Cinta Yang Dalam - Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
Tetapi masalahnya sekarang adalah, jika Winda benar-benar mendapatkan kembali ingatan Neva, bagaimana pandangannya terhadap hubungannya dengan Ramon?
Ini seperti sebuah kekacauan, sama sekali tidak ada sisi yang baik.
“Sebenarnya, aku tidak ingin Winda kembali. Dia terlalu baik dan mudah disakiti.” Begitu membicarakan tentang adiknya, Isko juga sedikit melankolis.
Dulu bibi menikah dengan keluarga Tirta, itu adalah keputusannya sendiri, kakek dan nenek awalnya tidak setuju.
Akibatnya, baru saja melewati dua hari dengan baik, kemudian terjadi kecelakaan mobil, bibi dan pamannya pun pergi.
Winda juga menderita karena lika-liku kehidupan.
Jika bukan itu permintaan bibi sebelumnya, jangan mengganggu kehidupan Winda tanpa izin.
Isko akan menjemput Winda pergi saat Winda baru saja diusir dari keluarga Tirta.
“Bagaimanapun, Winda masih menyukai Gandi, terpisah lalu bersama, sebab jodoh ini sudah ditakdirkan.” Riana menghela nafas dan berkata.
Isko akhirnya bisa mengulurkan tangannya dengan susah payah, menyisir rambut Riana dengan lembut dan berkata "Sudah, kita juga jangan ikut campur dalam masalah ini. Siapapun yang disukai Winda, biarkan dia pergi bersamanya! Tapi dia sekarang adalah anggota keluarga Yang. Jika ada yang berani menggertaknya, maka jangan salahkan aku... "
Nada Isko datar, tapi menunjukkan kekuatan yang besar.
Riana memandang Isko, saat ini, Isko tampak sangat mendominasi dan tampan.
"Tuan Yang kalau sudah turun tangan, ternyata benar-benar mendominasi!"
“Um, mendominasi?” Isko membungkuk dan berbisik di telinga Riana “Sebenarnya, tempat yang paling mendominasi, masih belum bisa terpikirkan olehmu! Apakah ingin mencobanya?”
"Bajingan……"
Winda membuka dan menutup matanya di malam hari, pasti akan memimpikan Gandi.
Pria terkutuk ini berubah menjadi roh jahat di dalam setiap mimpinya. Gandi dengan galak membiarkan dirinya pergi bersamanya dan memintanya untuk segera mengeluarkan setelan jas itu, kalau tidak, maka dirinya akan membayarnya dengan tubuh.
Intinya adalah pada akhirnya, Gandi hampir memiliki peran semacam meniduri dirinya.
Winda sangat tidak berdaya dan kebetulan Ramon menelepon dan mengundangnya ke rumah hantu larut malam.
Perasaan Winda semakin rumit terhadap Ramon.
Pagi itu, Winda mengganti tujuh atau delapan pakaian di ruang ganti, kemudian barulah memilih gaun panjang putih pudar, memperlihatkan temperamen elegan seperti peri.
Baru saja turun ke bawah, Winda dihentikan oleh Riana.
"Berpakaian begitu cantik, mau kemana hari ini?"
Winda terdiam beberapa saat, lalu berbisik "Itu, itu, aku keluar sebentar."
Winda malu untuk memberitahu secara langsung tentang kencannya.
Riana melangkah maju, setelah melihat Winda, Riana merasa masih ada kurang.
“Kamu tunggu sebentar.” Sambil berkata, Riana langsung keluar.
Setelah Winda menunggu seperempat jam, Riana kembali dengan membawa kalung berlian di tangannya.
Setelah memakaikannya di tubuh Winda, Riana mundur beberapa langkah, mengangguk dan berkata: 'Um, adikku cantik dan sempurna! '
Winda tersenyum, lalu melompat keluar.
Melihat belakang punggung Winda semakin jauh, Riana menghela nafas.
Jangan salahkan kakak ipar, kakak ipar juga tidak ingin kamu menyesal nantinya.
Begitu Winda keluar, langsung melihat sebuah mobil Maybach di luar.
Ketika Winda berjalan melewatinya, pintu mobil telah dibuka oleh supir.
Winda sering pergi bersama Ramon, Winda tahu mobil yang biasa dikendarai Ramon dan wajah supirnya.
Tapi mobil dan orangnya saat ini tampak sedikit berbeda?
Tapi Winda tidak berpikir terlalu banyak, setelah mengucapkan terima kasih, Winda langsung masuk ke dalam mobil.
Sebelum duduk, Winda melihat mata yang setengah tersenyum dan wajah yang dingin itu.
Ternyata, pria ini?
Ya Tuhan, Winda masuk salah mobil!
Winda hendak mundur secara spontan, tetapi terdengar bunyi keras, pintu mobil langsung ditutup dan kemudian terkunci.
Sopir itu masuk ke dalam mobil, mengabaikan permintaan Winda untuk berhenti, lalu menginjak pedal gas, melaju pergi.
Winda menatap Gandi dengan mata lebar, ekspresinya sedikit gugup.
"Kamu, kenapa kamu bisa ada di sini?"
Gandi memandang Winda sambil bercanda dan berkata dengan tenang "Bukankah kamu sendiri yang masuk ke dalam mobilku?"
"Tidak, aku hanya..." Winda baru saja ingin menjelaskannya, tetapi kemudian dipikir lagi, memang benar, dirinya yang ingin masuk sendiri.
Jadi suaranya semakin pelan dan akhirnya menundukkan kepala untuk berkompromi dan berkata "Tuan Tirta, masih banyak urusan yang harus aku lakukan. Bisakah kamu membiarkan aku turun?"
Gandi tidak segera menjawab, tetapi melihat sekeliling Winda dengan pandangan ofensif.
Winda berpakaian bagus hari ini, indah dan cantik.
Tatapan matanya tampak linglung, membuat orang ingin memeluknya dalam pelukan dan menyayanginya dengan baik.
“Mobil sedang jalan, tidak bisa berhenti.” Gandi berkata dengan tidak tulus.
“Kamu!” Winda berdiri dengan ganas, tetapi tidak diduga, tiba-tiba ada gelombang energi yang kuat, Winda tidak bisa mengendalikan diri dan langsung terjatuh menekan tubuh Gandi.
"Maaf, Tuan Tirta, Nona Yang, baru saja ada mobil yang tiba-tiba mengerem, jadi aku pindah jalur."
Winda ingin mengatakan beberapa kata, tetapi dirinya menekan tubuh Gandi, lalu berusaha untuk bangun.
Winda sepertinya terkena di leher, begitu bergerak, langsung terasa sakit.
Saat ini, terbaring di pelukan Gandi, suhu tubuh Gandi yang panas dan nafas maskulin yang kuat memberi rasa ketergantungan yang tak bisa dijelaskan terhadap Winda.
Pada saat ini, Winda ternyata merasa sedikit mabuk?
“Apakah kamu menyukainya?” Gandi mengulurkan tangan dan memeluk Winda.
Winda baru mulai bereaksi saat ini. Lalu mendorong Gandi menjauh dengan kuat, belakang punggungnya menabrak pintu mobil. Karena tidak bisa dengan sikap lembut, maka dengan sikap keras dan berkata dengan suara yang serius "Gandi, kamu ini namanya menculik, penculikan secara terbuka! Aku ini Nona besar Keluarga Yang, kamu berani menggangguku, apakah kamu bisa menanggung konsekuensinya? "
“Benarkah? Kalau begitu kamu laporkan saja ke polisi!” Gandi langsung menyerahkan ponselnya dan menghubungi polisi.
Winda tertegun menatap pria ini, bukankah di dalam buku selalu mengatakan bahwa orang yang berbuat jahat, akan mudah merasa bersalah?
Mengapa pria ini begitu tenang?
Melihat panggilan itu akan segera terhubung, Winda langsung segera menutup telepon itu.
Pria ini tidak tahu malu, tetapi Winda masih harus menjaga reputasi keluarga Yang.
Winda duduk di kursi dengan gusar, kemudian menghempaskan ponsel itu langsung di pangkuan Gandi.
Tidak ada jeritan kesakitan yang seperti dibayangkan, Gandi hanya mengerutkan kening dan menarik Winda.
"Kamu berani memukulku? Apakah sudah membalikkan langit? Apakah mau dihajar?"
Saat berbicara, wajah Gandi semakin dekat dan lebih dekat dengan Winda.
Winda langsung memerah sampai ke pangkal leher, kemudian mendorong Gandi menjauh dengan paksa dan berkata dengan suara yang serius "Lepaskan aku, penjahat!"
Ekspresi marah dan bibir merah Winda membuat hati Gandi merasakan dorongan yang aneh.
Gandi kemudian membungkuk, mencium, mengisap dalam-dalam.
"Wuu..." Winda berjuang keras, tetapi gerakan di tangannya mulai lemas.
Winda tidak tahu kenapa, pria ini selalu bisa menemukan titik sensitifnya dengan mudah.
Partisi kursi belakang sudah diturunkan, Gandi mengulurkan tangannya dengan sembrono, masuk ke dalam pakaian Winda, meremasnya dengan sembrono.
Melihat tangannya menjadi semakin lancang, Winda menjadi cemas dan menggigit bibir Gandi dengan ganas.
Gandi kesakitan, setelah bertahan beberapa saat, lalu melepaskan Winda.
Winda melepaskan diri dan menyusut di samping pintu mobil, merasakan samar-samar darah di mulutnya dan berkata dengan marah "Gandi, dasar bajingan tengik!"
"Bajingan? Tidak, tidak, tidak, aku hanya pasangan yang baik untuk wanita cantik dan lembut. ”Gandi sedikit mengerutkan bibirnya, wajah tampannya sudah cukup untuk membunuh aktor populer manapun.
“Kamu… mana ada yang seperti dirimu?” Winda sengaja ingin debat beberapa kata, tetapi kata-kata terakhir yang dia ucapkan agak pelan.
Perasaan panas dan memerah di wajahnya membuat dirinya merasa tidak nyaman.
Winda ingat jelas bahwa Ramon ingin datang menjemputnya, mengapa dalam sekejap mata, Gandi langsung muncul?
Winda jelas-jelas sangat marah dengan pria ini.
Tapi entah kenapa, di dalam hati, Winda tidak membencinya.
Winda duduk dengan kaku, menarik pegangan atap mobil, berusaha menjaga jarak dengan Gandi.
Mobil melaju dengan mulus, tetapi tidak tahu kapan akan berhenti.
Pada saat ini, ponselnya berdering tiba-tiba, Winda dengan cepat mengeluarkannya. Melihat bahwa itu adalah panggilan masuk dengan catatan dan bersiap untuk mengangkatnya.
Tapi Winda melihatnya, Gandi juga melihatnya.
Gandi menggulurkan tangan besarnya tanpa ragu, meraih ponsel Winda, lalu menekan lama tombol mati.
“Kamu! Kembalikan padaku!” Winda marah, mengulurkan tangannya dengan ganas, hendak mengambilnya kembali.
Tapi saat ini mobil tiba-tiba berbelok, Winda tidak bisa kehilangan keseimbangan dan berbaring di tubuh Gandi.
Bibir kedua orang itu seketika saling bersentuhan.
Ekspresi Winda stagnan, nafas di bibir pria itu benar-benar memberinya perasaan tidak bisa berhenti.
Winda meraih ponselnya, buru-buru menarik dirinya kembali ke samping pintu mobil, kemudian menarik sabuk pengamannya agar tubuhnya tidak bergerak-gerak saat berbelok.
Gandi memandang Winda dengan senyuman ringan dan berkata "Apakah rasanya seperti yang diinginkan Nona Yang?"
Suaranya serius dan kuat, tetapi memiliki nada akhir yang panjang, dengan sedikit terasa seperti lelucon.
Wajah Winda langsung memerah sampai ke pangkal leher, kenapa pria ini tidak tahu bahwa gadis itu mudah malu?
Winda memelototi Gandi dengan galak, lalu menepuk penyekat di depannya dengan kuat.
"Berhenti, berhenti, aku ingin turun dari mobil!"
Gandi duduk di dalam mobil dengan anggun, memainkan ponsel yang entah kapan bisa ada di tangannya dan berkata dengan nada datar "Nona Yang masih berhutang pakaian padaku dan masih belum membayarnya. Bagaimana kalau menggunakan kesempatan ini, membelikan satu set pakaian baru untukku? "
Ah? Winda memandang Gandi dengan heran.
Jika Gandi tidak mengatakannya, Winda sudah hampir melupakannya.
Meskipun semua kain telah ditarik kembali, tetapi pada saat benar-benar dipotong, Winda baru merasa bahwa keahlian master itu sangat indah.
Winda bekerja keras untuk waktu yang lama dan versi yang dihasilkan sangat berbeda dari aslinya.
Pepatah mengatakan bahwa keahlian seseorang dapat ditingkatkan dengan belajar, ini hanya menipu.
"Tidak bisa, aku sibuk hari ini. Kamu segera minta supir untuk berhenti, aku harus turun dari mobil."
Jika di hari-hari biasa, Winda mungkin bisa berjalan bersama dan menemani Gandi.
Bukankah itu hanya sepotong pakaian? Sepuluh potong pun tidak masalah.
Tapi hari ini tidak bisa. Winda sudah membuat janji dengan Ramon, Winda harus menepati janjinya.
"Nona Yang tidak setuju, maka mobil tidak akan berhenti."
“Kamu, bagaimana boleh seperti ini!” Winda berteriak dengan marah, tetapi tidak peduli apa yang dirinya katakan, Gandi hanya menutup matanya dan menenangkan diri, memasang penampilan keras kepala.
Jika pandangan matanya bisa membunuh, tubuh Gandi mungkin telah terpotong menjadi beberapa bagian.
Winda sedikit menyesal, mengapa tadi dirinya begitu ceroboh?
Bukankah itu hanya kecerobohan sesaat? Palingan setelan itu dikembalikan padanya secara utuh, di kemudian hari, keduanya saling tidak berhubungan lagi.
Sekarang jadi begini, benar-benar terjerat dengan Gandi!
Novel Terkait
Mata Superman
BrickKamu Baik Banget
Jeselin VelaniKisah Si Dewa Perang
Daron JayMy Cute Wife
DessyIstri ke-7
Sweety GirlMy Cold Wedding
MevitaCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip