Cinta Yang Dalam - Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
Setelah minum teh beberapa saat di dalam ruangan kerja Satya, waktu hingga saatnya pulang hanya menyisakan setengah jam saja, Winda sudah bersiap-siap untuk kembali ke ruangannya.
Pada saat baru masuk ke dalam koridor, dia melihat seorang pengantar paket yang sedang memeluk satu buket bunga, di tangannya masih menjinjing satu kotak dessert dan berjalan dengan buru-buru.
Jenis bunga tersebut adalah bunga mawar ungu, dessert yang berada di tangannya adalah merek kesukaan Winda.
Dalam hati Winda merasa sedikit cemburu, tidak tahu juga gadis mana yang begitu beruntung dan mendapatkan pacar teladan, bahkan mengutarakan perasaan dengan cara seperti ini.
Dia sengaja memperlambat langkahnya, daripada apabila ada rekan kerja kantor yang sedang senang gembira karena bunga tersebut, namun malahan terputus karena kedatangan dirinya.
Lima menit kemudian, setelah pengantar paket tersebut berjalan keluar, Winda baru kembali ke ruang kerja sendiri.
Pada saat baru masuk ke dalam ruangan, aroma bunga langsung menebar menghampiri.
Saat ini Dania sedang berdiri di hadapan buket besar dan memotret dengan ponselnya.
“Siapa yang mengirim bunga untukmu ? Romantis sekali.” Winda bertanya.
Dia sudah lama berinteraksi dengan Dania, namun dia tidak tahu kalau Dania masih memiliki pacar.
Sepertinya status Dania masih lajang kan ?
Sama seperti dirinya …..
Aduh, lari dari topik.
Dania buru-buru berdiri dan juga tidak jadi memotret fotonya.
Dia memeluk buket bunga dan menyerahkan ke hadapan Winda "Direktur Yang, ini ada orang yang mau kirim untukmu.”
“Untuk aku ?”
“Iya.”
Rasa kaget dari Winda dan jawaban Dania yang penuh keyakinan membentuk sebuah perbandingan.
Winda menerima bunga dan melihat kartu ucapan yang berada di antara bunga, dia membuka kartu ucapan tersebut dan melihat tulisan indah yang tertera :Untuk wanita tercinta.
Mengapa dia begitu mengenal dengan tulisan ini ?
Sepertinya, sepertinya …. Di dalam otak pemikiran Winda mulai muncul bayangan Gandi.
Bayangan Gandi terus menetap hingga waktu satu menit, kemudian Winda berusaha menghapus pemikiran tersebut.
Tidak mungkin, pasti bukan Gandi, dia mana mungkin begitu romantis, dalam hati Winda langsung mengelak pemikiran ini.
“Ada bilang dari siapa ?” Winda bertanya.
Dania menggeleng kepala dan balik bertanya "Jangan-jangan pacarnya Direktur Yang ya ?”
“Pacar …..” Winda terdiam seketika, makhluk yang begitu aneh tidak pernah muncul di dalam dunia Winda.
Pada dulunya Ramon memang pernah memerankan pacarnya, akan tetapi status pacar yang diperankan oleh Ramon malahan memberikan kesan seperti saudara dekat kepada Winda.
Setelah itu ada berbagai kejadian yang terjadi. Oleh sebab itu Winda menolak masa lalu dan masa sekarang, sehingga saat ini dia adalah wanita lajang.
Dia melihat buket bunga di hadapannya beserta kelopak bunga yang berwarna ungu, setelah proses spesial, di atas kelopak masih membawa butiran air yang berkilau.
Aroma bunga terus menebar, namun bukan sejenis aroma buatan, wangi dari bunga ini malahan sangat segar dan natural, sangat cocok dengan selera Winda.
Sebenarnya di dalam spesies bunga tidak memiliki jenis bunga tersebut.
Bunga tersebut diproses lagi dari bunga mawar biasanya.
Daya tarik Winda terhadap bunga sangat sederhana, namun dia sendiri juga tidak mengerti, sepertinya dia lumayan menyukai bunga mawar ungu tersebut.
Jangan-jangan bunga ini adalah bunga favorit dirinya pada saat sebelum lupa ingatan ?
Dia meletakkan bunga dan melihat dessert yang berada di samping.
Di dalam dugaannya, semua dessert yang berada di dalam adalah makanan favorit dirinya.
Winda mengambil satu persatu dan membagikan kepada Dania.
Makanan ini memang sengaja tertuju untuk Winda, Dania tentu saja tidak mau menerimanya. Namun Winda sangat nekat, sehingga akhirnya Dania tetap memakannya.
Akhirnya nasib dari dessert ini adalah menjadi menu mengopi di ruangan kerja mereka.
Sebentar lagi adalah waktu pulang kerja, saat ini Dania sedang menghitung berapa jumlah bunga mawar ungu yang berada di dalam buket.
Sejenak kemudian Dania sangat yakin kalau jumlah bunganya ada seratus tangkai.
“Direktur Yang, bahasa bunga untuk seratus tangkai bunga mawar, apa ya ?”
Dania yang tidak tahu dan langsung bertanya kepada Winda.
Sementara Winda yang sama sekali tidak mengerti dengan bahasa bunga juga terbengong, kemudian dia berkata "Sepertinya, sepertinya ….”
“Aku tahu.” Dalam sejenak ini Dania sudah selesai menjelajah di internet.
“Seratus tangkai, melambaikan cinta pengabdian.”
Setelah mendengar bahasa tersebut, Winda terbengong sejenak.
Di dalam otak pemikirannya muncul semua kenalan dirinya yang masih berada di kota S. Orang satu-satunya yang cocok dengan kategori tersebut hanya menyisakan Gandi.
Jangan-jangan memang dia yang memberikan bunga ini ? Lelaki yang kasar ini benar-benar mengerti dengan romantis ?
Pada saat ini, ponsel Winda kebetulannya juga ikut berdering.
Winda melirik sekilas, setelah melihat nama yang tertera di layar adalah Gandi, dia langsung mematikan layar dan meletakkan kembali ke atas meja.
Dania menyadari tindakan Winda, dia mengira kalau dirinya yang menimbulkan rasa tidak nyaman kepada Winda, sehingga meletakkan bunga dan berkata "Direktur Yang, sebentar lagi sudah waktu pulang kerja, aku absen dulu di luar.”
Setelah itu dia mengambil tas yang telah dibereskan dan berjalan keluar.
Winda merasa aneh, pada saat Dania hampir keluar dari ruangan, dia baru menyadari kembali.
Biasanya pada waktu pulang kerja dania sama sekali tidak pernah buru-buru !
“Masih ada dua menit lagi ….”
“Tidak apa-apa, aku tunggu di luar saja, tidak mau mengganggumu lagi.”
Suara Dania muncul dari luar ruangan, pipi Winda juga langsung memerah seiring ucapannya.
Saat ini ponsel Winda berhenti bergetar, jelasnya orang yang menelepon merasa tidak ada yang mengangkat telepon dan memutuskan sambungannya.
Namun sejenak kemudian, ponselnya berdering kembali.
Winda melirik nama Gandi yang tertera di layar, setelah ragu sejenak, dia tetap mengangkat teleponnya.
“Tuan Tirta, ada perlu ?”
“Tidak ada perlu tidak boleh telepon ya ?”
“Tentu saja tidak boleh !” Winda mengucapkan kata-kata yang bertentangan dengan isi hatinya.
“Kalau begitu aku ada hak untuk meneleponmu ?
“Ada.”
“Baik, aku rindu padamu, makanya meneleponmu, boleh kalau begini ?”
Gandi yang sengaja menantang balik bertanya lagi kepada Winda.
Winda terbengong sejenak, kemudian tersenyum pahit.
Lelaki ini kadang kalanya sangat pengertian, namun kadang kalanya juga sangat ribut. Akan tetapi dalam hati Winda tetap saja sangat tersentuh ketika mendengar jawaban Gandi yang kangen dengan dirinya.
“Bunga ini, kamu yang kirim ya ?”
Winda sangat mengharapkan kelembutan Gandi, namun juga sangat takut dengan kelembutan tersebut.
Oleh sebab itu dia langsung mengalihkan topik untuk memutuskan percakapan yang terkesan mesra.
“Apa mungkin angin yang meniup ke tempatmu ?” Gandi sepertinya masih belum keluar dari topik penantangan barusan.
Winda mencibir bibirnya manis, lelaki ini begitu pendendam ya ? Benar-benar tidak mau rugi.
“Tuan Tirta !”
Dia membentak dengan suara yang tidak terlalu kuat, namun Gandi malahan membalasnya dengan senyuman ringan.
“Suka ?”
“Suka …..Tidak suka.” Winda tanpa sadarnya akan menjawab sesuai isi hati, namun dia berpikir lagi bahwa dirinya tidak boleh toleransi dengan semudah itu, sehingga menggunakan jawaban yang begitu kaku.
Gandi tersenyum sekilas dan berkata "Kalau begitu aku suruh orang pergi menjemput pulang ya ?”
“Apa ? Kenapa pula ?” Winda bertanya dengan nada kaget, dia merasa sedikit bingung, bukannya lelaki ini sudah memberikan bunga kepadanya ?
“Karena nona Yang tidak suka ! Kalau letak bunga ini di hadapan nona Yang, mungkin akan membuat kamu merasa risih dan tidak nyaman.”
Nada Gandi yang terkesan bercanda membuat Winda merasa Gandi sedang menertawakan dirinya.
Namun saat ini dia malahan merasa sedikit takut, mungkin saja lelaki ini benar-benar akan datang untuk menjemput bunga pemberiannya.
Oleh sebab itu dia buru-buru berkata "Bukan, bukan juga, tidak merasa risih juga ….”
Winda bahkan tidak menyadari kalau nada bicaranya telah mengandung kesan membujuk.
Dia melihat buket besar di hadapannya, dalam hatinya muncul makna dari bunga warna ungu.
Ungu menandakan cinta yang suci, kecantikan yang menawan beserta kerinduan.
Mungkin saja lelaki ini juga tidak tahu maksud dari seratus tangkai bunga.
Namun Winda telah mengetahui lambang bunga tersebut, meskipun dia mengetahui hal ini dari pemberitahuan Dania.
Begitulah sifat manusia, pada saat memiliki cinta, kita akan merasa sulit untuk mengambil keputusan dan selalu tersiksa.
Akan tetapi kalau kita kehilangan cinta dan menenangkan diri untuk beberapa waktu, kita akan kembali menginginkan cinta.
Meskipun Winda tidak ingin mengakui bahwa dirinya telah menjadi orang seperti ini, namun kenyataan selalu bermaksud lain.
“Jadi tetap suka kan, tetapi, baguslah kalau suka.”
Gandi melontarkan kata-kata tersebut secara tiba-tiba, emosional dalam nada bicaranya membuat Winda merasa sedikit bingung.
Namun Winda menyadari kalau Gandi merasa sedikit kecewa.
Mungkin saja dirinya yang salah menilai. Namun dia dapat merasakan suasana hati Gandi yang jelasnya sedang murung.
“Tuan Tirta mengirimkan bunga untukku, ada maksud tertentu ?” Hati Winda merasa sedikit kacau, sehingga melontarkan pertanyaan yang bodoh.
Gandi menarik sudut bibirnya, wanita ini benar-benar bodoh sekali.
“Tidak ada maksud apapun.”
Setelah itu Gandi langsung memutuskan sambungan teleponnya.
Suara telepon yang langsung diputuskan membuat Winda terbengong di tempat.
Emosional lelaki ini tidak stabil sekali.
Bukannya barusan masih baik-baik saja ?
Kenapa malah berubah secara tiba-tiba ? Winda merenung kembali tentang isi percakapan antara mereka berdua, sepertinya dia tidak melakukan kesalahan apapun.
Winda merasa sedikit sulit menerima, akhirnya api amarah langsung membara di hati.
Lelaki ini menganggap dirinya sebagai wanita apaan? Saat senang datang membujuk, saat tidak senang langsung melempar jauh ya ?
Winda membuang bunganya ke lantai, kemudian mengambil tas dan bersiap-siap untuk keluar dari ruangan.
Namun pada saat akan mematikan lampu, dia tetap ragu sejenak dan memungut bunganya, kemudian meletakkannya pada sofa di samping.
Di dalam ruang direktur pada cabang Grup Tirta yang berada di kota S.
Gandi sedang berdiri di depan jendela dan menatap keramaian jalan raya yang berada di malam hari.
Dia masih belum mematikan layar ponselnya, catatan panggilan yang menghubungi Winda masih tertera di atas layar.
Tidak suka ya ?
Winda bilang tidak menyukai bunga kiriman dirinya, namun demi menjaga emosional dirinya, dia mengganti bahasanya menjadi tidak merasa risih.
Jawaban seperti ini membuat Gandi merasa sedikit tidak terima.
Bagaimana mengirim bunga kepada wanita tercinta, namun malahan diterima dengan niat terpaksa, siapa pun juga akan merasa tidak terima.
Gandi memutuskan sambungan telepon dengan terlebih dahulu, dikarenakan dia khawatir kalau emosional dirinya akan kehilangan kendali dan menampakkan jejak amarah kepada Winda.
Setelah Winda kembali ke rumahnya, dia bertemu dengan Riana yang baru pulang dari luar.
Pada saat melihat ibunya, Sabrina langsung menyerbu ke pelukan Winda dan menyapa dengan nada manis.
Winda memeluk Sabrina dan mengecup ringan pada pipinya yang imut. Setelah itu dia menyerahkan Sabrina kepada pembantu yang berada di samping, kemudian menyuruh pembantu agar dapat membawa Sabrina masuk ke dalam rumah.
“Kakak ipar, masalah sekolah sudah diselesaikan ?”
Novel Terkait
Perjalanan Selingkuh
LindaCinta Di Balik Awan
KellyUnplanned Marriage
MargeryAdieu
Shi QiPrecious Moment
Louise LeeCinta Yang Dalam
Kim YongyiWahai Hati
JavAliusCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip