Cinta Yang Dalam - Bab 358 Menerima Resikonya
Winda sebenarnya dari awal sudah tidak marah lagi. Namun, setelah dia mengerti apa yang terjadi, dia pun marah lagi.
Bagaimanapun ketika Sabrina bersekolah di Australia, sekolahnya tidak pernah memanggil Winda karena perselisihan apapun.
Tapi sekarang malah tidak seperti dulu lagi. Lingkungan sekolah di negara ini beda sekali dengan lingkungan sekolah di luar negeri.
Apalagi, Winda tidak pernah mengijinkan putrinya itu mengatakan kalau dia adalah anggota keluarga Yang agar Sabrina bisa berkomunikasi dan bergaul dengan anak-anak sekolah ini.
Hanya kepala sekolah dan beberapa pimpinan sekolah yang pernah muncul bertemu dengannya ketika dia mengantar Sabrina untuk masuk bergabung dan belajar pertama kali di sekolah ini.
Dengan melakukan seperti ini, dia berpikir ini mungkin yang terbaik untuk Sabrina.
Karena bagaimanapun keluarga Yang ini statusnya terlalu tinggi dan sulit untuk didekati. Musuh yang tampak dan tidak juga terlalu banyak sekali.
Winda merasa dia dan Sabrina harus merendah, ini semua dilakukan agar Sabrina bisa tumbuh dengan sehat dan tidak diawasi oleh orang lain.
Namun dia tidak menyangka, jalan yang diambilnya untuk meminta putrinya merendah ternyata malah ditukar dengan situasi dan kondisi semacam ini.
Dibully oleh anak-anak lain, dia bisa memaksakan diri untuk mencoba memahami ini.
Namun Nyonya Gun ini seperti anjing gila yang terus menggigit dengan sembarangan. Kepala Sekolah Gun tahu status dari Winda. Tapi dia masih saja berpura-pura bodoh disini?
Kepala Sekolah Gun menghela napas panjang, dia berusaha berkomunikasi dengan Winda. Dia tahu ada beberapa hal yang mana nona dari keluarga Yang ini masih bisa mentolerir orang lain.
Sehingga dia berkata dengan ragu-ragu “Maaf nona Yang, istriku ini terlalu implusif. Begini, masalah ini sedang aku selidiki, jika beberapa murid di sini memang bersalah dan bertanggung jawab atas ini maka aku akan menangani mereka dengan serius.”
Selesai dia bicara, dia buru-buru melihat ke arah Winda. Jika Winda menunjukkan ketidak puasan sedikit saja, dia akan segera memperbaiki ucapannya.
Namun, Winda masih saja menggantung senyuman di wajahnya, lalu berkata “Karena kepala sekolah sudah bicara seperti ini, kalau begitu aku akan memberi kepala sekolah waktu untuk menyelidiki ini. Jika Sabrina benar-benar bersalah, tidak perlu kepala sekolah yang maju, aku sendiri akan menanganinya dengan sangat serius. Semuanya langsung ditangani saja sesuai dengan aturan sekolah. Namun jika putri kesayangan anda dan beberapa anak yang baru saja disebutkan oleh nyonya ini yang bersalah, maka kepala sekolah juga harus menanganinya dengan adil dan tak memihak, iyakan?”
Nyonya Gun mengerutkan kening dan tampak akan meledak lagi.
Tapi Kepala Sekolah Gun terbatuk sejenak menatap istrinya dengan tegas, memberinya isyarat untuk tutup mulut dan diam.
"Iya, saya akan menanganinya dengan tidak memihak dan memberikan nona Yang jawaban yang paling memuaskan." Kata Kepala sekolah dengan pelan.
Ada rasa lega dan penuh tanggung jawab dalam nada bicaranya tersebut.
Dia awalnya berpikir dirinya akan sangat sial jika masalah ini semakin membesar dan memburuk.
Namun, dia tidak pernah menyangka kalau nona dari keluarga Yang ini akan sangat mudah diajak diskusi dan membahas berbagai hal. Dia pun akan berhasil segera memintanya pergi dengan santai sekali.
Ucapan sudah dikatakan sampai ke tahap ini. Winda juga tidak ingin lagi melihat Nyonya Gun yang seperti anjing gila ini.
Dia menoleh dan bersiap pergi.
Tapi hanya dua langkah lagi, seorang gadis kecil menghalangi jalannya.
"Kamu mamanya Sabrina, kan? Kelihatan suka marah dan wanita murahan! Padahal jelas kalau ini salah Sabrina, kenapa kamu masih dengan tidak malunya datang kesini? Anak haram itu, apa juga sangat suka memperparah dan menambahi masalah? Apakah kamu tidak pernah memikirkan ini dengan otakmu hah?”
Kata wanita murahan dan anak haram ini membuat wajah Winda langsung muram dan menggelap.
Seorang gadis yang masih muda seperti ini, bicaranya bisa-bisa tidak sopan dan sekasar ini.
Bisa dilihat jelas kalau biasanya di sekolah, dia pasti juga begitu sombong dan angkuh sekali.
Sabrina biasanya sangat baik dan patuh di rumah. Jadi apalagi di sekolah.
Kenapa bisa bertengkar, sekarang Winda sudah mengerti.
Walaupun Sabrina biasanya tidak berinisiatif mengatakan apapun. Tapi Winda tahu, putrinya sangat benci orang lain mengatakan kalau dia ini anak yang tak punya ayah.
Ini adalah batas kesabaran dari putrinya, juga batas kesabarannya.
Dia tidak akan mengizinkan atau membiarkan putrinya disakiti oleh siapa pun dalam masa pertumbuhannya ini.
Terlahir di keluarga Yang yang memiliki status sangat tinggi, aura kemarahan yang dikeluarkan oleh Winda sama sekali bukanlah aura yang bisa ditangani dan dilawan oleh seorang gadis kecil.
Nindy sedikit ketakutan, dia buru-buru berjalan melewati Winda. Dan berlari dan bersembunyi ke belakang ibunya.
Winda menoleh, melihat ke tiga orang yang merupakan keluarga yang sangat jahat ini.
Dia tidak pernah membenci keluarga siapapun seperti ini. Keluarga Gun ini, apalagi anak dan istrinya ini benar-benar telah menyegarkan pandangan dan memberikan pemikiran baru.
Dia memandang satu-satunya orang yang masih cukup masuk akal dan bertanya "Kepala Sekolah Gun, sebagai kepala sekolah dan eksekutif dari otoritas tertinggi di sekolah ini. Menurumu, kata-kata dari putrimu ini apa wajar diucapkan oleh seorang anak dari sekolah bangsawan ?"
Kepala Sekolah Gun baru saja juga sudah mendengar apa yang dikatakan Nindy.
Dia benar-benar tidak menyangka, masalah yang baru saja telah diselesaikan, sekarang malah diperbesar kembali karena bahasa dan ucapan kejam putrinya.
Dia membuka mulutnya dan ingin menjelaskan.
Tapi melihat tatapan dingin Winda, ada erangan di hatinya dan dia menahan apa yang ingin dia katakan.
"Mengapa Kepala Sekolah Gun tidak mengatakan apa-apa? Anda adalah kepala sekolah, orang yang paling terlatih dan paling berpengalaman dalam mendidik anak-anak di sekolah ini. Tapi anda tidak malu mendidik putri kandung anda sendiri menjadi seperti ini?"
Kepala Sekolah Gun tetap diam, dia tidak tahu bagaimana menjelaskan dan menjawabnya.
Saat ini juga, dia sangat membenci manja dan keangkuhan putrinya ini. Hal seperti ini sudah sering terjadi.
Tapi setiap kali juga, Kepala Sekolah Gun akan menggunakan identitasnya sendiri, serta menggunakan uangnya untuk menghadapi orang tua murid lain yang mungkin punya uang namun tidak punya kekuasaan.
Oleh karena itu, masalah besar bisa jadi kecil, masalah kecil akan menghilang begitu saja.
Tentu saja, ada juga yang melawan sampai akhir. Tapi Kepala Sekolah Gun selalu menggunakan kekuatannya sendiri untuk langsung mengusir dan mendepaknya dari sekolah ini.
Dia tidak bicara, tapi itu tidak berarti bahwa Nyonya Gun yang ada di sampingnya juga diam membisu.
Nyonya Gun tersenyum dingin dan berkata dengan jahat "Yoh, mulut wanita ini sangat beracun. Aku khawatir dia sudah sering sekali menggunakan mulut beracunnya ini ya? Bagaimana mendidik putriku, itu adalah urusan dan tanggung jawab kami sebagai orang tua dan itu tidak ada hubungannya denganmu sedikitpun. Dia bilang kalau putrimu anak haram, apkah dia salah? Putrimu bukannya tidak punya ayah? Kalau tidak punya ayah, bukannya namanya adalah anak haram. Walaupun jika tidak benar, mundurlah. Ini hanya perkelahian antar anak kecil. Kamu sebagai orang tua, kenapa juga harus ikut campur di dalamnya? Putrimu itu, cepat panggil dia kemari. Suruh dia menghadapi apa yang memang harus dihadapi. Kamu tidak usah hanya menggunakan ketrampilanmu itu untuk mengancam dan menakuti putriku.”
Winda mengabaikan Nyonya Gun, dia menunggu sikap dari kepala sekolah.
Jika kepala sekolah terus menutup-nutupi, maka maaf sekali. Dia sebagai anggota keluarga Yang bukanlah orang yang mudah diprovokasi.
Dia akan menggunakan tindakan terpraktis untuk membuat kepala sekolah menyesali semua ini.
Kepala Sekolah Gun mengulurkan tangannya untuk memegang pagar di tepi koridor. Bukan karena dia ingin memegangnya, tapi jika dia tidak memegangnya, dia mungkin akan membuat istrinya sangat marah.
Dia dulu berpikir kalau istrinya sangat cerdas, merupakan orang yang cukup bisa menilai sesuatu.
Tapi masalah ini membuatnya langsung curiga dan ragu, apakah dirinya ini sudah buta.
Istri yang berbagi suka dan duka dengan dia di awal-awal dulu, meski sudah tua tapi dengan jejak usia ini, dia malah terlihat biasa-biasa saja.
Tapi dalam hal tempramen dan sifat, benar-benar sulit untuk dipilih.
Itu adalah wanita yang baik. Namun istrinya sekarang ini, yang biasanya terlihat lembut, malah sudah membuatnya meragukan kehidupannya sendiri.
Ini seharusnya adalah hukuman yang dikirimkan Tuhan kepadanya!
“Kamu ini bisa selesai tidak sih mengomelnya!” Katanya dengan marah.
Ketika Nyonya Gun mendengar suaminya mengatakan ini, dia malah semakin menjadi-jadi, dia dan berkata dengan bangga pada Winda "Apa kamu tidak dengar, kepala sekolah sudah tidak tahan lagi, putrimu itu anak haram. Dan kamu juga adalah....”
Belum selesai bicara, tiba-tiba ada tamparan yang langsung memotong kata-kata Nyonya Gun selanjutnya.
Merasakan sensasi panas di wajahnya, dia memandang Kepala Sekolah Gun dengan ekspresi terkejut. Dia terus menatapnya dan mengelus wajahnya sendiri.
Setelah beberapa saat, dia pun sadar dari keterkejutannya, di suaranya terasa rintihan tangisan.
“Kamu, kamu memukulku?”
“Diam, kamu mau buat masalah seperti apa lagi!”
“Kamu...” Nyonya Gun menggertakkan gigi mengulurkan cakarannya, dia langsung mencengkeram Kepala Sekolah Gun.
Kepala Sekolah Gun sangat mengerti teori mengenai tidak bertengkar dan berselisih dengan wanita. Apalagi di depan orang lain. dia hanya bisa secara melindungi dirinya.
Meski begitu, beberapa aliran darah terpapar jelas di wajahnya.
Winda tidak menghentikannya, hanya menonton dengan penuh ketertarikan. Lelucon antara suami dan istri ini.
Pada saat ini, ponselnya berdering tiba-tiba, dia melihatnya dan kakak iparnya yang menelepon.
“Kakak ipar, ada apa?” Tanya Winda begitu menjawab teleponnya
Riana mendengar keributan di sekitar Winda itu. Seperti ada seorang wanita yang berteriak histeris, dia khawatir Winda akan menderita atau mengalami masalah. Sehingga dia pun bertanya “Winda, apa kamu baik-baik saja? Kenapa begitu lama pergi ke sekolahnya? Apakah semuanya sudah diselidiki sejelas-jelasnya?”
“Em.” Winda ragu-ragu sejenak, dia pun menceritakan apa yang terjaldi hari ini kepada Riana dengan sesederhana mungkin.
Begitu mendengar semua, Riana langsung marah tidak karuan.
“Beraninya membully anggota keluarga Yang kita ini. Menurutku, mereka ini benar-benar sudah bosan hidup! Kamu tunggu saja di sana, aku akan kesana secepat mungkin!”
“Jangan, kakak ipar..”
Belum selesai Winda bicara, di sisi lain telepon terdengar suara telepon yang sudah dimatikan.
Dia menghela napas tak berdaya, tempramen kakak iparnya ini masih saja benar-benar tidak bisa dikendalikan!
Riana langsung keluar dengan marah dan emosi, lalu kebetulan sekali dia bertemu Arya yang baru saja pulang.
Dia baru saja pulang dari kencan buta. Dia tampak sangat capek dan kelihatannya sedang emosi sekali.
Dengan langit di atas, Arya benar-benar merasa selama hari-hari kepulangannya ini, dia merasa hampir sudah tidak bisa hidup lagi.
Hari ini dia pergi kencan buta. Pergi menemui seorang gadis yang mana nyonya tertua dari keluarga Yang bilang wanita ini adalah wanita yang sangat luar biasa dan sangat hebat di lingkungan bisnis ini.
Jadinya dia pergi dengan pasrahnya. Memang benar apa yang dikatakan oleh nyonya tertua keluarga Yang. Wanita itu memang benar-benar orang yang sangat hebat dan luar biasa sekali.
Namun satu hal yang belum dikatakan dengan jelas oleh nyonya Yang, wanita itu memang bentuk tubuhnya bagus dan indah sekali. Bentuk wajahnya sangat indah.
Namun, andeng-andeng besar di wajahnya itu apa coba?
Mau di bawa pulang lalu memetik andeng-andeng itu untuk dijadikan wijen hitam?
“Ayo pergi denganku!”
Begitu bertemu paman kecil, Riana tiba-tiba langsung menarik lengan bajunya dan langsung pergi.
Arya yang awalnya memang sedang tidak dalam suasana hati baik, dalam sekejap langsung tidak senang begitu ditarik seperti ini oleh Riana, dia pun berkata “Kakak ipar, ada apa sih! Suasana hatiku sedang tidak baik, apa kamu bisa tenang sedikit?”
Riana menghentikan langkah kakinya, lalu memandangi Arya dari atas ke bawah. Dia pun berkata dengan marahnya “Ini sudah kapan coba, kamu masih mau menenangkan diri? Sabrina dibully di sekolahnya!”
“Apa?” Arya merasa dia sedang salah dengar. Namun, setelah benar-benar sadar, dia pun ikut meledak-ledak.
“Ayo pergi, cepat kita kesana. Beraninya mengganggu dan membully keluarga Yang kita. Hari ini masalah besar atau kecil, aku hari ini akan membuatnya menyesal!”
Mereka pun berdua dengan kesalnya keluar dari rumah. Satu mobil tidak cukup, mereka memanggil dua mobil penuh pengawal untuk ikut mereka.
Dalam sekejap, semua orang tahu kalau generasi keempat yang paling disayang di keluarga Yang adalah satu-satunya nona kecil bernama Sabrina dibully di sekolahnya.
Mereka pergi ke sekolah untuk membela dan memberi keadilan untuk nona kecil mereka.
Berani membully dan mengganggu orang keluarga Yang, maka harus menerima resiko dan membayar.
Novel Terkait
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoGue Jadi Kaya
Faya SaitamaThe Winner Of Your Heart
ShintaWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip