Cinta Yang Dalam - Bab 334 Biaya Terima Kasih

“Tuan Tirta, aku ulangi sekali lagi, aku datang hanya untuk berterima kasih padamu, kehidupan pribadimu tidak ada hubungannya denganku, aku juga tidak memedulikannya.” Pria itu masih tidak melepaskannya, Winda hanya bisa menahan emosi dan berkata dengan suara rendah.

“Oh, berterima kasih atas apa?” Gandi sedikit terkejut.

Namun dalam hatinya, sepertinya sudah tau jawabannya.

“Terima kasih kamu sudah mendonorkan darah untuk Ramon waktu itu, sudah menyelamatkannya!”

Setelah Winda mengatakan kalimat ini, dia merasa suhu disekitarnya turun menjadi titik yang sangat dingin.

Dia menaikkan pandangannya, menatap mata Gandi, seperti ada api emosi yang sedang membara.

“Bagaimana kamu bisa tau? Hanya karena ini?”

Raut wajah pria itu, berubah seketika.

Winda mendengar intonasinya, seperti mau pergi mempermasalahkan dengan pihak rumah sakit karena telah membocorkan informasi pasien.

Dia bergegas berkata "Tuan Tirta, ini tidak ada hubungannya dengan rumah sakit, aku yang menelusurinya sendiri. Kamu telah menyelamatkan temanku, tentu aku harus berterima kasih padamu. Mungkin ini adalah hal sepele bagimu, namun bagiku, aku akan mengingatmu selamanya.”

Hal sepele?

Gandi mengepalkan erat tangannya, dirinya hampir saja kehilangan nyawanya, hanya karena hal sepele yang dikatakan wanita ini!

Dan yang digantikan adalah begitu diremehkan olehnya?

Gandi melepaskan Winda, namun menghalangi jalannya kebawah "Nona Yang, silakan. Winda tau bahwa dia tidak bisa lepas dari perangkap Gandi, masuk ke ruang kerjanya, duduk diatas sofa.

Gandi maju, menuangkan segelas kopi untuknya dan duduk disampingnya.

Dia begitu dekat, Winda merasa sangat tidak nyaman, jadi dia menarik jarak aman darinya.

“Nona Yang, jika kamu datang untuk berterima kasih denganku, lalu dimana ketulusanmu?”

Ketulusan? Ketulusan apa

Winda tertegun sejenak, kemudian ia merasa sangat meremehkannya, pria ini, masih begitu pelit dan mau meminta keuntungan darinya?

“Aku membawa sangat banyak hadiah kesini, sudah menyuruh pengawal didepan untuk mengambilnya.”

“Ha……” Gandi tersenyum menghina.

Wanita ini, dia kira dengan membawa hadiah-hadiah kecil seperti itu sudah bisa menyogoknya?

“Nona Yang mengira ini semua sudah cukup? Menggunakan harga untuk mengukur nilainya? Apakah aku bisa menganggap bahwa jika kamu memberikan harga, aku sudah bisa pergi membelimu dari keluarga Yang?”

Winda mendengar perkataan kasar Gandi, seketika seperti kelinci yang meledak.

“Tuan Tirta, apa maksudmu? Bagaimana bisa seorang manusia diukur dengan menggunakan nilai uang? Ini adalah dua hal yang berbeda!”

Namun yang paling membuatnya marah, membuatnya emosi adalah dia langsung diabaikan oleh Gandi.

“Perasaan Nona Yang sekarang tepat adalah perasaanku saat ini.”

Gandi menekan perkataannya dengan kuat, memblokir Winda.

Winda tidak dapat membantahnya. Konon wanita banyak berbicara, namun Gandi malah terlihat lebih.

“Maaf, Tuan Tirta, aku tidak ada niat sama sekali untuk menyogokmu. Jika kamu ada keinginan apa, kamu bisa menyebutkannya, aku pasti akan melakukannya jika aku bisa.”

“Bisa apapun?”

Perkataan Gandi ini, membuat hati Winda menegang. Sebuah firasat tidak baik muncul dihatinya, khawatir pria ini ada niat lain!

“Bukan…..bukan, yang bisa aku lakukan dan yang masuk akal….” Winda berusaha berpikir logis, berusaha untuk terus menjaga perkataannya.

Gandi perlahan menajamkan sudut bibirnya, kedua lesung pipi indahnya membuat Winda sedikit terkejut.

“Permintaanku, sangat masuk akal, nona Yang pasti dapat melakukannya.”

Saat berbicara, Gandi sudah berpindah kesamping Winda, dia berdiri, kedua tangannya menopang di kedua sisi sofa samping Winda, mengambil postur yang terkendali sepenuhnya, berjarak sangat dekat dan menatapnya

Winda menciut dan berkata "Tuan Tirta, silahkan….”

Belum sempat perkataan itu diucapkan, nafas pria itu sudah mendekat dan langsung menempel pada bibir lembutnya

Winda terkejut, tatapan tidak percaya melintas dimatanya, kemudian dia berjuang keras dengan kaki tangannya.

Namun Gandi sudah sejak awal menebak reaksinya, kedua tangannya menahan bahunya dan satu kakinya sudah memblokir kedua kaki Winda.

Perlawanan Winda, malah terlihat seperti semakin mendekat dengan Gandi, interaksi tanpa celah jarak.

Menghadapi sikap Gandi seperti ini, otak Winda kosong.

Dia ingin melawan, namun seperti ada arus listrik yang mengalir dalam tubuhnya, membuatnya kehilangan tenaga.

Pria ini, sangat familiar dengan tubuhnya, hanya dengan tindakan yang sederhana, sudah bisa membuatnya kehilangan kemampuan untuk melawan

Winda hanya bisa membuka besar matanya, melototi sepasang mata hitam didepannya.

Gandi dengan gila merampas kecantikan wanita ini dari bibirnya, hingga lima menit kemudian, Winda merasa dirinya hampir mati lemas, dia baru melepaskannya.

Winda bersandar lemas disofa, melihat senyuman pria didepannya.

Tidak dapat dijelaskan apa emosi dalam hatinya, apakah benci? Sepertinya bukan. Apakah cinta? Juga sepertinya tidak masuk akal.

Gandi berdiri, berjalan kedepan jendela, melihat matahari terbenam diluar.

“Sudah, Nona Yang, aku sudah menerima hadiah terima kasihmu, aku sangat puas. Winda memandang pria didepannya dengan emosi, emosinya hampir tertulis di raut wajahnya, namun ini bukanlah terima kasih yang ingin ia berikan.

Jelas sekali, ia mendapatkan ini dengan paksa.

Dia sudah tidak ada kekuatan saat ini, hanya bisa menaikkan satu tangannya.

Ia ingin memberikan satu tamparan pada pria ini, memberikan pelajaran padanya.

Ia tidak ingin dianggap lemah olehnya, mengira bahwa dia adalah orang yang sembarangan.

Tatapan benci Winda, sepertinya sudah dirasakan oleh Gandi.

Gandi membalikkan badannya, cahaya senja terpancar ditubuhnya.

Tiba-tiba Winda merasa pria ini sudah berubah.

Dulu, dia sangat sombong, membuat orang merasa ketergantungan.

Namun saat ini, wajahnya yang pucat dan tanda merah di kemejanya, dapat dengan jelas membuktikan bahwa pria ini sangat lemah.

“Gandi, rasa terima kasih ini, aku tidak sukarela memberikannya!”

Winda tidak ingin beremosi didepan pria ini, berkata dengan rendah.

Gandi memajukan dua langkahnya, menunduk menatap Winda, lalu membungkuk sedikit.

Jarak keduanya semakin dekat, Winda gugup hingga lupa bernafas.

“Kamu, kamu mau apain! Jika begini terus, aku akan berteriak!

Winda berteriak dengan keras, namun tidak disangka Gandi malah menikmatinya.

Gandi membungkuk, menyentuh bibirnya dengan pelan, kemudian membiarkannya pergi.

“Ini adalah bunga kecil yang aku ambil, jika Nona Yang masih merasa belum cukup berterima kasih padaku, maka aku akan membiarkanmu merasakannya lagi!

Winda menatap serius pria didepannya, hatinya merasa sangat marah.

Pria ini, apakah tidak ada hal lain dalam pikirannya selain pemikiran mesum seperti ini?

Bagaimana dia bisa menyukai pria sembrono seperti ini sebelumnya?

Menatap dia bersikap tidak begitu puas, Winda bergegas berteriak "Berhenti, Tuan Tirta, aku sudah merasakannya. Itu adalah hadiah terima kasih yang kuberi dengan sukarela, baguslah kalau kamu puas.

Winda akhirnya mengerti betapa masuk akalnya pepatah lama bahwa orang harus menundukkan kepala dibawah tekanan.

Jika dia terus menolak, takutnya pria ini akan terus melecehkannya.

Senyuman di bibir Gandi perlahan menajam, tangannya dengan lembut meluncur dipipi Winda, sentuhan yang indah membuat tubuhnya bereaksi.

“Jika Nona Yang sudah merasakannya, maka bukankah hadiah terima kasih tadi harus diteruskan?”

Diteruskan

Winda tertegun, pria ini, tidak ada habisnya!

“Gandi, kamu….”

Winda menahan emosi dan hendak berteriak, malah melihatnya sudah membungkuk melihat dirinya, tatapannya tajam namun terlihat ada kepedulian.

“Lukanya belum sembuh?”

“Ha?” Gandi berubah dengan sangat cepat, Winda belum sempat bereaksi.

“Cuma dicekik, sudah ditangani oleh dokter, seharusnya bisa sembuh. Kenapa ini masih terinfeksi?”

Gandi menaikkan dagu wanita itu, mengerutkan kening melihat memarnya.

Dia merasakan rasa sakitnya infeksi sekarang, tentu tidak ingin rasa sakit ini ada pada wanita ini.

Dia sangat rapuh, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dia begitu lemah.

Kepeduliannya, entah kenapa menyentuh titik lemah di hati Winda. Rasa emosi dihatinya tadi juga sudah menghilang.

“Tidak apa-apa, ini kecorobohanku, tidak lama lagi sudah sembuh.” Kata Winda dengan rendah.

Gandi melihat sikapnya yang acuh tak acuh, kemarahan muncul dihatinya.

Dia mengambil ponselnya, menelepon, tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu, seorang dokter pribadi apartemen berjalan masuk kedalam.

“Periksa luka dileher nyonya.”

“Tuan Tirta, tidak perlu, aku sudah periksa ke dokter.”

“Diam, biarkan dokter memeriksanya!”

Tiba-tiba Gandi emosi, membuat Winda terdiam.

Baiklah, gadis besar harus menahannya.

Setelah diperiksa dokter, dia bangun dan berkata "Bang kedua, luka nyo….nya sudah diobati, selama tidak menyentuh air, sudah akan sembuh dalam waktu 3 5 hari.”

Walaupun tidak tau kenapa tiba-tiba ada seorang nyonya, dokter tetap memanggil panggilan itu.

Gandi menganggukkan kepala, berkata "Hm, kamu keluar saja!”

Setelah dokter keluar, Winda melihat wajah pucat Gandi, memikirkan bagaimana dia memedulikan diri sendiri tadi, sambil berkata dengan tidak senang "Tuan Tirta, kamu masih menyalahkanku. Lukamu bahkan belum sembuh, kenapa tidak terus diobati dirumah sakit?”

“Hanya tukang obat biasa saja.” Hina Gandi.

“Walaupun hanya tukang obat biasa, itu juga lebih baik dibanding dokter pribadi apartemen!”

Gandi menatap wanita itu "Nona Yang, kamu sedang memedulikanku? Aku mengira kamu hanya memedulikan tuan Mones !”

Gandi berbicara dengan marah, membuat Winda gemetar.

Benar-benar tidak berhati baik.

Pria ini, memang sudah seharusnya terus terinfeksi, membuatnya tersadar karena sakit!

Winda langsung berdiri "Jika Tuan Tirta berkata demikian, aku adalah orang yang kepo, aku pergi dulu, tidak mengganggumu.”

Baru saja ia bersiap-siap untuk pergi, tangannya malah ditahan oleh Gandi.

“Sudah jam segini, bagaimana bisa aku membiarkan Nona Yang pulang dengan perut lapar? Ini sangat tidak sesuai dengan etika!”

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu