Cinta Yang Dalam - Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura

Kata-kata Gandi ini, hampir membuat Neva melompat dari kursinya.

Dia sangat tidak berdaya, pria ini, kenapa bisa mengatakan dengan begitu berani?

Dan didepan masih ada cctv, apakah dia sama sekali tidak menyadari?

Walaupun hatinya sudah ada persiapan, tapi pria ini mengatakan dengan begitu vulgar, kulit wajah Neva masih tidak bisa menahan.

“Tu, Tuan Tirta, apakah aku bisa bilang.. tidak suka?”

Saat Neva mengatakan tidak suka, akhirnya tangan dia menemukan tombol untuk memundurkan kursi, dia mendorong kuat, perlahan kursi bergerak mundur, sampai ke belakang, akhirnya memiliki jarak dengan Gandi.

Setiap kali pria ini melakukan itu, selalu gila-gilaan.

Neva tidak ingin pulang nanti, seluruh tubuhnya penuh dengan ciuman, kedua kakinya lemas sampai tidak bisa berjalan.

Dan bagaimana terekam oleh kamera cctv, maka akan menjadi berita utama....

Ekspresi wajah Gandi menjadi muram, wanita ini, ternyata berani menolak kehangatannya?

Dia langsung mencondongkan tubuhnya kesana, langsung mencium bibir Neva.

Neva ingin melawan, tapi kedua tangan Gandi yang menurunkan kursi, dan menekan dia dari atas.

Neva dengan berusaha ingin mendorong Gandi, tapi dia hanyalah seorang wanita lemah, tenaganya mana bisa dibandingkan dengan Gandi?

Akhirnya, Neva menggertakkan gigi, meraih daging lembut di pinggang Gandi, dan langsung memutar 360 derajat.

Ini adalah titik mati untuk pria, Gandi berteriak kesakitan, lalu melepaskan Neva.

Neva yang sudah mendapatkan kebebasan, terengah-engah, berkata dengan terputus-putus:”Tuan Tirta, disini, disini... ada cctv!”

Gandi tidak menoleh untuk melihat, hanya menatap wanita yang tidak layak didepannya ini, merasa dia seperti seekor kucing liar.

Bisa mengeluarkan suara yang membuat orang rileks dan bahagia, saat diberi makan juga sangat penurut, tapi saat benar-benar akan mendekati dia, dia akan dengan gila menggigit untuk melawan.

Mengalami kekacauan ini, gairah Gandi sudah surut.

Dia kembali duduk ke tempatnya, menarik tuas ke D dan menurunkan rem tangan, lalu menambah kecepatan meninggalkan tempat ini.

Tangan Neva menaikkan kembali kursi, pandangan matanya dengan bersinar memandang pria ini, melihat wajah muramnya, khawatir saat pulang nanti dia pasti akan mengalami kesialan.

Gandi sebenarnya terus mengontrol gairahny sendiri, walaupun tenda kecil di dalam celananya sudah turun sedikit, tapi Neva disampingnya, seperti sebuah obat yang terus bergerak, membuat Gandi tidak tahan ingin untuk menekan dia.

Apalagi rupa Neva yang malu-malu seperti ini, semakin membuat gairah Gandi semakin tidak terbendung.

“Balikkan kepala kesana, tidak boleh melihatku!”

Gandi merasa dirinya sendiri akan kehilangan kontrol diri, dijalan dengan batas kecepatan 60, dia melaju dengan kecepatan 100.

Suara teriakan dia, membuat Neva terkejut, langsung duduk dengan baik di tempatnya, pandangan matanya menunduk.

Pria ini, saat ini benar-benar membenci dia!

Kata-kata tadi, apakah juga palsu?

Masih mengatakan dirinya sendiri harus melakukan segala sesuatu dengan berani dan terbuka, dia mencuri lihat saja tidak boleh, bagaimana dia bisa berani dan terbuka?

Mobil dengan cepat sampai di rumah keluarga Tirta, drifting yang indah dari Gandi, membuat mobil sudah berhenti di tempat parkir.

Dia turun dari mobil terlebih dahulu, lalu mengitari mobil, membuka pintu mobil Neva.

Neva tertegun, digendong oleh Gandi, masuk kedalam rumah.

Neva sedikit melawan, tapi tidak berani terlalu kuat, takut pria ini merasa keberatan dengannya lagi.

Dia menekan suaranya sambil berkata:”Tuan Tirta, itu..kamu bisa menurunkan aku, aku bisa jalan sendiri.”

Neva melihat lampu di rumah keluarga Tirta yang menyala, berpikir masalah dia mengalami alergi, pasti semua orang dirumah sudah tahu.

Nanti saat masuk akan banyak orang melihat, akan sangat memalukan.

Gandi mendengar kata-kata Neva, tidak melepaskan tangannya, malah memeluk Neva lebih erat, berkata:”Didepan mama, bukankah kita seharusnya menunjukkan hubungan yang lebih baik?”

Hati Neva terasa terhalangi, dan sedikit asam, benar, hanya menunjukkan didepan ibu Tirta, dia tidak ingin berbicara lagi, hanya bisa menjawab “em” untuk mengekspresikan ketidak seriusannya.

Sebelum Gandi masuk sambil menggendong Neva, pintu sudah dibuka terlebih dahulu.

Wajah panik Shinta keluar dari dalam rumah, sambil berjalan sambil berkata:”Gandi, kenapa, apakah Neva baik-baik saja?”

Gandi menggeleng, berkata:”Tidak apa-apa, Neva hanya alergi saja, sudah hilang. Ma, malam hari dingin, kamu cepat masuk!”

Walaupun sudah dikatakan seperti itu, tapi Shinta masih sedikit tidak tenang, pergi ke sisi Neva dan menghangatkan dia.

Neva merasa hatinya terasa hangat, perhatian Shinta kepada dia, seperti perhatian seorang ibu kepada anaknya, selalu serius tanpa membiarkan terluka sedikitpun.

Masuk kedalam rumah, Neva melihat Gaoha dan Wendi berada disana, dan untuk Fandi, sudah tertidur di atas sofa.

Neva juga tidak menyangka dirinya mengalami alergi, ternyata bisa membangunkan semua orang dirumah.

Menghadapi sejumlah kata-kata perhatian, Neva menjelaskan dengan lama, baru bisa membuat semua orang merasa tenang.

Tapi Fandi yang sepertinya bermimpi besar, akhirnya terbangun dan tiba-tiba berkata:”Kakak kedua, biasanya kamu tidak ada masalah, kenapa bisa tiba-tiba alergi?”

Saat ini dikatakan, semua orang jadi fokus dengan pertanyaan ini.

Neva bergumam sebentar, lalu mengatakan jika dirinya sendiri tidak tahu, dengan sengaja tidak mengungkit laporan alergi.

Dia tidak ingin Gandi tahu hal ini.

Untungnya dengan perhatian semua orang, melihat Neva sudah tidak apa-apa, semuanya lalu bubar dan kembali berisirahat.

Gandi menggendong Neva, naik keatas dan masuk ke kamar, meletakkan dia diatas ranjang.

Walaupun Neva sangat menyukai ranjang yang lembut ini, tapi dia dengan otomatis berdiri, ingin pergi tidur di sudut ruangan.

Dia baru saja ingin bangun, mendengar suara batuk Gandi, pandangan yang tajam, langsung menusuk ke wajahnya.

“Aku... aku pergi tidur di sudut.” Neva menundukkan kepala, berkata dengan hati-hati.

Gandi tidak berbicara, hanya berjalan ke depan Neva, sedikit memaksa tubuh Neva, menekan dia ke atas ranjang, lalu menutupinya dengan selimut.

Tindakan ini, walaupun Neva adalah orang bodoh, juga mengerti jika Gandi tidak mengizinkan dia tidur di atas lantai.

Dia adalah orang yang mudah berpuas diri, hatinya sedikit tersentuh.

Setelah Gandi naik ke atas ranjang, Neva berusaha bersandar ke sisi lain, memberikan tempat yang lebih besar untuk Gandi.

Saat ini langit sudah semakin menjadi putih, Neva menarik nafas dalam, menutup mata, setelah dalam hati mengucapkan selamat malam kepada Gandi, lalu dia tertidur.

Tidur kali ini, Neva tertidur sangat nyenyak, sampai gedoran pintu dari luar, mengganggu mimpi makannya, dia baru membuka mata.

“Kakak kedua, sudah bangun?”

Orang yang mengetuk pintu adalah Wendi, sekarang sudah jam 11 pagi.

Saat sarapan tadi Gandi turun, mengatakan Neva kemarin malam tidur terlalu malam, tidak perlu membangunkan dia untuk sarapan lagi.

Hati Wendi sebenarnya sedikit asam, perasaan dia terhadap Gandi, sangat kacau.

Gandi adalah kakak keduanya, tapi kerabat yang tidak memiliki hubungan darah.

Setelah bertahun-tahun, bisa tumbuh sedikit perasaan yang tidak bisa dihindari.

Tapi sekarang, dia sudah menjadi istri orang lain, dan kakak keduanya, menjadi suami orang lain.

Neva bangun dari ranjang, sedikit lemas menyeret kakinya, membuka pintu, berkata:” Nana …”

Rambut Neva sekarang sudah seperi kandang ayam, tetapi masih sulit menyembunyikan wajah cantiknya.

Setelah berbicara dengan Wendi , dia lalu pergi mandi dan bersiap, lalu turun kebawah.

Siang hari, Gandi yang tidak pernah pulang untuk makan, tiba-tiba pulang.

Dia mengatakan dia sedang ada pekerjaan resmi, kebetulan lewat jadi pulang untuk makan.

Tapi orang yang mengerti bisa melihat, Neva baru saja sembuh, dia pulang ke rumah untuk makan siang, takutnya sebenarnya karena mengkhawatirkan Neva?

Tapi tidak ada yang mengatakan ini, ini adalah masalah kecil, melihat hubungan mereka berdua semakin bagus, Shinta semakin senang.

Wendi menginap dirumah keluarga Tirta selama setengah bulan, selama ini melihat Gandi pergi pagi dan pulang malam.

Neva yang tidak melakukan apa-apa, menemani Wendi pergi jalan-jalan, berpartisipasi dalam berbagai pameran. Kadang-kadang Gaoha juga ikut, tapi setiap saat seperti itu, Wendi akan selalu terlihat tidak sabar, berkeliling sebentar saja, lalu sudah ingin pulang.

Neva adalah orang luar, dia bisa melihat, walaupun Wendi tidak menyukai Gaoha, Gaoha juga sering berbicara dingin.

Tapi melihat sebagai orang luar, Neva bisa merasakan cinta terhadap Wendi dalam kedinginan Gaoha.

Manusia, selalu tidak pernah merasa puas.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu