Cinta Yang Dalam - Bab 269 Petani Dan Ular
Begitu dia selesai berbicara, dia sadar kalau dia salah bicara.
Melihat gadis kecil itu cekikikan, Gandi segera melambaikan gulungan kertas dan menakutinya dengan berkata, "Jika ketawa lagi, kamu tidak boleh makan siang.”
Trik ini berhasil dengan sangat baik. Gadis kecil itu langsung berhenti menangis, tapi dia berjongkok dan berkata, "Kamu menggertak anak kecil, bukanlah pria sejati pahlawan yang hebat!”
Pria sejati pahlawan yang hebat? Gandi melengkungkan bibirnya. Kelihatannya anak ini terlalu sering menonton film sejarah. Masih kecil sudah tahu apa yang disebut pria sejati pahlawan yang hebat
Gandi menggoyangkan perlahan-lahan gulungan koran itu di depan gadis kecil, lalu berkata, “Jangan berpikir untuk mengalihkan topik pembicaraan ini ya. Ini sudah waktunya menjawab pertanyaanku kan ya?”
Gadis kecil itu memandang Gandi dengan sedikit ketakutan. Dia tahu kalau tidak ada gunanya bermain-main dengan Gandi, jadi dia pun terpaksa berkata dengan suara pelan, “ Sabrina, perempuan, empat tahun..."
Gandi memandang Sabrina dengan hati-hati, dia sangat cantik, cerdik dan pandai.
Tapi kenapa dia ingin menempel terus ke Neva?
“Mengapa kamu ingin menempel terus ke wanitaku?” Tanya Gandi langsung dengan sejujurnya. Karena dia semakin menganggap Neva benar-benar sebagai miliknya.
Sabrina mengangkat pandangan matanya dan melirik ke arah Gandi dengan bencinya, dan berkata, "Aku punya kedekatan alami dengan mama. Aku merasa dia adalah kerabat dekatku.”
Kerabat dekat? Gandi mengulang dua kata ini di mulutnya, tanpa sadar dia tersenyum.
Apa anak jaman sekarang sebegitu cerdasnya kah? Masih kecil, tapi sudah tahu mengakui seseorang sebagai kerabat dekat agar bisa bergantung padanya.
“Dia tidak punya kerabat dekat semuda dirimu. Setelah makan,kamu bilang dengan sejujurnya kalau ingin pulang ke rumahmu. Aku akan menyuruh orang membantumu menemukan dimana keluargamu. Paham?” kata Gandi dengan sedikit mengancam dan menakuti.
Sabrina memanyunkan bibirnya seperti akan menangis lagi.
Namun saat Gandi mengangkat penggulung kertas tersebut, Sabrina pun langsung berhenti dan menyerah.
Cih, menggertakku! Nanti kalau mama sudah datang, aku pasti akan mengadukanmu!
Di sisi gunung Elm di negara W, di sebuah villa seluas 100 hektar.
Orang-orang datang keluar kesana-kemari, semua orang tampak sangat terburu-buru dan wajah mereka penuh kecemasan.
Sesuatu terjadi, sesuatu buruk yang besar terjadi.
Anak kesayangan kakek Yang hilang.
Di halaman, dua pengawal berlutut dilantai.
"Katakan, dimana Sabrina! Di mana kamu menyembunyikan Sabrina!"
Seorang pria yang gagah perkasa melangkah maju dan menendang dua pengawal sambil mengutuk dan memaki mereka.
Di antara mereka, pengawal yang lebih tua telah bersama Isko selama lebih dari sepuluh tahun.
Dia berlutut di lantai dan terus bersujud sambil berkata dengan keras, “Kakek Yang, kakek Yang, kami benar-benar tidak mengkhianati anda. Tapi, entah kenapa begitu berbalik sebentar, nona sudah hilang begitu saja!”
Pria gagah itu akan dipukul lagi. Tapi, Isko batuk batuk sejenak dan berkata, "Sudahlah Arya, Sabrina telah hilang. Apa gunanya membunuh mereka?"
Begitu mereka mendengar kalau mereka akan dibunuh, tubuh kedua pengawal itu langsung berguncang gemetaran seperti saringan.
Arya Yang menghela nafas lagi, dunia luar sana sudah dengar kalau kakak tertua adalah orang yang kejam dan berhati dingin. Sangat tidak adil dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Tapi keluarga sendirilah yang tahu jelas urusan keluarga. Selama bukan orang yang berkhianat dan membela orang luar. Kakak tertua sangat baik dan murah hati pada para bawahannya. Kalau tidak, mana mungkin ada banyak orang yang sampai berlomba-lomba gila-gilaan masuk dan memperjuangkan keluarga Yang.
Karena selama kamu sudah bekerja keras untuk Keluarga Yang, maka Keluarga Yang tidak akan pernah melupakanmu.
"Kakak, masalah mengenai Sabrina ini, aku belum mencari pemerintah negara W untuk menemukannya. Karena status dan identitasnya cukup khusus dan spesial. Jika dimanfaatkan oleh orang maka...” Ucapan terakhir, Arya pasti sudah tahu meski tidak mengatakannya. Jadi kakak juga pasti mengerti.
Isko menghela nafas panjang dengan ekspresinya yang masih tenang.
Tapi dia yang duduk di kursi dengan tangan yang terus mengetuk-ketuk gagang kursi membuktikan kalau dia tidak tenang seperti kelihatannya.
Anak perempuannya sendiri, anak yang selalu dijaganya diibaratkan seperti sesuatu yang jika di taruh di genggaman tangannya, dia takut pecah. Jika ditaruh di mulutnya nanti takut leleh. Dia sangat menyayangi anaknya ini.
Kali ini awalnya dia tidak berniat membawa anak perempuannya ikut pergi ke luar negeri.
Tapi siapa juga yang tahu Sabrina terus bertingkah dan merengek seperti bayi. Karena tidak punya cara lain, dia pun terpaksa membawa Sabrina si beban kecil ini.
Walaupun Sabrina menjamin dirinya akan bersikap baik dan patuh. Tapi, ini baru berapa lama? Sekarang dia malah diam-diam pergi sendiri keluar dan akhirnya menghilang.
“Cepat tambahkan pasukan untuk menggerakkan semua relasi yang ada di negara ini. perhatian untuk tetap merahasiakan ini, jangan sampai ketahuan oleh Al Qaeda.” Hatinya sangat panik dan bingung. Tapi Isko tahu, dia harus menghadapi masalah ini dengan tenang.
Al Qaeda adalah ular berbisa. Jika dimanfaatkan dengan baik, maka akan memberikan keuntungan yang cukup besar untuk keluarga Yang dan memberi kerugian besar untuk musuh.
Tapi jika tidak digunakan dengan baik, maka akan berakhir seperti cerita petani dan ular.
Isko adalah orang yang tidak memiliki kelalaian ataupun penyesalan apapun. Dia tidak ingin masalah kecil seperti ini menjadi sebuah alat pengontrol musuh untuk mengancamnya.
"Mengerti, aku pasti akan mencarinya nanti.”
Meskipun Arya juga khawatir tapi dia masih mengenal keponakannya ini dengan sangat baik.
Walaupun keponakannya sangat muda, tapi dia cukup cerdas jadi harusnya tidak akan merugi atau terjadi hal buruk padanya.
Isko melambaikan tangannya, membuat semua orang di sekitarnya mundur pergi lebih dulu.
Arya tanpa sadar juga berniat pergi. Tapi, tiba-tiba dipanggil oleh Isko. Dia pun berhenti.
Hati Arya bergidik, dia tahu pasti akan diberi pelajaran oleh kakaknya. Takutnya dia tidak akan bisa melarikan diri sekarang.
“Tidak lama kah hilangnya?” kata Isko santai.
Arya merasakan kulit kepalanya tiba-tiba dingin, dia pun berkata, "Sepuluh jam? Tidak, enam jam? Juga bukan.... kakak, aku salah.”
Arya dengan bijak memilih untuk menundukkan kepalanya dan mengakui kesalahannya untuk meminimalkan hukuman yang akan diterimanya.
Tapi Isko hanya mencibir dan berkata, "Mengakui kesalahan seperti ini, apa bisa membuat Sabrina kembali dengan sendirinya kesini?”
Arya merapatkan bibirnya dan memilih untuk diam. Dia merasa apapun yang akan dia ucapkan pasti semuanya salah.
Tapi pada saat ini, getaran berdengung terdengar.
Isko mengeluarkan ponselnya dan meliriknya, lalu buru-buru menjawab.
Arya memiringkan telinganya, ingin mendengar siapa yang menelepon.
Tapi Isko hanya berkata, “Baiklah, aku mengerti.” Dia langsung menutup telepon.
“Aku butuh penjelasan!” Kata Isko dingin.
Tubuh Arya gemetaran, lalu melirik ke dua pengawal di belakangnya. Kedua pengawal itu membenturkan kepala mereka ke lantai untuk bersujud meminta maaf.
Bagaimana pun ini adalah kakek Yang yang biasa membunuh siapapun di setiap kesempatan. Di depan hidup dan mati, siapapun pasti akan jadi orang yang sangat bodoh.
Arya menghela nafas, memaksa diri berkata, “Kakak, aku akan menerima hukumanku.”
Apapun keputusannya semua itu akan menyakitkan. Dia juga tidak bisa menyuruh pengawalnya untuk melawan.
Isko melirik Arya, dan mengangguk dengan tenang tanpa mengatakan apapun.
Meskipun adik laki-lakinya ini sering tidak dapat diandalkan, dan bahkan tidak bisa mengawasi putrinya yang sangat berharga. Tapi dia masih memiliki tanggung jawab dasar yang seharusnya dimiliki, jadi Isko sudah cukup puas dengan ini.
“Pergi ke ruang hukuman untuk menerima hukumanmu sendiri!” Setelah Isko selesai berbicara, dia menutup matanya dan mulai beristirahat.
Setelah Arya pergi, dia pun langsung kembali ke kamar dan mengganti pakaiannya. Setelah itu, baru dia pergi ke ruang hukum.
Ruang hukuman keluarga Yang berupa cambukan. Ini bisa dibilang hukuman berat tapi juga bisa dibilang hukuman kecil, Arya mendapat dua puluh cambukan.
Dia menggertakkan gigi karena rasa sakit. Luka yang dibuat dari dua puluh cambukan, akhirnya telah selesai dia jalani.
Masalahnya terdapat pada cambukan terakhir. Pengawal terdekat kakak tertua datang dan mencambuknya begitu saja. Cambukannya itu tepat dilemparkan ke punggung Arya.
Ya Tuhan, tidak ada jaket kulit tebal di punggung Arya!
Setelah mengoleskan obat, Arya merintih menggertakkan giginya, lalu kembali ke ruang kerja.
“Kakak, apa ada kabar mengenai masalah Sabrina?” Arya merasa telepon yang barusan masuk pasti ada hubungannya dengan Sabrina.
Isko meletakkan buku di tangannya,lalu menatap Arya dan berkata, "Em."
Em? Arya tertegun. Kata em punya banyak arti dalam bahasa mereka. Dan kata itu bisa mewakili banyak sikap.
“Apa kamu menemukannya?” Tanyanya tanpa bisa menahan diri.
Isko lagi-lagi menjawab ‘em’, begitu mendengar ini, Arya langsung tidak bisa duduk tenang lagi.
Dia tiba-tiba berdiri dan berkata, "Kakak, di mana Sabrina? Aku akan segera menjemputnya pulang!"
Isko menggelengkan kepalanya dan berkata, "Untuk saat ini, jangan bertindak gegabah. Sabrina tidak dalam bahaya."
Jika bukan karena Isko mencintai Sabrina sampai ke tulang. Mungkin Arya akan curiga apa kakaknya ini sudah tak mengingingkan Sabrina lagi.
Anak itu telah ditemukan, tapi malah bilang untuk jangan bertindak gegabah?
Isko menyerahkan portofolio di atas meja kepada Arya.
Ada beberapa foto didalamnya, dimana Sabrina memegang paha seorang wanita sambil menangis histeris.
Arya merasa apa yang dikenalnya selama ini jadi kacau. Anak kecil yang sangat manja dan biasanya sangat kuat di rumah.
Kecuali ketika dia membuat masalah besar, kalau tidak keponakannya itu tidak akan mungkin meneteskan air mata sesikitpun.
Sebenarnya siapa itu, yang bisa membuat keponakannya mau bergantung seperti itu?
Foto-foto ini agak kabur dan tak jelas. Dari sudut atas ke bawah, terlihat jelas bahwa itu adalah screenshot dari cctv engawasan.
Arya masih ingin berbicara, tapi Isko melambaikan tangannya dan menyuruhnya untuk kembali dan istirahat dulu.
Dia juga berkata untuk tidak perlu khawatir dengan urusan Sabrina. Dia akan menemukan solusinya.
Setelah keluar dari ruang kerja, Arya sedikit khawatir kepada Sabrina karena sikap kakaknya barusan tadi.
Isko tidak memberitahu Sabrina ada di mana. Ini bukanlah masalah untuknya. Arya masih punya cara untuk membuat Kakaknya jadi khawatir.
Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor kakak iparnya.
Setelah beberapa saat, terdengar suara malas di telepon yang berkata, " Arya, ada apa?"
Arya menutup mulutnya dan berbisik di sudut di dalam, "Kakak ipar, sesuatu yang serius dan buruk telah terjadi. Tapi aku bilangi dulu, kamu tidak boleh berdebat panas kepada kakak tertua mengenai ini!”
Begitu Arya mengatakan semua ini, Riana langsung sangat terkejut dan dia buru-buru berkata, "Ada apa, beritahu aku!"
Begitu Arya berkata tentang kehilangan Sabrina, Riana langsung memaki, " Isko sialan! aku ini akan langsung menghubunginya!"
Sebelum Arya bisa menjawab, Riana sudah menutup telepon.
Ketika Arya menelepon kembali, Riana sudah berada di telepon lain.
Arya menghela nafas, tahu bahwa dia akan kedinginan sekarang.
Ketika Riana menelepon, Isko tahu kalau ada sesuatu buruk akan terjadi.
Dia mengangkat teleponnya, dan berkata dengan nada yang malas mau tidur, " Riri."
“Gundulmu itu apa. dimana anakku tersayang!” Teriak Riana. Riana biasanya seorang wanita yang lembut. Tapi kelembutannya ini, kebanyakan hanyalah sebagai topengnya saja.
Isko sakit kepala dan berkata, " Sasa baik-baik saja, dia sudah tidur."
“Pada titik ini, kamu masih berani berbohong padaku!” Suara di ujung lain telepon diperkuat dengan nada bicara yang sangat keras.
Isko berkata, "Siapa yang memberitahumu?"
"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi dulu!"
Isko tidak punya pilihan selain menjelaskannya secara sederhana, dan berkata, "Bukan wanita itu yang dengan paksa membawa Sabrina pergi. Aku merasa lebih seperti Sabrina yang sangat berhasrat untuk ikut dengannya!”
"Hah..." Riana jadi canggung sendiri sekarang. Dia masih sangat tahu karakter anak yang telah dibesarkannya.
Anak itu tidak akan pernah pergi dengan orang tak dikenal. Jadi mengapa kali ini berbeda?
"Tidak mungkin! Tidak benar. Ini bukanlah poin pentingnya. bukan itu intinya. Bagaimana dengan keselamatan Sasa? Tidak, tidak, aku akan terbang sekarang juga. Dan aku akan segera akan menjemput Sasa kembali!”
Novel Terkait
Rahasia Istriku
MahardikaMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraAdieu
Shi QiPerjalanan Selingkuh
LindaAfter Met You
AmardaCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip