Cinta Yang Dalam - Bab 188 Aku Adalah Masalah

Setelah Neva selesai berkata, air mata kekecewaan, akhirnya mengalir turun.

Dalam hatinya menyesal, menyesal akan tindakannya sendiri untuk membeberkan dengan Gandi. Tetapi hasrat yang tak beralasan, justru membuat mereka lega.

Paling-paling mereka menjalani kehidupan mereka masing-masing, tidak saling campur.

Dia hanya seorang diri, selama tidak terjadi masalah pada Nana, merelakan badan ini memangnya kenapa?

Wajah Gandi sudah gelap sepenuhnya, dia menunjuk Neva dengan kehilangan kontrol, tetapi perkataan yang sudah sampai di ambang bibir, dia justru tidak tahu harus bagaimana mengatakannya.

Dia ingin mencari tampang berpura-pura dalam mata Neva, tetapi sangat disayangkan, tidak ada apa-apa.

Neva sangat tenang, seolah-olah perkataannya tadi, semua berasal dari lubuk hatinya.

Ternyata, dia menikah dengannya, benar-benar adalah karena dipaksa!

Dengan begitu, perasaannya yang terkadang muncul terhadap Neva, juga hanya hampa?

Neva seolah-olah kehilangan tenaga dalam sekujur tubuhnya, dia menarik napas dalam, menyangga badannya untuk berdiri, dan hendak kembali lantai atas.

Dia sangat lelah, pelampiasan semua kebencian yang terkumpul selama ini, sudah membuat dia merasa sedikit pusing karena terlalu bertenaga.

Tidak bisa diputuskan, malah semakin kusut, maka langsung saja buang semuanya!

Tetapi tidak menunggu dia melangkah, di tangannya terasa ada sebuah tenaga yang besar, lalu dia ditarik kembali.

Neva terhuyung, hampir terjatuh ke meja sofa.

Kemarahan melintas di wajahnya, dia berkata dengan suara berat “ Tuan Tirta, apa yang ingin kamu lakukan!”

Gandi mentap Neva tanpa ekspresi, Neva saat ini bagaikan meriam yang akan meledak setelah dinyalakan.

“Aku sudah mengatakan semua yang mestinya dikatakan, kamu masih ingin aku berbuat apa? Aku tidak berhutang kepadamu, juga tidak pernah menginginkan apapun dari Keluarga Tirta. Tuan Tirta, anggap saja aku memohon padmau, beri aku satu jalan hidup!”

Neva mengucapkan perkataan ini dengan suara bergetar, mencerminkan sepenuhnya perasaan kepedihan yang lebih besar daripada hati yang mati.

Bahkan hati Gandi yang dingin dan keras ini, juga sedikit tergerakkan.

Dia menarik napas dalam, dan berkata “Aku sudah tahu.”

Melihat tampangnya yang tenang, Neva tersenyum pahit dalam hati.

Dirinya mengatakan begitu banyak, takutnya tetap akan dikira sedang berakting bukan?

Dia berkata “Kalau begitu bolehkah aku pergi istirahat?”

Gandi tidak bersuara, tetapi dengan sikapnya itu, Neva menganggap dia setuju.

Dia bangkit berdiri, sekali lagi berjalan ke kamarnya di lantai atas.

Tetapi mungkin dia terlalu mendadak ketika bangkit berdiri, mungkin luapan perasaannya terlalu kuat, setiap dia berjalan satu langkah, semuanya terasa pusing.

Sandaran tangga sudah di depan mata, Neva menjulurkan tangan ingin menyangganya untuk beristirahat sejenak.

Tetapi justru jarak yang dekat ini, dia menggunakan segenap tenaganya, juga tidak sampai.

Terdengar suara keras ‘phoom’, suara barang berat yang jatuh ke lantai, membuat Gandi langsung menoleh melihatnya.

Saat ini Neva sudah tidak sadarkan diri, bahkan erangan ketika terjatuh ke lantai pun tidak ada.

Gandi bangkit berdiri, dia bergegas maju dan menggendong Neva, lalu dia berkata dengan cemas “Kamu tidak apa-apa?”

Saat ini Neva sudah pingsan, dia samar-samar bisa mendengar sepertinya ada orang yang sedang berbicara dengannya.

Tetapi juga hanya mendengar saja, segera dia pun tenggelam ke dalam tidur yang dalam.

Gandi menggendong Neva lari keluar, menaiki mobil, dan mengemudi ke arah rumah sakit.

Di dalam bangsal, setelah selesai melakukan pemeriksaan, dokter berkata “Tuan, kondisi tubuh nyonya Anda sedikit lemah, untuk sementara waktu ini dirawat dengan baik saja. Dalam kehidupan sehari-sehari tidak boleh memiliki emosi naik turun yang terlalu besar, jika tidak, sangat mudah untuk pingsan.”

Setelah dokter selesai berpesan, dia berjalan keluar dari bangsal.

Perawat kecil yang mengikuti di dokter, saat ini sedang membagikan sebuah foto yang dia ambil diam-diam ke moments Wechat-nya.

Itu adalah foto Gandi yang menatap Neva dengan gelisah, perhatian di wajahnya, tak diragukan lagi.

Tulisan penjelasnya adalah: “Aku berharap suamiku kelak juga bisa begitu perhatian kepada istrinya seperti Kak ketiga Tirta!”

Ketika Neva sadarkan diri, dia melihat tatapan Gandi yang sedikit lelah berhenti di wajahnya.

Ekspresinya tertegun, dan dia berkata dengan tenang “Maaf, Tuan Tirta, aku menambah masalah lagi untukmu.”

Melihat wajah cantik mungil Neva yang menunjukkan kelemahan dan kepucatan, dalam hati Gandi bahkan terasa sedikit sakit.

“Masalah yang kamu buat untukku memangnya masih sedikit?” Jelas-jelas adalah perkataan perhatian, tetapi setelah Gandi mengucapkannya, justru menjadi tampang yang lain.

Neva tersenyum pahit, dan berkata pelan “Iya, aku adalah masalah….”

Sebelum dia menyelesaikan perkataannya, Gandi langsung memotongnya “Sejak kapan kamu menjadi begitu penurut? Aku berkata bagaimana kamu pun menyahut bagaimana?”

Ekspresi Neva kaku, dia menekan bibirnya dan memilih untuk hening.

Berkomunikasi dengan Gandi, selalu adalah yang paling melelahkan, karena tidak peduli dia berbuat bagaimana, semuanya adalah salah.

Setelah meminum sedikit air hangat, Neva tertidur lagi. Kali ini, dia tertidur hingga malam hari.

Gandi mengambilkan semangkuk bubur bergizi di samping, dia menyodorkannya ke ambang mulut Neva, dan berkata “Habiskan.”

Suaranya sangat dingin, tetapi Neva menjulurkan tangan, suhu buburnya justru pas sekali, jelas bahwa Gandi sudah memanaskannya terlebih dahulu.

Setelah dia meminumnya, dia merasa tubuhnya memiliki sedikit tenaga lagi.

Dokter sekali lagi datang untuk melakukan pemeriksaan kepada Neva, setelah memastikan Neva tidak memiliki masalah lagi, dia berkata kepadanya bahwa sudah bisa keluar dari rumah sakit.

Sebelum pergi, dia memberikan beberapa resep obat untuk Neva.

Obat yang sebelumnya baru saja dia minum, tidak perlu untuk mengeluarkan uang lebih ini.

Tetapi baru saja Neva membuka mulut, belum sempat berkata pun dia sudah menelan kembali perkataannya karena tatapan mata Gandi yang tajam.

Tanpa menghiraukan bantahan dari Neva, Gandi langsung menggendong Neva menaiki mobil.

Banyak orang yang mengenali identitas mereka, adapun orang yang membuka cahaya flash demi mendapatkan foto yang lebih baik.

“ Tuan Tirta, kamu turunkan aku saja! Dilihat banyak orang, jika diunggah ke internet, tidak baik pengaruhnya untukmu.” Neva berkata dengan lemah.

Dia tidak suka seperti ini di depan orang banyak, rasanya tidak memiliki privasi sedikitpun.

Tetapi Gandi mencibir, dan berkata “Kamu adalah istriku, hubungan suami istri yang mesra, apanya yang tidak baik?”

Neva terdiam, entah kenapa, dia tidak tahu harus membantah bagaimana.

Gandi meletakkan Neva ke kursi belakang, dia mengeluarkan selimut dari dalam dan menyelimuti Neva.

Lalu dia naik ke dalam mobil, dan pulang ke vila dengan tenang.

Mendengar suara mesin, Mbok Ting sudah menunggu di depan pintu.

Kali ini Gandi tidak menggendongnya, Mbok Ting yang memapah Neva berjalan ke kamarnya di lantai atas.

Setelah membantu Neva untuk berbaring, Mbok Ting mengantarkan obat yang sudah dimasak.

“ Nyonya Muda, tidurlah setelah minum!”

Neva mengangguk pelan, dan berkata “Terima kasih Mbok Ting.”

Mbok Ting membuka mulut, dia ingin berkata tetapi ragu untuk mengucapkannya, dan pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.

Setelah mengemasi kamar Neva, dan menunggu Neva menghabiskan obatnya, berulah Mbok Ting berjalan keluar.

Dia turun ke lantai bawah, dan melihat Gandi duduk di atas sofa, dan tidak bergerak.

“Gandi, kamu belum pergi istirahat ke atas?” tanya Mbok Ting.

Gandi mendongak, dia tersenyum memaksa, dan berkata “Mbok Ting, kamu pergi istirahat dulu saja, aku akan naik jika ingin tidur.”

Mbok Ting menggeleng kepala, setelah membersihkan piring, dia kembali ke kamar tamu untuk beristirahat.

Hari ini ketika dia menelepon Shinta, awalnya dia ingin kemari.

Tetapi tidak tahu bagaimana dia berpikir, dia berkata lagi bahwa masalah suami istri, biarkan mereka sendiri yang menyelesaikannya, dan tidak datang kemari.

Gandi duduk di lantai bawah dalam waktu yang lama sekali, hingga setelah lonceng pukul dua belas berbunyi, barulah dia menggerakkan tubuhnya yang sedikit kaku, lalu berjalan ke lantai atas.

Di dalam kamar hanya ada lampu penerangan kecil, sengaja dinyalakan untuk Gandi.

Dia berjalan pelan ke depan Neva yang sudah tertidur pulas, dan menatapnya dari atas.

Neva pun tidak tenang ketika tertidur, alisnya berkerut dengan dalam, dan mulutnya menggumamkan sesuatu.

Gandi tidak bisa mendengarnya dengan jelas, maka dia membungkuk badannya.

Tetapi setelah dia mendengarkan perkataan Neva, wajahnya seketika menjadi masam.

“Tidak, jangan begini, jangan….”

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu