Cinta Yang Dalam - Bab 241 Pulang

“Lalu harus bagaimana dong?” Tanya Lexi jadi kembali tenang begitu membahas hal serius.

Dia adalah wanita dengan pikiran dan tempramen yang meledak-ledak. Dia sangat sombong, mendominasi. Dia juga telah melakukan banyak hal buruk dalam beberapa tahun ini.

Tapi bersama dengan Gilbert, Lexi selalu tulus dan bersedia. Dia selalu bisa menahan godaan dunia luar.

"Kita tunggu kesempatan datang saja, baru nanti kita panggil Neva sendiri.”

“Bukannya terakhir kali dia sudah berjanji memberikan uang. Tapi kemudian dia tak memberikannya. Saat itu, dia dengan sombong mengatakan kepadaku, seburuk-buruknya nanti sama-sama mati! keponakanmu ini, cukup kejam juga!” Ketika Lexi membahas Neva dia sama sekali tidak merasa salah. Seolah-olah dia adalah Jeanne D'Arc.

Wajah Gilbert sudah tampak tidak senang, lalu dia berkata, “Jika saat itu Nevi tidak menggunakan narkoba, kenapa juga kita harus sampai memanfaatkan Neva? Selama ini, setiap kali Nevi telepon, dia hanya bisa mengulurkan tangan minta uang. Putriku ini, cih!”

Gilbert menghela napas panjang. Hal baik satu-satunya yang terpikirkan olehnya adalah ketika Nevi masih kecil, dia adalah anak yang manis dan sangat patuh.

“Apa maksudmu? Gilbert, kamu ini sedang meremehkan putri kita?”

Nevi adalah darah daging Lexi. Dia jelas tidak akan mengijinkan siapapun mengatai atau menghina putri kesayangannya.

“Coba lihat putrimu itu! apa yang dia katakan kemarin padaku!”

Begitu membahas Nevi, Gilbert sangat marah dan kesal sekali.

Dia pun membuka ponselnya dan mencari riwayat obrolan dengan Nevi.

Lexi mengambil ponsel itu dan melihat riwayat obrolan mereka. Semuanya berisi Nevi yang minta uang. Setiap kali screenshot transferan, semuanya tidak kurang dari 200 jutaan.

Tepat kemarin malam. Nevi minta sebuah vila dan juga kapal pesiar dan juga uang saku sebanyak 200 milyar ke Gilbert.

Dengan pandangan sepintas ini, Lexi langsung tersentak.

Apa putrinya ini sudah gila ya? menghabiskan uang begitu gila-gilaan seperti ini? dia kira uang datang sendiri dibawa angin apa?

“Apa kamu sudah membacanya?” kata Gilbert kesal.

“Em.” Jawab Lexi. Tapi dia masih saja membela dirinya dan berkata, “Tapi bagaimana pun dia adalah anak kita. Kapan kamu berencana menyuruhnya pulang?”

“Kita tunggu saja! kita tunggu kesempatan pas datang. Kamu beritahu dia untuk tidak usah mencari masalah lagi. Coba tahan diri akhir-akhir ini, jika dia lagi-lagi menambah masalah dengan melakukan hubungan begitu. Dia pasti akan kehilangan kesempatan baik dan akan menyesal seumur hidupnya.”

Begitu suara Gilbert jatuh, suara tajam Lexi terdengar, "Gilbert, kamu anggap Nevi putri kita ini orang seperti apa!”

Waktu berlalu begitu cepat. Dalam sekejap mata, cuaca pun berubah menjadi sangat dingin.

Hujan salju yang lebat terus menerus turun dan telah menutupi seluruh kota Z dengan warna putih.

Suhu turun tajam. Neva pada dasarnya sangat takut dingin. Bahkan meskipun berada di rumah yang hangat seperti musim semi, dia masih saja membungkus dirinya dengan pakaian tebal.

Dia memvideo beberapa video kepada Nana. Di kota W yang paling selatan tidak pernah sekalipun turun salju.

Melihat pemandangan indah turunnya salju dalam video, Nana dengan penuh semangat mengirimkan banyak pesan suara, dia bertanya kapan Neva bisa mengajaknya bermain.

Neva meremas ponselnya, termenung diam memandangi pemandangan di luar jendela.

Apa bisa membawa Nana kembali pulang ke kota Z? Takutnya, seumur hidup ini tidak ada harapan untuk itu.

Dia pun menjawab, “Tunggulah mama sebentar lagi. Mama akan segera kembali pulang. Nanti kemanapun kamu ingin pergi, mama pasti akan membawamu ke sana.”

Setelah bicara denga Nana, Tante Chen lagi-lagi mengobrol dengan Neva sebentar.

Nana akan segera masuk sekolah Sd kelas satu. Kelulusan TK butuh foto bersama. Sekolah berharap orang tua bisa datang besama di acara foto kelulusan. Tante Chen bertanya pada Neva, apa dia bisa pulang dan datang kesana.

Hidung Neva terasa asam, dia kapan tidak pernah ingin pulang.

Tapi ada beberapa hal, yang dia juga tidak bisa apa-apa.

Dia pun hanya bisa mengatakan kepada Tante Chen, dia akan berusaha pulang. Tapi, jika dia tidak bisa pulang, dia minta Tante Chen yang datang kesana.

Tidak lama kemudian, sebuah mobil Knight XV warna hitam perlahan melaju di sepanjang jalan putih polos.

Neva bangkit dan turun untuk bersiap menyambutnya, Gandi sudah pulang.

Mbok Ting sedang menyiapkan makan malam di dapur. Jadi, Neva yang membuka pintu. Begitu membuka pintu, angin dingin bertiup, membuatnya menggigil.

Setelah Gandi memarkir mobil, dia melangkahkan kakinya di atas salju. Ketika dia mengangkat pandangan matanya dan melihat Neva berdiri di depan pintu, dia berkata dengan nada sedikit menyalahkan, "Cuaca sedingin ini, siapa yang menyuruhmu keluar?”

Neva mengulurkan tangannya, menepuk kepingan salju yang ada di tubuh Gandi, lalu dia menyerahkan secangkir teh panas, "Aku langsung turun saat melihatmu pulang."

Gandi menatap Neva dalam-dalam, lalu membuka pintu dan masuk bersamanya.

Pada akhir-akhir ini entah kenapa Gandi selalu pulang setiap hari, mengenai kenapa dia pulang, hati Gandi juga tidak tahu jelas.

Sepertinya, posisi wanita di depannya ini meningkat lebih banyak dalam hatinya?

Karena hal inilah, Julia terus-terusan bertengkar dan ribut dengannya.

Setiap kali ribut, Gandi harus membayar sesuatu untuk ini.

Di bawah operasi pengerjaan Gandi, larangan Julia muncul di layar lebar telah dicabut dan dia muncul kembali di layar lebar.

Berbagai jenis penandatanganan terus berlanjut dan pendapatan harian berkurang.

Tapi ibu Gandi tidak pernah muncul keluar untuk mengatakan apapun.

Menurutnya, hubungan antara putra dan menantunya telah membaik. Dia bukan tidak dapat menerima mengenai kompromi tertentu untuk masalah ini.

Setelah makan malam, Gandi meraih tangan Neva dan pergi ke balkon atap untuk melihat pemandangan turunnya salju.

Langit baru saja menggelap dan masih ada sedikit sisa cahaya matahari terbenam. Mereka melihat keluar dari ruang kaca, kepingan salju yang beterbangan membuat dunia seolah berubah jadi sangat indah.

Gandi melepaskan tangannya yang menggenggam Neva, lalu dia memeluk Neva. Kemudian, tangannya menjadi tidak bisa terkendali di tubuh Neva dan mulai bergerak bebas seenaknya.

Neva mengulurkan tangannya beberapa kali, mencoba memegang tangan Gandi untuk mencegahnya melakukan kesalahan.

Tapi dia hanya berhasil menghentikan beberapa kali saja, tapi semakin lama entah kenapa dia malah ingin Gandi menyentuhnya, jadi dia menyerah begitu saja.

Tangan Gandi telah dimasukkan ke dalam pakaian Neva dan dengan lembut menyentuh dan meremas bagian-bagian sensitif Neva.

"Sudah mandi?"

"Em." jawab Neva, tapi tiba-tiba merasa ada yang salah dan dia pun buru-buru berkata, "Tidak, belum ..."

“Sudah terlambat!” Senyuman jahat Gandi muncul dan dia menindih Neva di sofa. Satu kakinya berada di antara dua kaki Neva, pose ini sudah tak bisa dikatakan mesrahnya.

Meski hubungan semacam ini terjadi hampir setiap hari, bahkan terkadang dua kali sehari, tapi Neva masih saja gugup.

Dia mengulurkan tangannya dan dengan lembut menyentuh dada Gandi yang lebar, lalu berkata dengan lemah, "Tuan Gandi, ayo kita kembali masuk ke kamar saja? Takutnya, Mbok Ting ..."

Sudut mulut Gandi sedikit terangkat dan senyum licik muncul, "Jangan khawatir, Mbok Ting tidak akan datang saat mendengar ada suara!"

Wajah Neva memerah dan hatinya berasa menggelap. Pria ini, benar-benar semakin lama semakin tidak tahu malu.

Tangan Gandi mengamuk dan meliar di atas kulit mulus Neva.

Kulit Neva sungguh mempesona, begitu putih dan lembut. Seolah seluruh kata-kata pujian bisa digunakan untuk memuji tubuh Neva.

Oleh karena itu, hal itu juga membuat Gandi kecanduan.

Adik kecilnya di bawah bagian tubuh Gandi, mulai berdiri sekarang mencoba memprotes.

Perasaan disangga dengan tidak jelas seperti ini dan tidak segera dibebaskan sangatlah tidak enak.

Gandi meraih tangan Neva dan meletakkan tangan itu di celananya, memberi tahu Neva apa yang harus dilakukan dengan isyarat matanya.

Tangan Neva yang gugup sedikit gemetar, tapi ada harapan dan penantian samar di hatinya yang membuatnya merasa sangat malu.

"Tuan, Tuan Gandi, bisakah kita istirahat hari ini?"

Gandi mengiyakan, mengangkat Neva lalu meminta Neva duduk di atasnya dan berkata dengan nada rendah, "Kalau begitu aku akan istirahat, kamu yang bergerak!"

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu