Cinta Yang Dalam - Bab 269 Petani Dan Ular

Begitu dia selesai berbicara, dia sadar kalau dia salah bicara.

Melihat gadis kecil itu cekikikan, Gandi segera melambaikan gulungan kertas dan menakutinya dengan berkata, "Jika ketawa lagi, kamu tidak boleh makan siang.”

Trik ini berhasil dengan sangat baik. Gadis kecil itu langsung berhenti menangis, tapi dia berjongkok dan berkata, "Kamu menggertak anak kecil, bukanlah pria sejati pahlawan yang hebat!”

Pria sejati pahlawan yang hebat? Gandi melengkungkan bibirnya. Kelihatannya anak ini terlalu sering menonton film sejarah. Masih kecil sudah tahu apa yang disebut pria sejati pahlawan yang hebat

Gandi menggoyangkan perlahan-lahan gulungan koran itu di depan gadis kecil, lalu berkata, “Jangan berpikir untuk mengalihkan topik pembicaraan ini ya. Ini sudah waktunya menjawab pertanyaanku kan ya?”

Gadis kecil itu memandang Gandi dengan sedikit ketakutan. Dia tahu kalau tidak ada gunanya bermain-main dengan Gandi, jadi dia pun terpaksa berkata dengan suara pelan, “ Sabrina, perempuan, empat tahun..."

Gandi memandang Sabrina dengan hati-hati, dia sangat cantik, cerdik dan pandai.

Tapi kenapa dia ingin menempel terus ke Neva?

“Mengapa kamu ingin menempel terus ke wanitaku?” Tanya Gandi langsung dengan sejujurnya. Karena dia semakin menganggap Neva benar-benar sebagai miliknya.

Sabrina mengangkat pandangan matanya dan melirik ke arah Gandi dengan bencinya, dan berkata, "Aku punya kedekatan alami dengan mama. Aku merasa dia adalah kerabat dekatku.”

Kerabat dekat? Gandi mengulang dua kata ini di mulutnya, tanpa sadar dia tersenyum.

Apa anak jaman sekarang sebegitu cerdasnya kah? Masih kecil, tapi sudah tahu mengakui seseorang sebagai kerabat dekat agar bisa bergantung padanya.

“Dia tidak punya kerabat dekat semuda dirimu. Setelah makan,kamu bilang dengan sejujurnya kalau ingin pulang ke rumahmu. Aku akan menyuruh orang membantumu menemukan dimana keluargamu. Paham?” kata Gandi dengan sedikit mengancam dan menakuti.

Sabrina memanyunkan bibirnya seperti akan menangis lagi.

Namun saat Gandi mengangkat penggulung kertas tersebut, Sabrina pun langsung berhenti dan menyerah.

Cih, menggertakku! Nanti kalau mama sudah datang, aku pasti akan mengadukanmu!

Di sisi gunung Elm di negara W, di sebuah villa seluas 100 hektar.

Orang-orang datang keluar kesana-kemari, semua orang tampak sangat terburu-buru dan wajah mereka penuh kecemasan.

Sesuatu terjadi, sesuatu buruk yang besar terjadi.

Anak kesayangan kakek Yang hilang.

Di halaman, dua pengawal berlutut dilantai.

"Katakan, dimana Sabrina! Di mana kamu menyembunyikan Sabrina!"

Seorang pria yang gagah perkasa melangkah maju dan menendang dua pengawal sambil mengutuk dan memaki mereka.

Di antara mereka, pengawal yang lebih tua telah bersama Isko selama lebih dari sepuluh tahun.

Dia berlutut di lantai dan terus bersujud sambil berkata dengan keras, “Kakek Yang, kakek Yang, kami benar-benar tidak mengkhianati anda. Tapi, entah kenapa begitu berbalik sebentar, nona sudah hilang begitu saja!”

Pria gagah itu akan dipukul lagi. Tapi, Isko batuk batuk sejenak dan berkata, "Sudahlah Arya, Sabrina telah hilang. Apa gunanya membunuh mereka?"

Begitu mereka mendengar kalau mereka akan dibunuh, tubuh kedua pengawal itu langsung berguncang gemetaran seperti saringan.

Arya Yang menghela nafas lagi, dunia luar sana sudah dengar kalau kakak tertua adalah orang yang kejam dan berhati dingin. Sangat tidak adil dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Tapi keluarga sendirilah yang tahu jelas urusan keluarga. Selama bukan orang yang berkhianat dan membela orang luar. Kakak tertua sangat baik dan murah hati pada para bawahannya. Kalau tidak, mana mungkin ada banyak orang yang sampai berlomba-lomba gila-gilaan masuk dan memperjuangkan keluarga Yang.

Karena selama kamu sudah bekerja keras untuk Keluarga Yang, maka Keluarga Yang tidak akan pernah melupakanmu.

"Kakak, masalah mengenai Sabrina ini, aku belum mencari pemerintah negara W untuk menemukannya. Karena status dan identitasnya cukup khusus dan spesial. Jika dimanfaatkan oleh orang maka...” Ucapan terakhir, Arya pasti sudah tahu meski tidak mengatakannya. Jadi kakak juga pasti mengerti.

Isko menghela nafas panjang dengan ekspresinya yang masih tenang.

Tapi dia yang duduk di kursi dengan tangan yang terus mengetuk-ketuk gagang kursi membuktikan kalau dia tidak tenang seperti kelihatannya.

Anak perempuannya sendiri, anak yang selalu dijaganya diibaratkan seperti sesuatu yang jika di taruh di genggaman tangannya, dia takut pecah. Jika ditaruh di mulutnya nanti takut leleh. Dia sangat menyayangi anaknya ini.

Kali ini awalnya dia tidak berniat membawa anak perempuannya ikut pergi ke luar negeri.

Tapi siapa juga yang tahu Sabrina terus bertingkah dan merengek seperti bayi. Karena tidak punya cara lain, dia pun terpaksa membawa Sabrina si beban kecil ini.

Walaupun Sabrina menjamin dirinya akan bersikap baik dan patuh. Tapi, ini baru berapa lama? Sekarang dia malah diam-diam pergi sendiri keluar dan akhirnya menghilang.

“Cepat tambahkan pasukan untuk menggerakkan semua relasi yang ada di negara ini. perhatian untuk tetap merahasiakan ini, jangan sampai ketahuan oleh Al Qaeda.” Hatinya sangat panik dan bingung. Tapi Isko tahu, dia harus menghadapi masalah ini dengan tenang.

Al Qaeda adalah ular berbisa. Jika dimanfaatkan dengan baik, maka akan memberikan keuntungan yang cukup besar untuk keluarga Yang dan memberi kerugian besar untuk musuh.

Tapi jika tidak digunakan dengan baik, maka akan berakhir seperti cerita petani dan ular.

Isko adalah orang yang tidak memiliki kelalaian ataupun penyesalan apapun. Dia tidak ingin masalah kecil seperti ini menjadi sebuah alat pengontrol musuh untuk mengancamnya.

"Mengerti, aku pasti akan mencarinya nanti.”

Meskipun Arya juga khawatir tapi dia masih mengenal keponakannya ini dengan sangat baik.

Walaupun keponakannya sangat muda, tapi dia cukup cerdas jadi harusnya tidak akan merugi atau terjadi hal buruk padanya.

Isko melambaikan tangannya, membuat semua orang di sekitarnya mundur pergi lebih dulu.

Arya tanpa sadar juga berniat pergi. Tapi, tiba-tiba dipanggil oleh Isko. Dia pun berhenti.

Hati Arya bergidik, dia tahu pasti akan diberi pelajaran oleh kakaknya. Takutnya dia tidak akan bisa melarikan diri sekarang.

“Tidak lama kah hilangnya?” kata Isko santai.

Arya merasakan kulit kepalanya tiba-tiba dingin, dia pun berkata, "Sepuluh jam? Tidak, enam jam? Juga bukan.... kakak, aku salah.”

Arya dengan bijak memilih untuk menundukkan kepalanya dan mengakui kesalahannya untuk meminimalkan hukuman yang akan diterimanya.

Tapi Isko hanya mencibir dan berkata, "Mengakui kesalahan seperti ini, apa bisa membuat Sabrina kembali dengan sendirinya kesini?”

Arya merapatkan bibirnya dan memilih untuk diam. Dia merasa apapun yang akan dia ucapkan pasti semuanya salah.

Tapi pada saat ini, getaran berdengung terdengar.

Isko mengeluarkan ponselnya dan meliriknya, lalu buru-buru menjawab.

Arya memiringkan telinganya, ingin mendengar siapa yang menelepon.

Tapi Isko hanya berkata, “Baiklah, aku mengerti.” Dia langsung menutup telepon.

“Aku butuh penjelasan!” Kata Isko dingin.

Tubuh Arya gemetaran, lalu melirik ke dua pengawal di belakangnya. Kedua pengawal itu membenturkan kepala mereka ke lantai untuk bersujud meminta maaf.

Bagaimana pun ini adalah kakek Yang yang biasa membunuh siapapun di setiap kesempatan. Di depan hidup dan mati, siapapun pasti akan jadi orang yang sangat bodoh.

Arya menghela nafas, memaksa diri berkata, “Kakak, aku akan menerima hukumanku.”

Apapun keputusannya semua itu akan menyakitkan. Dia juga tidak bisa menyuruh pengawalnya untuk melawan.

Isko melirik Arya, dan mengangguk dengan tenang tanpa mengatakan apapun.

Meskipun adik laki-lakinya ini sering tidak dapat diandalkan, dan bahkan tidak bisa mengawasi putrinya yang sangat berharga. Tapi dia masih memiliki tanggung jawab dasar yang seharusnya dimiliki, jadi Isko sudah cukup puas dengan ini.

“Pergi ke ruang hukuman untuk menerima hukumanmu sendiri!” Setelah Isko selesai berbicara, dia menutup matanya dan mulai beristirahat.

Setelah Arya pergi, dia pun langsung kembali ke kamar dan mengganti pakaiannya. Setelah itu, baru dia pergi ke ruang hukum.

Ruang hukuman keluarga Yang berupa cambukan. Ini bisa dibilang hukuman berat tapi juga bisa dibilang hukuman kecil, Arya mendapat dua puluh cambukan.

Dia menggertakkan gigi karena rasa sakit. Luka yang dibuat dari dua puluh cambukan, akhirnya telah selesai dia jalani.

Masalahnya terdapat pada cambukan terakhir. Pengawal terdekat kakak tertua datang dan mencambuknya begitu saja. Cambukannya itu tepat dilemparkan ke punggung Arya.

Ya Tuhan, tidak ada jaket kulit tebal di punggung Arya!

Setelah mengoleskan obat, Arya merintih menggertakkan giginya, lalu kembali ke ruang kerja.

“Kakak, apa ada kabar mengenai masalah Sabrina?” Arya merasa telepon yang barusan masuk pasti ada hubungannya dengan Sabrina.

Isko meletakkan buku di tangannya,lalu menatap Arya dan berkata, "Em."

Em? Arya tertegun. Kata em punya banyak arti dalam bahasa mereka. Dan kata itu bisa mewakili banyak sikap.

“Apa kamu menemukannya?” Tanyanya tanpa bisa menahan diri.

Isko lagi-lagi menjawab ‘em’, begitu mendengar ini, Arya langsung tidak bisa duduk tenang lagi.

Dia tiba-tiba berdiri dan berkata, "Kakak, di mana Sabrina? Aku akan segera menjemputnya pulang!"

Isko menggelengkan kepalanya dan berkata, "Untuk saat ini, jangan bertindak gegabah. Sabrina tidak dalam bahaya."

Jika bukan karena Isko mencintai Sabrina sampai ke tulang. Mungkin Arya akan curiga apa kakaknya ini sudah tak mengingingkan Sabrina lagi.

Anak itu telah ditemukan, tapi malah bilang untuk jangan bertindak gegabah?

Isko menyerahkan portofolio di atas meja kepada Arya.

Ada beberapa foto didalamnya, dimana Sabrina memegang paha seorang wanita sambil menangis histeris.

Arya merasa apa yang dikenalnya selama ini jadi kacau. Anak kecil yang sangat manja dan biasanya sangat kuat di rumah.

Kecuali ketika dia membuat masalah besar, kalau tidak keponakannya itu tidak akan mungkin meneteskan air mata sesikitpun.

Sebenarnya siapa itu, yang bisa membuat keponakannya mau bergantung seperti itu?

Foto-foto ini agak kabur dan tak jelas. Dari sudut atas ke bawah, terlihat jelas bahwa itu adalah screenshot dari cctv engawasan.

Arya masih ingin berbicara, tapi Isko melambaikan tangannya dan menyuruhnya untuk kembali dan istirahat dulu.

Dia juga berkata untuk tidak perlu khawatir dengan urusan Sabrina. Dia akan menemukan solusinya.

Setelah keluar dari ruang kerja, Arya sedikit khawatir kepada Sabrina karena sikap kakaknya barusan tadi.

Isko tidak memberitahu Sabrina ada di mana. Ini bukanlah masalah untuknya. Arya masih punya cara untuk membuat Kakaknya jadi khawatir.

Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor kakak iparnya.

Setelah beberapa saat, terdengar suara malas di telepon yang berkata, " Arya, ada apa?"

Arya menutup mulutnya dan berbisik di sudut di dalam, "Kakak ipar, sesuatu yang serius dan buruk telah terjadi. Tapi aku bilangi dulu, kamu tidak boleh berdebat panas kepada kakak tertua mengenai ini!”

Begitu Arya mengatakan semua ini, Riana langsung sangat terkejut dan dia buru-buru berkata, "Ada apa, beritahu aku!"

Begitu Arya berkata tentang kehilangan Sabrina, Riana langsung memaki, " Isko sialan! aku ini akan langsung menghubunginya!"

Sebelum Arya bisa menjawab, Riana sudah menutup telepon.

Ketika Arya menelepon kembali, Riana sudah berada di telepon lain.

Arya menghela nafas, tahu bahwa dia akan kedinginan sekarang.

Ketika Riana menelepon, Isko tahu kalau ada sesuatu buruk akan terjadi.

Dia mengangkat teleponnya, dan berkata dengan nada yang malas mau tidur, " Riri."

“Gundulmu itu apa. dimana anakku tersayang!” Teriak Riana. Riana biasanya seorang wanita yang lembut. Tapi kelembutannya ini, kebanyakan hanyalah sebagai topengnya saja.

Isko sakit kepala dan berkata, " Sasa baik-baik saja, dia sudah tidur."

“Pada titik ini, kamu masih berani berbohong padaku!” Suara di ujung lain telepon diperkuat dengan nada bicara yang sangat keras.

Isko berkata, "Siapa yang memberitahumu?"

"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi dulu!"

Isko tidak punya pilihan selain menjelaskannya secara sederhana, dan berkata, "Bukan wanita itu yang dengan paksa membawa Sabrina pergi. Aku merasa lebih seperti Sabrina yang sangat berhasrat untuk ikut dengannya!”

"Hah..." Riana jadi canggung sendiri sekarang. Dia masih sangat tahu karakter anak yang telah dibesarkannya.

Anak itu tidak akan pernah pergi dengan orang tak dikenal. Jadi mengapa kali ini berbeda?

"Tidak mungkin! Tidak benar. Ini bukanlah poin pentingnya. bukan itu intinya. Bagaimana dengan keselamatan Sasa? Tidak, tidak, aku akan terbang sekarang juga. Dan aku akan segera akan menjemput Sasa kembali!”

Novel Terkait

Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu