Cinta Yang Dalam - Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang

Perkataan Riana baru terlontar, Isko sibuk berkata: "Jangan, Riri, disini bahaya sekali, jangan kemari. Sasa aman sekali, kamu tenang saja, aku kenal semua orang disana. Meskipun mereka tau identitas Sasa, juga akan baik kepada Sasa."

Setelah kepanikan awal, Riana sudah lebih tenang.

Dia menghela nafas, juga tau Isko lebih lancar menyelesaikan masalah ini.

"Jadi kalau sudah mendapatkan Sasa, kamu ingat harus beritahu aku, tau tidak?" Riana memesankan sekali lagi.

"Mengerti........istriku."

Setelah menutup telepon, Isko menekan sebuah tombol di atas meja, dalam sekejap terdengar sebuah suara dari luar pintu: "Tuan ada perintah apa?"

"Panggil Arya kemari." Ucap Isko dengan kesal.

Riana tidak mungkin tanpa alasan bisa mengetahui kejadian ini, tidak tau menebak siapa pelakunya, pasti adiknya si pengkhianat itu.

Setelah hening beberapa menit di luar pintu, lalu bersuara lagi: "Tuan muda kedua sudah keluar."

Isko benci sekali sampai menggertakkan giginya, tapi juga tidak bisa mengutuskan orang menangkap Isko pulang, hanya bisa melambaikan tangannya berkata: "Baik, kamu turun saja!"

Jalan raya di bawah gunung, sebuah mobil hummer anti peluru yang sederhana, Arya melihat sebuah sanjungan yang dikirim dari wechat.

"Bos, kamu sungguh pintar menebak, tapi orang tuan Isko sudah datang, menyuruhmu pergi!"

"Apakah aku dulu tidak pintar menebak?"

"Bukan, bukan begitu maksudku..............."

Arya meletakkan handphonenya, tidak lagi menggoda bawahannya.

Meskipun kakak tidak mengatakannya, tapi juga tidak menyuruhnya menyelidiki.

Dia sudah menyuruh orang menyelidiki identitas wanita ini, asal tau siapa, meskipun dia pergi merebutnya, juga harus cepat membawa Sabrina pulang.

Pada subuh hari, sesudah Neva melakukan yoga, koki grup Tirta membuat sarapan dimsum dan mengantarnya kemari.

Neva meletakkan nasi, lalu pergi ke tempat tidur memeluk Sabrina, menyuruh anaknya pergi mencuci muka dan menggosok gigi.

Anak di umur segini sangat mudah mengantuk.

Sabrina dengan wajah tidak bisa bangun dan juga masih ada bau tempat tidur.

Tapi setelah menunggunya terbangun, langsung memanggil mama dengan manis, membuat Neva berbunga-bunga.

Saat sarapan, Neva dengan pelan bertanya: "Tuan Gandi, apakah sudah ada petunjuk?"

Gandi menggeleng, malah menatap Sabrina, berkata: "Dia sudah sebesar ini, harusnya ingat jalan pulang!"

Hati Sabrina bergetar, tapi malah pura-pura tidak mendengar, lanjut makan dan minum.

Dia merasa pria ini mirip iblis, bisa-bisanya begitu mengerti dia.

Neva melihat Sabrina dengan penuh kasih, dia sedang memasukkan wajah kecilnya ke dalam mangkuk, memakan dengan serius.

"Dia masih sekecil ini, bagaimana bisa tau?!" Neva membantah.

Gandi menggeleng, tidak melanjutkan topik yang menggantung ini.

Setelah makan, Sabrina pun seperti anak ayam, mengikuti di belakang Neva.

Asalkan Neva menghilang 10 detik, dia pun akan menangis tersedu-sedu, terus memanggilkan mama.

Ini membuat Gandi sangat tidak senang, dia menarik baju Sabrina, lalu meletakkannya di atas sofa, membungkukkan badannya dan berkata: " Aku tau kamu sedang berpura-pura kasihan, tapi aku mau memperingatimu, kalau kamu berani meneriaki dia mama lagi, aku akan melemparmu keluar!"

Sambil mengatakannya, Gandi menunjuk posisi jendela.

Tubuh Sabrina gemetaran, dengan lemah berteriak: "Papa!"

Gandi tercengang, kalimat papa ini malah menyentuh hatinya.

Dia menghela nafas pelan, berdiri ke balkon, menghisap rokok.

Kali ini Sabrina pun tidak sibuk mencari mama lagi, melihat suasana hati Gandi sepertinya tidak begitu baik, lalu menggunakan kedua kaki tangannya.

"Papa, apakah kamu tidak senang?"

"Jangan memanggilku papa........"

"Papa, apakah Sasa sudah membuatmu marah?"

"Jangan panggil aku papa........"

"Papa, papa, papa........."

Sabrina seperti menantang, terus memanggil Gandi papa.

Gandi tidak bisa menjelaskan sekarang bagaimana perasaannya, dia mendekat, lalu memeluk Sabrina langsung, membuat gerakan akan melemparnya keluar.

Sabrina hanya seorang anak kecil, ditakuti seperti itu, dalam sekejap mengeluarkan suara teriakan.

Memberontak ingin kabur dari tubuh Gandi, tapi Gandi malah memeluknya erat, membuatnya sama sekali tidak bisa kabur.

Sabrina menggunakan tangan dan kakinya, memukul dan menendang, ingin turun dari tubuh Gandi.

Tapi pukulan kecil ini bagi Gandi tidak ada bedanya dengan geli-geli.

"Penjahat, dasar kamu penjahat!" Sabrina berteriak keras, tidak memanggil Gandi sebagai papa lagi.

Gandi tersenyum penuh kemenangan melihat Sabrina, berkata: "Aku memang penjahat, kenapa, kamu mau memakanku?"

Wajah Sabrina memerah, bibirnya mengerut, membuat wajah seperti ingin menanis. Tapi Gandi malah tidak terpengaruh, malah berkata: "Sini, biarkan paman lihat kamu menangis!"

Sabrina yang awalnya matanya sudah memerah, langsung kembali normal, dia tiba-tiba berteriak kencang: "Mama, mama, papa menggangguku!"

Ekspresi Gandi mengeras, anak ini benar-benar menggunakan cara ini!

Neva awalnya mendengar sedang ribut, tidak berencana mengurusi keributan.

Bagaimana juga tekanan Gandi sekarang besar sekali, Sabrina menemaninya ribut, juga akan membuatnya senang.

Tapi mendengar suara teriakan anak kecil ini yang menggelegar, dia langsung berdiri.

Dengan cepat berjalan ke balkon, melihat anak kecil ini sedang memukul Gandi tanpa henti.

"Mama, mama......." Setelah melihat Neva, Sabrina seperti melihat penolong, langsung berteriak kuat.

Neva tersenyum, maju dan menggendong Sabrina, mengecup keningnya.

Sabrina membuka mulut dan menunjukkan cakarnya membuat wajah setan untuk menakuti Gandi, selanjutnya bersandar di pelukan Neva, dengan mengeluh berkata: "Mama, tadi paman menggangguku!"

Gandi tercengang, suaranya mempunyai maksud yang tidak bisa dijelaskan: "Bukannya tadi masih memanggil papa?"

Sabrina berdecih, mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, memasang wajah tidak sudi.

Melihat seorang orang dewasa dengan seorang anak kecil berdebat dengan kekanakan, Neva langsung tertawa.

Dia menurunkan Sabrina, menyuruh Sabrina pergi ke ruang tamu bermain mainan lego.

Mainan itu Gandi yang memesannya tadi malam, tadi pagi sudah langsung diantar.

Sabrina jelas sekali tidak ingin pergi, tapi melihat tatapan Gandi yang melihatnya dari atas, akhirnya memutuskan ujntuk bermain.

Neva melangkah maju, membereskan baju Gandi yang berkerut yang dibuat Gandi.

Gandi melihat Sabrina yang melompat kegirangan, hati lembutnya langsung tersentuh, berkata: "Anak kecil lucu sekali."

Tubuh Neva mengeras, dalam sekejap merasa ada makna tersirat perkataan Gandi.

Dia bergumam pelan, berkata: "Benar, aku juga sangat menyukainya."

"Memanggilmu mama, apakah kamu bisa tidak suka? Pantas saja kamu bisa berselingkuh dengan pria lain di negara W?" Perkataan Gandi mengandung senyuman.

Tapi perkataan di belakang, dengan jelas menunjukkan ketidaksenangan atas Sabrina memanggilnya paman tadi.

Neva menggigit bibirnya, tidak marah, berkata: "Jadi sebelumnya juga sudah memanggil tuan Gandi papa, bukankah berarti tuan Gandi beberapa hari ini juga merasa senang?"

Gandi tercengang, wanita ini, tidak mengerjakan hal yang seharusnya dikerjakan, sekarang giginya malah makin tajam.

Neva menemani Sabrina pergi bermain, Gandi bersiap-siap sebentar, lalu berencana keluar.

Melihat Neva dan Sabrina sangat rukun, saat ini, dia malah mempunyai rasa kebahagiaan keluarga.

Dia memikirkan tunggu hal ini berakhir, juga sudah waktunya meminta seorang anak!

Neva dan Sabrina sedang membentuk transformer bersama-sama, Sabrina pintar sekali, sesekali, menggunakan kecepatan yang bahkan Neva saja kebingungan, membentuk transformer.

"Huak, huak, transformer mematuhi perintah, pergi dan bunuh paman jahat itu!"

Sabrina sembuh dari luka dan melupakan sakitnya, Gandi masih belum pergi, dia pun sepertinya menjadi lebih berani.

Langkah Gandi terhenti, memutar badannya menghadap Sabrina.

Neva terdiam, langsung bersembunyi di belakang Neva.

Neva berkata: "Tuan Gandi, maafkan anak-anak tidak tau apa-apa, kamu cepat pergi kerja saja! Aku disni menemani Sabrina saja."

Tapi Gandi malah meletakkan tas kerjanya, berkata: "Tidak buru-buru, aku tiba-tiba teringat hari ini tidak perlu cepat sekali keluar."

Gandi duduk di atas sofa, Sabrina sedikit takut dan sesekali melirik Gandi.

Ini membuat Neva sangat tidak berdaya, dengan pelan berkata: "Jangan takut, paman biasanya hanya menggodamu saja!"

Tapi perkataannya baru terdengar, Gandi pun berdehem.

Neva mengangkat kelopaknya, melihat tatapan Gandi yang tidak senang.

Dia berkata dengan tersenyum, Gandi terus tidak percaya.

Tapi sekarang, dia malah merasa dirinya sedikit terpesona.

Anak-anak memang pelupa, Sabrina dalam sekejap sudah langsung melupakan keberadaan Gandi.

Lalu setelah selesai membangun sebuah benteng, Sabrina berkata: "Mama, ini adalah rumah kita, ini adalah kamarmu, ini adalah kamarku, kedepannya kita hidup dengan bahagia disini!"

Neva melirik benteng, berkata: "Bagaimana dengan kamar papa?"

Sabrina berdehem, suaranya yang lembut tidak ada tenaga sedikitpun, malah lebih lucu sekali.

"Paman jahat itu, kita tidak mau dia lagi!"

Gandi yang sedang berpura-pura membaca koran di atas sofa, tangannya langsung gemetaran.

Kalau Neva tidak ada, takutnya Sabrina sudah pergi ke balkon lagi untuk berhembus udara.

Neva mendengar demikian, langsung menutupi mulut Sabrina, berkata: "Anak pintar, sayang, jangan berkata seperti itu, nanti mudah dihukum, tau tidak?"

Sabrina langsung teringat dibelakangnya masih ada orang, dirinya sedang bemain api, dalam sekejap anak ayam mengangguk dengan menurut.

Saat jam 10 lebih pagi, Gandi menerima sebuah telepon.

Dia pergi ke balkon menjawab telepon, tapi jiwa gosipnya yang membara, membuat Neva langsung mendirikan telinganya.

Dia samar-samar seperti mendengar nama Sabrina.

Gandi kembali ke ruang tamu, Neva bertanya: "Tuan Gandi, tadi apakah berhubungan dengan Sabrina ?"

Gandi melirik Neva, wanita ini menguping pembicaraannya?

Tapi hanya masalah kecil, dia juga tidak keberatan, berkata: "Ehn, setelah makan siang langsung antar dia pulang."

"Dia anak siapa? Apakah orang lokal negara W?" Tanya Neva dengan pelan.

Gandi menggeleng, berkata "Bukan."

Dia menjawab dengan singkat, tidak menghilangkan rasa penasaran Neva, dia bertanya lagi: "Jadi juga anak orang dalam negeri? Nanti saat membawanya dia pulang, apakah aku boleh ikut?"

Gandi mengangkat kelopak matanya melihat Neva: "Bagaimana menurutmu?"

Neva menggigit bibirnya, baiklah, sepertinya perkatannya terlalu banyak.

Sebenarnya wajah Gandi tampak tenang, tapi dalam hatinya sudah bergemuruh.

Dia bagaimanapun tidak menyangka, Neva hanya memungut anak ini dan rupanya anak ini adalah milik keluarga Yang!!

Novel Terkait

Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu