Cinta Yang Dalam - Bab 334 Biaya Terima Kasih
“Tuan Tirta, aku ulangi sekali lagi, aku datang hanya untuk berterima kasih padamu, kehidupan pribadimu tidak ada hubungannya denganku, aku juga tidak memedulikannya.” Pria itu masih tidak melepaskannya, Winda hanya bisa menahan emosi dan berkata dengan suara rendah.
“Oh, berterima kasih atas apa?” Gandi sedikit terkejut.
Namun dalam hatinya, sepertinya sudah tau jawabannya.
“Terima kasih kamu sudah mendonorkan darah untuk Ramon waktu itu, sudah menyelamatkannya!”
Setelah Winda mengatakan kalimat ini, dia merasa suhu disekitarnya turun menjadi titik yang sangat dingin.
Dia menaikkan pandangannya, menatap mata Gandi, seperti ada api emosi yang sedang membara.
“Bagaimana kamu bisa tau? Hanya karena ini?”
Raut wajah pria itu, berubah seketika.
Winda mendengar intonasinya, seperti mau pergi mempermasalahkan dengan pihak rumah sakit karena telah membocorkan informasi pasien.
Dia bergegas berkata "Tuan Tirta, ini tidak ada hubungannya dengan rumah sakit, aku yang menelusurinya sendiri. Kamu telah menyelamatkan temanku, tentu aku harus berterima kasih padamu. Mungkin ini adalah hal sepele bagimu, namun bagiku, aku akan mengingatmu selamanya.”
Hal sepele?
Gandi mengepalkan erat tangannya, dirinya hampir saja kehilangan nyawanya, hanya karena hal sepele yang dikatakan wanita ini!
Dan yang digantikan adalah begitu diremehkan olehnya?
Gandi melepaskan Winda, namun menghalangi jalannya kebawah "Nona Yang, silakan. Winda tau bahwa dia tidak bisa lepas dari perangkap Gandi, masuk ke ruang kerjanya, duduk diatas sofa.
Gandi maju, menuangkan segelas kopi untuknya dan duduk disampingnya.
Dia begitu dekat, Winda merasa sangat tidak nyaman, jadi dia menarik jarak aman darinya.
“Nona Yang, jika kamu datang untuk berterima kasih denganku, lalu dimana ketulusanmu?”
Ketulusan? Ketulusan apa
Winda tertegun sejenak, kemudian ia merasa sangat meremehkannya, pria ini, masih begitu pelit dan mau meminta keuntungan darinya?
“Aku membawa sangat banyak hadiah kesini, sudah menyuruh pengawal didepan untuk mengambilnya.”
“Ha……” Gandi tersenyum menghina.
Wanita ini, dia kira dengan membawa hadiah-hadiah kecil seperti itu sudah bisa menyogoknya?
“Nona Yang mengira ini semua sudah cukup? Menggunakan harga untuk mengukur nilainya? Apakah aku bisa menganggap bahwa jika kamu memberikan harga, aku sudah bisa pergi membelimu dari keluarga Yang?”
Winda mendengar perkataan kasar Gandi, seketika seperti kelinci yang meledak.
“Tuan Tirta, apa maksudmu? Bagaimana bisa seorang manusia diukur dengan menggunakan nilai uang? Ini adalah dua hal yang berbeda!”
Namun yang paling membuatnya marah, membuatnya emosi adalah dia langsung diabaikan oleh Gandi.
“Perasaan Nona Yang sekarang tepat adalah perasaanku saat ini.”
Gandi menekan perkataannya dengan kuat, memblokir Winda.
Winda tidak dapat membantahnya. Konon wanita banyak berbicara, namun Gandi malah terlihat lebih.
“Maaf, Tuan Tirta, aku tidak ada niat sama sekali untuk menyogokmu. Jika kamu ada keinginan apa, kamu bisa menyebutkannya, aku pasti akan melakukannya jika aku bisa.”
“Bisa apapun?”
Perkataan Gandi ini, membuat hati Winda menegang. Sebuah firasat tidak baik muncul dihatinya, khawatir pria ini ada niat lain!
“Bukan…..bukan, yang bisa aku lakukan dan yang masuk akal….” Winda berusaha berpikir logis, berusaha untuk terus menjaga perkataannya.
Gandi perlahan menajamkan sudut bibirnya, kedua lesung pipi indahnya membuat Winda sedikit terkejut.
“Permintaanku, sangat masuk akal, nona Yang pasti dapat melakukannya.”
Saat berbicara, Gandi sudah berpindah kesamping Winda, dia berdiri, kedua tangannya menopang di kedua sisi sofa samping Winda, mengambil postur yang terkendali sepenuhnya, berjarak sangat dekat dan menatapnya
Winda menciut dan berkata "Tuan Tirta, silahkan….”
Belum sempat perkataan itu diucapkan, nafas pria itu sudah mendekat dan langsung menempel pada bibir lembutnya
Winda terkejut, tatapan tidak percaya melintas dimatanya, kemudian dia berjuang keras dengan kaki tangannya.
Namun Gandi sudah sejak awal menebak reaksinya, kedua tangannya menahan bahunya dan satu kakinya sudah memblokir kedua kaki Winda.
Perlawanan Winda, malah terlihat seperti semakin mendekat dengan Gandi, interaksi tanpa celah jarak.
Menghadapi sikap Gandi seperti ini, otak Winda kosong.
Dia ingin melawan, namun seperti ada arus listrik yang mengalir dalam tubuhnya, membuatnya kehilangan tenaga.
Pria ini, sangat familiar dengan tubuhnya, hanya dengan tindakan yang sederhana, sudah bisa membuatnya kehilangan kemampuan untuk melawan
Winda hanya bisa membuka besar matanya, melototi sepasang mata hitam didepannya.
Gandi dengan gila merampas kecantikan wanita ini dari bibirnya, hingga lima menit kemudian, Winda merasa dirinya hampir mati lemas, dia baru melepaskannya.
Winda bersandar lemas disofa, melihat senyuman pria didepannya.
Tidak dapat dijelaskan apa emosi dalam hatinya, apakah benci? Sepertinya bukan. Apakah cinta? Juga sepertinya tidak masuk akal.
Gandi berdiri, berjalan kedepan jendela, melihat matahari terbenam diluar.
“Sudah, Nona Yang, aku sudah menerima hadiah terima kasihmu, aku sangat puas. Winda memandang pria didepannya dengan emosi, emosinya hampir tertulis di raut wajahnya, namun ini bukanlah terima kasih yang ingin ia berikan.
Jelas sekali, ia mendapatkan ini dengan paksa.
Dia sudah tidak ada kekuatan saat ini, hanya bisa menaikkan satu tangannya.
Ia ingin memberikan satu tamparan pada pria ini, memberikan pelajaran padanya.
Ia tidak ingin dianggap lemah olehnya, mengira bahwa dia adalah orang yang sembarangan.
Tatapan benci Winda, sepertinya sudah dirasakan oleh Gandi.
Gandi membalikkan badannya, cahaya senja terpancar ditubuhnya.
Tiba-tiba Winda merasa pria ini sudah berubah.
Dulu, dia sangat sombong, membuat orang merasa ketergantungan.
Namun saat ini, wajahnya yang pucat dan tanda merah di kemejanya, dapat dengan jelas membuktikan bahwa pria ini sangat lemah.
“Gandi, rasa terima kasih ini, aku tidak sukarela memberikannya!”
Winda tidak ingin beremosi didepan pria ini, berkata dengan rendah.
Gandi memajukan dua langkahnya, menunduk menatap Winda, lalu membungkuk sedikit.
Jarak keduanya semakin dekat, Winda gugup hingga lupa bernafas.
“Kamu, kamu mau apain! Jika begini terus, aku akan berteriak!
Winda berteriak dengan keras, namun tidak disangka Gandi malah menikmatinya.
Gandi membungkuk, menyentuh bibirnya dengan pelan, kemudian membiarkannya pergi.
“Ini adalah bunga kecil yang aku ambil, jika Nona Yang masih merasa belum cukup berterima kasih padaku, maka aku akan membiarkanmu merasakannya lagi!
Winda menatap serius pria didepannya, hatinya merasa sangat marah.
Pria ini, apakah tidak ada hal lain dalam pikirannya selain pemikiran mesum seperti ini?
Bagaimana dia bisa menyukai pria sembrono seperti ini sebelumnya?
Menatap dia bersikap tidak begitu puas, Winda bergegas berteriak "Berhenti, Tuan Tirta, aku sudah merasakannya. Itu adalah hadiah terima kasih yang kuberi dengan sukarela, baguslah kalau kamu puas.
Winda akhirnya mengerti betapa masuk akalnya pepatah lama bahwa orang harus menundukkan kepala dibawah tekanan.
Jika dia terus menolak, takutnya pria ini akan terus melecehkannya.
Senyuman di bibir Gandi perlahan menajam, tangannya dengan lembut meluncur dipipi Winda, sentuhan yang indah membuat tubuhnya bereaksi.
“Jika Nona Yang sudah merasakannya, maka bukankah hadiah terima kasih tadi harus diteruskan?”
Diteruskan
Winda tertegun, pria ini, tidak ada habisnya!
“Gandi, kamu….”
Winda menahan emosi dan hendak berteriak, malah melihatnya sudah membungkuk melihat dirinya, tatapannya tajam namun terlihat ada kepedulian.
“Lukanya belum sembuh?”
“Ha?” Gandi berubah dengan sangat cepat, Winda belum sempat bereaksi.
“Cuma dicekik, sudah ditangani oleh dokter, seharusnya bisa sembuh. Kenapa ini masih terinfeksi?”
Gandi menaikkan dagu wanita itu, mengerutkan kening melihat memarnya.
Dia merasakan rasa sakitnya infeksi sekarang, tentu tidak ingin rasa sakit ini ada pada wanita ini.
Dia sangat rapuh, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dia begitu lemah.
Kepeduliannya, entah kenapa menyentuh titik lemah di hati Winda. Rasa emosi dihatinya tadi juga sudah menghilang.
“Tidak apa-apa, ini kecorobohanku, tidak lama lagi sudah sembuh.” Kata Winda dengan rendah.
Gandi melihat sikapnya yang acuh tak acuh, kemarahan muncul dihatinya.
Dia mengambil ponselnya, menelepon, tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu, seorang dokter pribadi apartemen berjalan masuk kedalam.
“Periksa luka dileher nyonya.”
“Tuan Tirta, tidak perlu, aku sudah periksa ke dokter.”
“Diam, biarkan dokter memeriksanya!”
Tiba-tiba Gandi emosi, membuat Winda terdiam.
Baiklah, gadis besar harus menahannya.
Setelah diperiksa dokter, dia bangun dan berkata "Bang kedua, luka nyo….nya sudah diobati, selama tidak menyentuh air, sudah akan sembuh dalam waktu 3 5 hari.”
Walaupun tidak tau kenapa tiba-tiba ada seorang nyonya, dokter tetap memanggil panggilan itu.
Gandi menganggukkan kepala, berkata "Hm, kamu keluar saja!”
Setelah dokter keluar, Winda melihat wajah pucat Gandi, memikirkan bagaimana dia memedulikan diri sendiri tadi, sambil berkata dengan tidak senang "Tuan Tirta, kamu masih menyalahkanku. Lukamu bahkan belum sembuh, kenapa tidak terus diobati dirumah sakit?”
“Hanya tukang obat biasa saja.” Hina Gandi.
“Walaupun hanya tukang obat biasa, itu juga lebih baik dibanding dokter pribadi apartemen!”
Gandi menatap wanita itu "Nona Yang, kamu sedang memedulikanku? Aku mengira kamu hanya memedulikan tuan Mones !”
Gandi berbicara dengan marah, membuat Winda gemetar.
Benar-benar tidak berhati baik.
Pria ini, memang sudah seharusnya terus terinfeksi, membuatnya tersadar karena sakit!
Winda langsung berdiri "Jika Tuan Tirta berkata demikian, aku adalah orang yang kepo, aku pergi dulu, tidak mengganggumu.”
Baru saja ia bersiap-siap untuk pergi, tangannya malah ditahan oleh Gandi.
“Sudah jam segini, bagaimana bisa aku membiarkan Nona Yang pulang dengan perut lapar? Ini sangat tidak sesuai dengan etika!”
Novel Terkait
Mi Amor
TakashiLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieTen Years
VivianHei Gadis jangan Lari
SandrakoHis Second Chance
Derick HoCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip