Cinta Yang Dalam - Bab 228 Perlu Pertukaran

Neva seperti kehilangan jiwanya, dia ingin berdiri tapi dia ditindih oleh Gandi.

Namun, Neva tidak peduli dengan semua ini. Dia mengulurkan tangan dan berusaha sebisa mungkin untuk bisa merangkak ke samping ranjang. Dia ingin mengambil gelang gioknya, meskipun gelang itu sudah pecah dan hancur. Dia tetap ingin untuk mengumpulkannya dan membuat gelang giok itu jadi utuh kembali.

Air matanya sudah membasahi ranjang besar dengan putus asa seperti layang-layang yang benangnya putus.

Tapi, kemarahan Gandi yang meledak di hatinya lebih memenangkan dirinya.

Dia tidak menyangka Neva sangat terobsesi dengan gelang giok ini.

"Kenapa? Kenapa? Kenapa gelang giok ini begitu berarti dan penting bagimu?”

Pada saat ini, Gandi merasa seluruh perasaan yang dituangkannya untuk Neva seperti dimakan oleh anjing begitu saja.

Neva merasa pinggangnya rasanya hampir patah, akhirnya dia melihat pecahan-pecahan dari gelang giok itu.

Begitu mendengar ucapan Gandi ini, muncul senyum menyedihkan di wajah Neva, dia berkata, “Tuan Gandi, gelang giok ini diberikan oleh orang saudara dekatku untuk ditinggalkan padaku!”

Neva kali ini bicara sejujurnya. Dia sudah tidak keberatan memberi tahu Gandi kenyataan sebenarnya.

Dengan harapan, Gandi benar-benar ingin memahaminya.

Tapi detik berikutnya, Neva malah ditangkap olehnya seperti boneka, kepalanya langsung ditekan oleh Gandi, ditindih di atas ranjang.

Seiring dengan serangan berat ini, Neva merasa dirinya akan segera kehabisan napas.

“Sudah sampai sini, kamu masih saja ingin menipuku! Neva, apakah aku sedikitpun tidak lebih baik dari pada pria lain di dalam hatimu?”

Gandi benar-benar marah. Dia sudah menetapkan perasaannya dan sangat menyayangi Neva.

Tapi bagaimana dengan Neva?

Terus berkali-kali menipunya, dia memberikan perasaan yang tulus tapi malah diabaikan seperti dibuang untuk dimakan oleh anjing.

Bagian bawah tubuh Neva sudah sangat merah, bahkan sedikit berwarna keunguan.

Gandi benar-benar terlalu menggunakan tenaganya. Terlalu menggunakan tenaganya sehingga membuat Neva di detik berikutnya merasakan dirinya akan robek tercabik-cabik oleh Gandi.

Lalu ada sesuatu yang hangat menyebar dan keluar dari tubuh bagian bawahnya.

Neva merasakannya, begitu pula dengan Gandi. Lalu, darah segar mengalir keluar dengan cepat.

Seolah-olah darahnya telah jatuh, warna merah terang yang menyilaukan membuat hati Gandi sedikit tersentak.

Dia mendorong Neva menjauh, bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.

Dan Neva sepertinya telah kehilangan semua kekuatannya, dia berjuang untuk bangkit dari tempat tidur, lalu berusaha merangkak lagi ke samping tempat tidur.

Gandi hanya membilas sebentar tubuhnya, lalu keluar.

Pertama kali yang dilihatnya ketika keluar, membuatnya sangat marah sekali dan kewarasannya hampir terbakar habis.

“Neva, apa yang sedang kamu lakukan?”

Neva saat ini, bagian bawah tubuhnya masih berada di atas ranjang, sedangkan bagian atas tubuhnya di lantai.

Gambar dan pose apapun sudah tidak dipikirkan dalam pikirannya.

Dia sudah sekali merasa bersalah kepada Nardi, karena tidak bisa melindungi Nardi dengan baik.

Ini adalah kedua kalinya. Jika dia tidak bisa melindungi gelang giok yang ditinggalkan oleh Nardi, lebih baik dia memilih mati saja!

Neva tidak mengangkat kepalanya. Karena kehilangan banyak darah, tangannya sedikit gemetaran. Tapi, dia masih berusaha keras dan memaksa diri untuk memunguti pecahan-pecahan dari gelang giok itu dan mengumpulkannya.

“Apa kamu tidak mendengarku?” Gandi melangkah maju dan langsung mencengkeram leher Neva, lalu melemparkannya ke tempat tidur.

Dia merasa Neva telah kehilangan perasaan dan sudah gila. Jika dulu, walaupun Neva bisa melawan dan membantahnya, tapi begitu mendengar ucapan marah dan kesal Gandi, maka dia akan segera menyerah dan jadi patuh.

Tapi hari ini, apa yang dia lakukan?

Neva ini jelas-jelas sudah tahu akan bahaya tapi tetap saja maju menghadapinya, melawan Gandi dan mengabaikan Gandi begitu saja. Menginjak-injak martabat Gandi sebagai seorang pria.

"Jangan, jangan tuan muda Gandi, gelang giok ini adalah hidupku!"

Neva meronta-ronta, mengerahkan seluruh tenaganya. Tapi itu malah membuat Gandi semakin marah.

Gandi menendang, menginjak dan menghancurkan pecahan gelang yang masih sedikit utuh itu.

Sol sandal Gandi tidak tebal dan pecahan gelangnya agak tajam. Gandi merasakan sakit di kakinya dan mengulurkan tangan untuk menyentuh warna merah di tangannya yang sangat menyilaukan matanya.

Neva putus asa, dia tidak menyangka permintaan histeris dan menyedikannya ini akan diganti dengan penginjakan Gandi yang tanpa ampun.

Selama dua puluh tahun dulu, Nardi adalah hidupnya.

Di tahun-tahun berikutnya, Nana dan Nardi masih tetap hidupnya.

Mereka saling bergantung satu sama lain, dia merasakan kehangatan dunia.

Nardi meninggalkan barang peninggalan terakhir untuknya, tapi malah dihancurkan dan dijadikan sampah oleh Gandi.

Neva menggila, kekuatan yang entah berasal darimana menguatkannya. Dia pun melompat dari tempat tidur dan bergegas menghampiri Gandi.

"Minggir, minggir, kembalikan gelang giok ini padaku. Kembalikan padaku!”

Neva mencintai Gandi, jadi dia mempertahankan sedikit kewarasan terakhirnya.

Neva awalnya mau bilang ‘aku akan membunuhmu', tapi dia mengubahnya menjadi ‘minggir’.

Gandi merasa tersentak dan hatinya sakit ketika melihat Neva kehilangan kewarasannya.

Gelang giok ini, apa benar-benar begitu penting bagi wanita ini?

Tapi selanjutnya, dia merasakan penghinaan yang tanpa batas.

Wanita ini benar-benar sungguh menggelikan.

Dirinya melihat sendiri kalau Rangga yang memasukkan gelang ini ke pergelangan tangan Neva.

Dia yang berdrama seperti ini, apa mau membuat hal yang palsu jadi terlihat seperti kenyataan?

“Kamu begitu peduli dengan gelang giok ini? atau kamu sangat peduli dengan pria yang memberikan gelang giok ini? apa sebenarnya yang ada dalam hatimu! Neva cepat beritahu aku!”

Mata Gandi memerah karena marah.

Jika tatapan mata ini bisa membunuh orang yang melihat, mungkin Neva sudah terkoyak mati.

Neva tiba-tiba menjadi tenang. Dia menatap Gandi dengan lebih sedih dan berkata, "Tuan Gandi, apakah kamu ingin tahu?"

Wajah Gandi berubah jadi sedingin es.

Dia sangat kecewa dengan Neva.

Mengapa wanita ini begitu keras kepala?

Tapi entah kenapa, dia merasakan sedikit kecemasan. Kata-kata Neva selanjutnya menentukan bagaimana Neva memandang perasaan Gandi di dalam hatinya.

Ruangan itu penuh darah dan wajah Neva sudah pucat karena kehilangan banyak darah.

"Aku tidak mau!"

Dengan kacau, Gandi menolak tawaran Neva itu.

Neva tersentak dan merasa sangat sedih.

Benar juga, dirinya di hati Gandi, awalnya memang tidak berarti apa-apa.

Apalagi perasaannya, pasti lebih tidak penting lagi.

Tidak peduli bagaimana dia berkorban, di hati Gandi, dia hanyalah orang yang menyimpan tujuan sendiri.

Dia merasa pusing. Dia tahu itu adalah tanda-tanda kehilangan banyak darah. Mungkin dia akan pingsan dan kemudian mati di detik berikutnya.

Neva tidak takut mati, tapi orang yang menyakitinya adalah orang yang paling dia cintai, inilah yang menghancurkan tubuh dan pikirannya.

"Bisakah kamu mengembalikan gelang giok itu padaku!"

Ketika Neva mengulanginya untuk yang terakhir kali, nada sedihnya adalah rasa keputusasaan pada dunia.

Tubuh Gandi menegang. Dia menunjuk ke arah Neva, dadanya naik turun dengan keras dan suaranya sedikit gemetar, "Sudah sampai seperti ini, tapi kamu masih mau gelang giok ini?"

Neva mengiyakan, penglihatannya sudah kabur. Tapi dia tidak mau menyerah.

Sekalipun sekarat, dia harus mengambil gelang giok yang rusak itu dan pergi untuk mencari Nardi dan orang tuanya.

Kata-kata Neva sepertinya telah menginjak-injak puluhan kali hati Gandi.

Untuk pertama kalinya, mata Gandi bersinar dengan kesedihan, kesedihan yang amat besar.

Dia memukul dadanya dengan sebuah pukulan yang keras, menekan perasaan patah hati dan sedihnya, lalu berkata, "Oke, aku bisa memberikannya padamu. Tapi, itu perlu pertukaran!"

Neva mendongak, sosok Gandi dalam penglihatannya sedikit kabur.

"Aku akan menyetujui apapun itu."

"Kalau begitu, layani aku dengan baik dan sampai aku puas!"

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu