Cinta Yang Dalam - Bab 371 Penasihat

“Terima kasih, terima kasih atas bimbingan Direktur Yang, aku pasti aku berusaha bekerja, pasti ….”

Dania baru saja ingin memperlihatkan kesan berambisi dalam bekerja kepada Winda, agar Winda dapat bersyukur karena tindakannya, namun Winda malahan langsung melambaikan tangan dan memutuskan aksinya.

“Sudahlah, bukan rapat besar perusahaan juga, tidak perlu bersumpah. Sudah cukup asalkan setiap harinya dapat bekerja dengan baik, lalu hidup dengan bahagia dan bebas.”

Kata-kata yang sederhana, dan juga harapan yang sederhana.

Namun ketika Winda mengatakan semua ini, dirinya juga merasa berat.

Kadang kalanya, hal yang paling sederhana malahan adalah hal yang paling sulit dilakukan.

“Iya….” Dania mengangguk.

“Mengenai kejadian di dalam perusahaan, kamu juga tidak perlu berkenan. Aku yang terlibat saja tidak mengatakan apapun, kamu anggap saja seperti mendengar lelucon.”

Winda tentu saja juga mengerti, Dania terlibat dalam permasalahan ini juga dikarenakan ingin membela dirinya.

Namun Winda mengerti bahwa meskipun meredakan rumor seperti ini dalam sementara waktu, rumor tersebut pasti akan muncul kembali apabila mendapat kesempatan.

Lagi pula saat ini di dalam kantor masih ada Sansan yang menjadi penghasut, Sansan selalu menanti kesempatan untuk bertindak terhadap dirinya.

Meskipun Winda tidak pernah mencari masalah dengan Sansan, namun tidak menandakan kalau dirinya takut terhadap Sansan.

Saat ini mereka masih sebagai rekan kerja, ditambah lagi dirinya masuk ke dalam perusahaan ini berkat hubungan internal, oleh sebab itu dia selalu bersabar dalam bergabung di ruang lingkup rekan kerja.

Namun segala sesuatu pasti ada batasannya, apabila masalah ini terus berlanjut dan tidak memiliki penyelesaian, Winda juga tidak berkenan untuk memperlihatkan kepada mereka mengenai kekuasaan yang dimiliki dirinya beserta bagaimana rasanya tertekan secara keseluruhan.

“Direktur Yang, itu, aku boleh menanyakan sesuatu padamu ?” Dania tetap saja bertanya meskipun ragu sejenak.

Winda terbengong sekilas, lalu melirik Dania dengan tatapan kaget, tidak tahu juga apa yang sedang dipikirkannya.

“Kenapa ? Ada apa bilang saja, kita sudah begitu dekat, masih perlu berhati-hati ya ?” Kata-kata Winda membuat wajah Dania sedikit memerah.

Dia buru-buru melambaikan tangan dan berkata :”Bukan, bukan, itu, orang kantor bilang kamu sering mengganti mobil baru, lalu …..lalu …..”

“Lalu bilang berdasarkan kemampuan ekonomi dan gaji aku pada saat ini, pasti tidak sanggup membeli mobil mewah seperti itu kan ? Jadi aku pasti mendapatkan seorang pria yang kaya, lalu aku pasti menjadi wanita simpanan semua orang dengan tidak mengenal batas kan ?”

Winda tersenyum sambil berkata, mengenai kalimat bagaikan isi skenario ini, dia sudah hampir menghafal semuanya.

Hal ini membuat Dania mengalami sedikit ilusi, dia merasa pada detik ini, senyuman Winda bahkan sedikit menawan.

Sementara Winda juga merasa tidak berdaya di dalam hatinya.

Dia tidak menyangka kalau segala tingkah laku dirinya di perusahaan bahkan sudah berada di dalam pengawasan orang lain.

Bukannya hanya sekedar membawa mobil untuk datang bekerja ya ? Apa hubungannya dia membawa mobil apa dengan rombongan rekan kerja ini ?

Lagi pula dia selalu memarkir di tempat yang berbeda-beda, pastinya ada orang yang sengaja memperhatikan mobilnya pada setiap hari, jika tidak demikian bagaimana orang tersebut mengetahui kalau dirinya sering mengganti mobil ?

Di dalam laci yang berada di kamar tidur Winda, bahkan sudah ada belasan buah kunci mobil.

Pada saat berangkat kerja, Winda selalu mengambil kunci mobil secara sembarang untuk menentukan kendaraannya di hari tersebut.

Winda tidak bermaksud untuk pamer kepada orang lain, dengan sikap dirinya yang begitu riang, dia tidak memedulikan jenis kendaraannya.

Seandainya bukan karena keluarga Yang selalu menyediakan mobil mewah untuk dirinya, dia tetap saja akan membawa mobil apapun meskipun hanya sekedar mobil yang murah.

Akan tetapi dia sama sekali tidak menyangka kalau orang yang ada di kantor akan begitu menggosipkan dirinya, hanya dengan kendaraan dirinya pada setiap hari, bahkan juga sanggup menciptakan berbagai jenis rumor.

Tidak perlu diragukan lagi, saat ini di dalam pandangan semua rekan kerjanya, mobil mewah yang dimiliki dirinya pasti adalah hasil pemberian orang kaya.

Sementara citra dirinya pada saat ini pastinya sudah menjadi wanita yang memiliki hubungan mesra dengan berbagai lelaki, demi mendapatkan uang, dia bahkan sudah menjadi wanita licik yang tidak mengenal batas.

“Direktur Yang, mereka memang mengatakan hal ini. Tetapi di dalam pandanganku, kamu bukan, bukan orang seperti itu ….”

Winda merenung masalah ini di dalam hatinya, meskipun bahasanya cenderung santai dan tidak peduli, namun hatinya tidak mungkin mengabaikan hal tersebut.

Namun dalam pandangan Dania, reaksi Winda pada saat ini malahan berkesan seperti emosi karena kata-katanya.

Hal ini membuat Dania merasa panik dan tegang, dalam hatinya juga merasa sedikit menyesal, dia merasa seharusnya dirinya tidak melontarkan kalimat ini.

“Ya ?” Winda langsung sadar dari renungan dirinya, dia buru-buru melambaikan tangan dan berkata :”Kamu pikir apa ? Tidak masalah, aku sama sekali tidak memedulikan masalah ini.”

Winda mengambil dua buah permen karet dari permukaan meja, kemudian memberikan salah satunya kepada Dania.

Dia memasukkan permen karet dirinya ke dalam mulut, rasa manis dari permen karet membuat hatinya tenang kembali.

“Mulut ada di tubuh mereka, terserah mereka mau bilang apa, jangan-jangan kita harus menjahit mulut mereka hanya karena tidak suka ya ? Mengenai orang ini, Dania kamu tidak perlu memedulikannya.”

Kata-kata Winda yang begitu terus terang membuat Dania terbengong sejenak.

Komentar dari berbagai karyawan kantor sudah begitu parah, jangan-jangan masih tidak perlu berkenan ya ?”

“Kamu boleh mengganti sudut pandang untuk berpikir, kenapa mereka selalu menyeret dirimu dan terus menciptakan rumor untukmu ?”

Winda menanyakan masalah tersebut kepada Dania dengan cara pandang yang berbeda.

Dania sangat pintar, dia hanya berpikir sejenak saja sudah mengerti inti permasalahan tersebut.

“Rumor ini dikarenakan iri hati ? Mereka sedang iri padamu ?”

“Iya.” Winda sangat setuju dan mengangguk kepalanya, kemudian berkata dengan nada tidak acuh :”Orang yang tidak berkemampuan dan tidak mau mengubah sikap diri sendiri, malahan akan menganggap kalau orang lainnya tidak memiliki kehebatan seperti dirinya. Sementara ketika orang lain lebih baik daripada mereka, mereka juga tidak bakal mengintrospeksi diri. Mereka malahan akan berpikir apakah orang ini naik ke atas ranjang siapa atau memanfaatkan jalan pintas siapa ? Atau mungkin saja telah menggunakan strategi licik yang tidak dapat diumumkan ? Sedangkan bagaimana pada kenyataannya ?”

“Pada kenyataannya kita sama sekali tidak melakukan apapun, kita hanya sekedar menjadi diri sendiri saja. Sedangkan dengan sikap kita yang fokus pada diri sendiri dan tidak memedulikan apapun, malahan akan membuat api amarah orang yang iri kepada kita menjadi semakin meledak.”

Dania menyambung pembicaraan Winda dan terus menjelaskannya.

Dengan bimbingan Winda pada detik ini, Dania bahkan merasa seolah-olah dirinya telah menjadi seorang psikolog.

“Benar sekali.” Winda menodong jempol kepada Dania, kemudian lanjut berkata :”Jadi, mengapa kita harus memedulikan mereka ? Kita selalu berusaha untuk maju, dan juga selalu lebih sukses daripada mereka. Tetapi kalau mereka ? Mereka hanya bisa menetap di tempat. Sebuah perusahaan yang dapat berkembang maju, bukan hanya sekedar mengandalkan usaha karyawan, tetapi juga cara pimpinan dalam mengambil sebuah keputusan. Sedangkan di dalam Young Grup, asalkan kamu adalah orang yang unggul, kamu pasti bisa sukses !”

Kata-kata Winda membuat Dania terbengong beberapa saat di tempat.

Sebenarnya dia juga bukan manusia yang tidak memiliki rasa iri hati.

Hal ini dikarenakan dia juga manusia biasanya, meskipun fasilitas keluarganya lumayan baik, namun dia juga bakal memiliki hasrat dan keinginan.

Seandainya melihat ada orang yang lebih maju dari dirinya meskipun bermula di tempat yang sama, Dania juga bakal merasa iri dengan orang tersebut.

Namun rasa iri seperti ini hanya sedikit saja.

Sisanya hanya restu dan keinginan untuk belajar dengan orang unggul tersebut.

Oleh sebab itu meskipun Dania telah lama bekerja di Young Grup dan juga lama sebagai bawahan Sansan, Dania tetap saja dapat mempertahankan karakter dasarnya.

Tidak lama setelah Winda selesai berbicara, ada sebuah email yang masuk, isinya adalah prosedur pekerjaan yang terbaru.

Dia melihat di dalamnya ada beberapa dokumen yang mesti menjemput di ruang penulis skenario, sehingga memerintahkan Dania untuk menjemputnya.

Pada saat Dania bermaksud untuk keluar ruangan, Winda malahan memanggilnya.

“Seandainya mereka masih ribut lagi, kamu juga tidak perlu peduli, cukup fokus dengan pekerjaanmu saja.”

Dania mengangguk dengan kuat, kemudian membuka pintu dan keluar dari ruangan.

Dia bukan orang yang mudah terkendali oleh emosional, apalagi setelah mendengar nasihat dari Winda pada barusan.

Pada saat tiba di depan ruang penulis skenario, pintu ruangan tersebut malahan dalam keadaan tertutup.

Dania terbengong sekilas, bagaimanapun pada biasanya ruangan ini selalu ramai, sehingga pintu tersebut jarang sekali ditutup.

Dia mendekati pintu dan baru saja ingin mengetuknya, sudah terdengar suara tajam yang berasal dari ruangan.

Pemilik suara tersebut adalah Ruri yang mempersulit dirinya pada beberapa waktu yang lalu.

Di dalam ruangan penulis skenario, Sansan sedang duduk di tempatnya, tangannya yang memegang gunting kuku sedang merapikan kukunya yang berwarna merah.

Sementara Ruri sedang berada di tempat yang tidak jauh dari dirinya, di layar komputer ada dokumen yang sudah terbuka, isinya hanya diselesaikan sebagian saja, namun saat ini dia malahan tidak lanjut mengerjakannya.

Ruri duduk di tempatnya dan berkata kepada beberapa karyawan yang berada di ruang penulis skenario :”Dania itu ya, aku semakin emosi kalau berpikir lagi. Dia benar-benar tidak tahu malu lagi hanya demi menyanjung Winda. Dia hanya orang apaan juga ? Dia bahkan merasa Winda akan mengangkat dirinya ya ?”

“Benar sekali, jangan membahas dulu tentang identitas Winda, setidaknya Winda masih sebagai simpanan pria kaya. Tetapi Dania memiliki apanya ? Kalau bukan karena kak Sansan sangat perhatian dengan dirinya, dia mungkin saja sudah dipecat oleh perusahaan !”

“Jangan bilang begitu, keluarga Dania juga lumayan kaya. Sebelumnya aku pernah pulang ke kantor ketika di waktu makan siang, aku melihat ada sebuah mobil Benz yang mengantar barang kepadanya, mobil itu adalah versi teratas dan sudah pernah reparasi, setidaknya memiliki harga sepuluh miliar !”

“Punya keluarganya ? Jangan-jangan dia juga menjadi simpanan pria kaya ya ? Makanya begitu akur dengan Winda ….”

Sebagian besar karyawan di dalam ruangan turut menghentikan pekerjaan di tangan, kemudian ikut membahas dengan gaya seru.

Sementara karyawan yang tidak menghentikan pekerjaannya, kadang kalanya juga akan ikut membahas dan melontarkan kata-kata tidak memihak kepada siapapun.

Dikarenakan saat ini tubuh Dania telah tertanda oleh Winda, sehingga mereka juga tidak berani menyinggungnya.

Namun saat ini mereka masih bekerja di bawah bimbingan Sansan, mereka adalah bawahan Sansan, sehingga tetap saja tidak berani menyinggung perasaan Sansan.

Sementara sejak awal hingga saat ini, Sansan sama sekali tidak mengatakan apapun.

Setelah selesai merapikan kuku, dia mengambil cermin di atas meja dan mengeluarkan kosmetik untuk berdandan.

Pada saat ini, Dania yang tidak sanggup bersabar akhirnya mengetuk pintu.

Tok tok tok ….

Suara ketukan tersebut sangat kuat dan terus berlanjut, kesannya dalam hatinya Dania benar-benar merasa tidak senang. Meskipun barusan Winda telah memberikan nasihat dan bimbingan kepadanya, namun Dania tetap saja tidak memiliki kesabaran seperti Winda.

Rombongan mereka benar-benar tidak ada habisnya !

Seiring dengan suara ketukan pintu yang kuat dan mendesakkan, semua karyawan yang berada di dalam ruangan langsung terdiam.

Semua orang saling bertatapan, tidak tahu juga apa yang sedang terjadi ?

Jangan-jangan Winda yang datang kemari ?

Beberapa wanita yang turut menyanjung dan hebat bergosip pada barusan, wajahnya langsung pucat dalam seketika.

Sementara pada saat ini Sansan hanya batuk sekilas, tatapan matanya seolah-olah melirik ke arah Ruri dengan tanpa sengaja.

Ruri duduk di tempat yang paling jauh dengan pintu, sudah menyadari kalau saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyanjung.

Oleh sebab itu dia berdiri dan melangkah kakinya, kemudian membuka pintu dengan tangan yang sedikit kejang.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu