhenti, "Aku, aku, sedang mengambil gelang giokku..."

Gandi melangkah maju, meraih tangan Neva dan langsung menekan tangannya mengembalikan tangan itu ke atas tempat tidur.

“Apa kamu buta? Apa kamu tidak tahu, dengan melakukan ini kamu akan mengembalikan darah yang ditranfusi ke tubuhmu itu?” teriak Gandi kesal.

Neva memandang Gandi dengan ekspresi yang rumit. Apakah sikapnya ini adalah bentuk peduli padanya?

"Tuan Gandi, aku ingin memakai gelang giok itu. Dengan begitu, aku baru merasa aman!"

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu