Cinta Yang Dalam - Bab 358 Menerima Resikonya

Winda sebenarnya dari awal sudah tidak marah lagi. Namun, setelah dia mengerti apa yang terjadi, dia pun marah lagi.

Bagaimanapun ketika Sabrina bersekolah di Australia, sekolahnya tidak pernah memanggil Winda karena perselisihan apapun.

Tapi sekarang malah tidak seperti dulu lagi. Lingkungan sekolah di negara ini beda sekali dengan lingkungan sekolah di luar negeri.

Apalagi, Winda tidak pernah mengijinkan putrinya itu mengatakan kalau dia adalah anggota keluarga Yang agar Sabrina bisa berkomunikasi dan bergaul dengan anak-anak sekolah ini.

Hanya kepala sekolah dan beberapa pimpinan sekolah yang pernah muncul bertemu dengannya ketika dia mengantar Sabrina untuk masuk bergabung dan belajar pertama kali di sekolah ini.

Dengan melakukan seperti ini, dia berpikir ini mungkin yang terbaik untuk Sabrina.

Karena bagaimanapun keluarga Yang ini statusnya terlalu tinggi dan sulit untuk didekati. Musuh yang tampak dan tidak juga terlalu banyak sekali.

Winda merasa dia dan Sabrina harus merendah, ini semua dilakukan agar Sabrina bisa tumbuh dengan sehat dan tidak diawasi oleh orang lain.

Namun dia tidak menyangka, jalan yang diambilnya untuk meminta putrinya merendah ternyata malah ditukar dengan situasi dan kondisi semacam ini.

Dibully oleh anak-anak lain, dia bisa memaksakan diri untuk mencoba memahami ini.

Namun Nyonya Gun ini seperti anjing gila yang terus menggigit dengan sembarangan. Kepala Sekolah Gun tahu status dari Winda. Tapi dia masih saja berpura-pura bodoh disini?

Kepala Sekolah Gun menghela napas panjang, dia berusaha berkomunikasi dengan Winda. Dia tahu ada beberapa hal yang mana nona dari keluarga Yang ini masih bisa mentolerir orang lain.

Sehingga dia berkata dengan ragu-ragu “Maaf nona Yang, istriku ini terlalu implusif. Begini, masalah ini sedang aku selidiki, jika beberapa murid di sini memang bersalah dan bertanggung jawab atas ini maka aku akan menangani mereka dengan serius.”

Selesai dia bicara, dia buru-buru melihat ke arah Winda. Jika Winda menunjukkan ketidak puasan sedikit saja, dia akan segera memperbaiki ucapannya.

Namun, Winda masih saja menggantung senyuman di wajahnya, lalu berkata “Karena kepala sekolah sudah bicara seperti ini, kalau begitu aku akan memberi kepala sekolah waktu untuk menyelidiki ini. Jika Sabrina benar-benar bersalah, tidak perlu kepala sekolah yang maju, aku sendiri akan menanganinya dengan sangat serius. Semuanya langsung ditangani saja sesuai dengan aturan sekolah. Namun jika putri kesayangan anda dan beberapa anak yang baru saja disebutkan oleh nyonya ini yang bersalah, maka kepala sekolah juga harus menanganinya dengan adil dan tak memihak, iyakan?”

Nyonya Gun mengerutkan kening dan tampak akan meledak lagi.

Tapi Kepala Sekolah Gun terbatuk sejenak menatap istrinya dengan tegas, memberinya isyarat untuk tutup mulut dan diam.

"Iya, saya akan menanganinya dengan tidak memihak dan memberikan nona Yang jawaban yang paling memuaskan." Kata Kepala sekolah dengan pelan.

Ada rasa lega dan penuh tanggung jawab dalam nada bicaranya tersebut.

Dia awalnya berpikir dirinya akan sangat sial jika masalah ini semakin membesar dan memburuk.

Namun, dia tidak pernah menyangka kalau nona dari keluarga Yang ini akan sangat mudah diajak diskusi dan membahas berbagai hal. Dia pun akan berhasil segera memintanya pergi dengan santai sekali.

Ucapan sudah dikatakan sampai ke tahap ini. Winda juga tidak ingin lagi melihat Nyonya Gun yang seperti anjing gila ini.

Dia menoleh dan bersiap pergi.

Tapi hanya dua langkah lagi, seorang gadis kecil menghalangi jalannya.

"Kamu mamanya Sabrina, kan? Kelihatan suka marah dan wanita murahan! Padahal jelas kalau ini salah Sabrina, kenapa kamu masih dengan tidak malunya datang kesini? Anak haram itu, apa juga sangat suka memperparah dan menambahi masalah? Apakah kamu tidak pernah memikirkan ini dengan otakmu hah?”

Kata wanita murahan dan anak haram ini membuat wajah Winda langsung muram dan menggelap.

Seorang gadis yang masih muda seperti ini, bicaranya bisa-bisa tidak sopan dan sekasar ini.

Bisa dilihat jelas kalau biasanya di sekolah, dia pasti juga begitu sombong dan angkuh sekali.

Sabrina biasanya sangat baik dan patuh di rumah. Jadi apalagi di sekolah.

Kenapa bisa bertengkar, sekarang Winda sudah mengerti.

Walaupun Sabrina biasanya tidak berinisiatif mengatakan apapun. Tapi Winda tahu, putrinya sangat benci orang lain mengatakan kalau dia ini anak yang tak punya ayah.

Ini adalah batas kesabaran dari putrinya, juga batas kesabarannya.

Dia tidak akan mengizinkan atau membiarkan putrinya disakiti oleh siapa pun dalam masa pertumbuhannya ini.

Terlahir di keluarga Yang yang memiliki status sangat tinggi, aura kemarahan yang dikeluarkan oleh Winda sama sekali bukanlah aura yang bisa ditangani dan dilawan oleh seorang gadis kecil.

Nindy sedikit ketakutan, dia buru-buru berjalan melewati Winda. Dan berlari dan bersembunyi ke belakang ibunya.

Winda menoleh, melihat ke tiga orang yang merupakan keluarga yang sangat jahat ini.

Dia tidak pernah membenci keluarga siapapun seperti ini. Keluarga Gun ini, apalagi anak dan istrinya ini benar-benar telah menyegarkan pandangan dan memberikan pemikiran baru.

Dia memandang satu-satunya orang yang masih cukup masuk akal dan bertanya "Kepala Sekolah Gun, sebagai kepala sekolah dan eksekutif dari otoritas tertinggi di sekolah ini. Menurumu, kata-kata dari putrimu ini apa wajar diucapkan oleh seorang anak dari sekolah bangsawan ?"

Kepala Sekolah Gun baru saja juga sudah mendengar apa yang dikatakan Nindy.

Dia benar-benar tidak menyangka, masalah yang baru saja telah diselesaikan, sekarang malah diperbesar kembali karena bahasa dan ucapan kejam putrinya.

Dia membuka mulutnya dan ingin menjelaskan.

Tapi melihat tatapan dingin Winda, ada erangan di hatinya dan dia menahan apa yang ingin dia katakan.

"Mengapa Kepala Sekolah Gun tidak mengatakan apa-apa? Anda adalah kepala sekolah, orang yang paling terlatih dan paling berpengalaman dalam mendidik anak-anak di sekolah ini. Tapi anda tidak malu mendidik putri kandung anda sendiri menjadi seperti ini?"

Kepala Sekolah Gun tetap diam, dia tidak tahu bagaimana menjelaskan dan menjawabnya.

Saat ini juga, dia sangat membenci manja dan keangkuhan putrinya ini. Hal seperti ini sudah sering terjadi.

Tapi setiap kali juga, Kepala Sekolah Gun akan menggunakan identitasnya sendiri, serta menggunakan uangnya untuk menghadapi orang tua murid lain yang mungkin punya uang namun tidak punya kekuasaan.

Oleh karena itu, masalah besar bisa jadi kecil, masalah kecil akan menghilang begitu saja.

Tentu saja, ada juga yang melawan sampai akhir. Tapi Kepala Sekolah Gun selalu menggunakan kekuatannya sendiri untuk langsung mengusir dan mendepaknya dari sekolah ini.

Dia tidak bicara, tapi itu tidak berarti bahwa Nyonya Gun yang ada di sampingnya juga diam membisu.

Nyonya Gun tersenyum dingin dan berkata dengan jahat "Yoh, mulut wanita ini sangat beracun. Aku khawatir dia sudah sering sekali menggunakan mulut beracunnya ini ya? Bagaimana mendidik putriku, itu adalah urusan dan tanggung jawab kami sebagai orang tua dan itu tidak ada hubungannya denganmu sedikitpun. Dia bilang kalau putrimu anak haram, apkah dia salah? Putrimu bukannya tidak punya ayah? Kalau tidak punya ayah, bukannya namanya adalah anak haram. Walaupun jika tidak benar, mundurlah. Ini hanya perkelahian antar anak kecil. Kamu sebagai orang tua, kenapa juga harus ikut campur di dalamnya? Putrimu itu, cepat panggil dia kemari. Suruh dia menghadapi apa yang memang harus dihadapi. Kamu tidak usah hanya menggunakan ketrampilanmu itu untuk mengancam dan menakuti putriku.”

Winda mengabaikan Nyonya Gun, dia menunggu sikap dari kepala sekolah.

Jika kepala sekolah terus menutup-nutupi, maka maaf sekali. Dia sebagai anggota keluarga Yang bukanlah orang yang mudah diprovokasi.

Dia akan menggunakan tindakan terpraktis untuk membuat kepala sekolah menyesali semua ini.

Kepala Sekolah Gun mengulurkan tangannya untuk memegang pagar di tepi koridor. Bukan karena dia ingin memegangnya, tapi jika dia tidak memegangnya, dia mungkin akan membuat istrinya sangat marah.

Dia dulu berpikir kalau istrinya sangat cerdas, merupakan orang yang cukup bisa menilai sesuatu.

Tapi masalah ini membuatnya langsung curiga dan ragu, apakah dirinya ini sudah buta.

Istri yang berbagi suka dan duka dengan dia di awal-awal dulu, meski sudah tua tapi dengan jejak usia ini, dia malah terlihat biasa-biasa saja.

Tapi dalam hal tempramen dan sifat, benar-benar sulit untuk dipilih.

Itu adalah wanita yang baik. Namun istrinya sekarang ini, yang biasanya terlihat lembut, malah sudah membuatnya meragukan kehidupannya sendiri.

Ini seharusnya adalah hukuman yang dikirimkan Tuhan kepadanya!

“Kamu ini bisa selesai tidak sih mengomelnya!” Katanya dengan marah.

Ketika Nyonya Gun mendengar suaminya mengatakan ini, dia malah semakin menjadi-jadi, dia dan berkata dengan bangga pada Winda "Apa kamu tidak dengar, kepala sekolah sudah tidak tahan lagi, putrimu itu anak haram. Dan kamu juga adalah....”

Belum selesai bicara, tiba-tiba ada tamparan yang langsung memotong kata-kata Nyonya Gun selanjutnya.

Merasakan sensasi panas di wajahnya, dia memandang Kepala Sekolah Gun dengan ekspresi terkejut. Dia terus menatapnya dan mengelus wajahnya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia pun sadar dari keterkejutannya, di suaranya terasa rintihan tangisan.

“Kamu, kamu memukulku?”

“Diam, kamu mau buat masalah seperti apa lagi!”

“Kamu...” Nyonya Gun menggertakkan gigi mengulurkan cakarannya, dia langsung mencengkeram Kepala Sekolah Gun.

Kepala Sekolah Gun sangat mengerti teori mengenai tidak bertengkar dan berselisih dengan wanita. Apalagi di depan orang lain. dia hanya bisa secara melindungi dirinya.

Meski begitu, beberapa aliran darah terpapar jelas di wajahnya.

Winda tidak menghentikannya, hanya menonton dengan penuh ketertarikan. Lelucon antara suami dan istri ini.

Pada saat ini, ponselnya berdering tiba-tiba, dia melihatnya dan kakak iparnya yang menelepon.

“Kakak ipar, ada apa?” Tanya Winda begitu menjawab teleponnya

Riana mendengar keributan di sekitar Winda itu. Seperti ada seorang wanita yang berteriak histeris, dia khawatir Winda akan menderita atau mengalami masalah. Sehingga dia pun bertanya “Winda, apa kamu baik-baik saja? Kenapa begitu lama pergi ke sekolahnya? Apakah semuanya sudah diselidiki sejelas-jelasnya?”

“Em.” Winda ragu-ragu sejenak, dia pun menceritakan apa yang terjaldi hari ini kepada Riana dengan sesederhana mungkin.

Begitu mendengar semua, Riana langsung marah tidak karuan.

“Beraninya membully anggota keluarga Yang kita ini. Menurutku, mereka ini benar-benar sudah bosan hidup! Kamu tunggu saja di sana, aku akan kesana secepat mungkin!”

“Jangan, kakak ipar..”

Belum selesai Winda bicara, di sisi lain telepon terdengar suara telepon yang sudah dimatikan.

Dia menghela napas tak berdaya, tempramen kakak iparnya ini masih saja benar-benar tidak bisa dikendalikan!

Riana langsung keluar dengan marah dan emosi, lalu kebetulan sekali dia bertemu Arya yang baru saja pulang.

Dia baru saja pulang dari kencan buta. Dia tampak sangat capek dan kelihatannya sedang emosi sekali.

Dengan langit di atas, Arya benar-benar merasa selama hari-hari kepulangannya ini, dia merasa hampir sudah tidak bisa hidup lagi.

Hari ini dia pergi kencan buta. Pergi menemui seorang gadis yang mana nyonya tertua dari keluarga Yang bilang wanita ini adalah wanita yang sangat luar biasa dan sangat hebat di lingkungan bisnis ini.

Jadinya dia pergi dengan pasrahnya. Memang benar apa yang dikatakan oleh nyonya tertua keluarga Yang. Wanita itu memang benar-benar orang yang sangat hebat dan luar biasa sekali.

Namun satu hal yang belum dikatakan dengan jelas oleh nyonya Yang, wanita itu memang bentuk tubuhnya bagus dan indah sekali. Bentuk wajahnya sangat indah.

Namun, andeng-andeng besar di wajahnya itu apa coba?

Mau di bawa pulang lalu memetik andeng-andeng itu untuk dijadikan wijen hitam?

“Ayo pergi denganku!”

Begitu bertemu paman kecil, Riana tiba-tiba langsung menarik lengan bajunya dan langsung pergi.

Arya yang awalnya memang sedang tidak dalam suasana hati baik, dalam sekejap langsung tidak senang begitu ditarik seperti ini oleh Riana, dia pun berkata “Kakak ipar, ada apa sih! Suasana hatiku sedang tidak baik, apa kamu bisa tenang sedikit?”

Riana menghentikan langkah kakinya, lalu memandangi Arya dari atas ke bawah. Dia pun berkata dengan marahnya “Ini sudah kapan coba, kamu masih mau menenangkan diri? Sabrina dibully di sekolahnya!”

“Apa?” Arya merasa dia sedang salah dengar. Namun, setelah benar-benar sadar, dia pun ikut meledak-ledak.

“Ayo pergi, cepat kita kesana. Beraninya mengganggu dan membully keluarga Yang kita. Hari ini masalah besar atau kecil, aku hari ini akan membuatnya menyesal!”

Mereka pun berdua dengan kesalnya keluar dari rumah. Satu mobil tidak cukup, mereka memanggil dua mobil penuh pengawal untuk ikut mereka.

Dalam sekejap, semua orang tahu kalau generasi keempat yang paling disayang di keluarga Yang adalah satu-satunya nona kecil bernama Sabrina dibully di sekolahnya.

Mereka pergi ke sekolah untuk membela dan memberi keadilan untuk nona kecil mereka.

Berani membully dan mengganggu orang keluarga Yang, maka harus menerima resiko dan membayar.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu