Cinta Yang Dalam - Bab 297 Kebaikannya

Gilbert mendongak dan menatap putri yang tidak pernah membuatnya tidak khawatir ini.

Ada hal-hal tertentu yang tidak boleh diambil dengan serakah.

Proyek yang diperoleh dari keluarga Tirta ini telah menghasilkan banyak uang untuk perusahaan Aska.

Sekalipun Nevi tidak jadi menjadi Nyonya Tirta, namun Neva akan selalu menjadi nyonya di rumah besar keluarga Tirta. Jadi Grup Tirta tidak akan memperlakukan keluarga Aska dengan buruk.

Tapi sekarang, setelah semua trik mereka ini dikeluarkan dan tak berhasil, yang didapat mereka hanyalah kondisi tragis yang menyedihkan ini.

“Dimana ibumu?”

“Dia menggila, dia sekarang seperti ibu-ibu gila . Aku meninggalkannya di dalam mobil, nanti kalau dia sudah tenang, dia pasti pulang sendiri.” Kata Nevi dengan sikap yang begitu yakin dan santai.

Tiba-tiba dalam sekejap hati Gilbert dipenuhi amarah yang meningkat. Itu tidak salah kalau wanita itu adalah istrinya, tapi dia juga adalah ibu Nevi.

Orang bilang perasaan di antara ibu dan anak sangat dalam. Nevi tidakkah seharusnya tetap berada di samping ibunya dan menghibur Lexi ya?

“Bagaimana kamu bisa meninggalkan ibumu sendiri dan pulang sendirian? Dengan karakternya yang begitu keras kepala dan nekat itu, bagaimana kalau dia berpikir sempit?” Kata Gilbert dengan nada bicara yang terdengar sangat kasar.

Ekspresi di wajah Nevi berubah, dia dari dulu adalah orang yang tidak suka dimarahi.

"Ayah, apa maksudmu? Jika semuanya tidak beres dan tidak lancar, bukannya kamu tidak boleh seenaknya melampiaskan api amarahmu padaku? Sebelum mengataiku, kamu kenapa tidak mengaca dan melihat dirimu sendiri, barusan tadi kamu yang menampar ibuku dengan tanganmu itu kan?”

“Apa yang kamu bilang?” Gilbert langsung berdiri dengan tegap. Sikap putrinya sudah keterlaluan. Mana ada anak yang bicara seperti ini pada orang tuanya.

Nevi tersenyum dingin, lalu berkata “Anjing gila semuanya! Malas sekali memperdulikanmu cih.”

Nevi berbalik dan pergi meninggalkan ruang kerja.

Gilbert menendang meja, melangkah maju dan meraih pakaian Nevi dan berkata dengan marah "Kembali sini kamu, kalau hari ini aku tidak memberimu pelajaran, kamu bisa-bisa lupa siapa ayahmu!”

Suara tamparan keras terdengar, pelayan yang ada di lantai bawah melihat Nevi berlari keluar sambil menangis.

"Dasar orang tua sialan! kamu tunggu saja, suatu hari aku akan membuatmu menyesal!"

Gilbert berdiri di depan pintu, menatap pelayan di lantai pertama dan berkata dengan suara beratnya “Sedang melihat apa kalian ini? Apa tidak ada hal bisa dikerjakan hah? Cepat sana kalian bersihkan rumah ini dan telan semua kejadian yang kalian lihat itu ke perut kalian!”

Gilbert berbalik dan membanting pintu dengan hempasan tangannya.

Setelah itu, tubuh tersebut sepertinya telah kehilangan semua kekuatannya dan jatuh ke lantai begitu saja.

Gilbert tahu kalau dia bukanlah orang yang punya kemampuan hebat. Dia memiliki ambisi yang besar, tapi dia tidak memiliki kemampuan untuk mencapai dan membuat ambisinya itu jadi kenyataan.

Jika tidak, prestasi perusahaan Aska tidak akan terus menurun dan merosot selama bertahun-tahun ini di tangannya.

Begitu orang ini melakukan satu hal yang salah, maka secara tidak sengaja pasti akan melakukan hal yang salah untuk kedua kali, ketiga kali dan seterusnya.

Dulu ketika Neva diusir, dia juga tidak tega.

Kemudian tahu kalau Neva dipaksa sampai tidak punya jalan lain, dia juga masih saja tidak tega.

Neva pergi dan diancam kembali oleh Lexi, dia juga tidak tega.

Banyak sekali kejadian, yang di hatinya merasa kalau ini sudah keterlaluan. Tapi, dia tidak pernah sekalipun bicara membela Neva.

Karena di lubuk hatinya yang paling dalam, Gilbert merasa dia juga dilahirkan untuk hanya mencari keuntungan.

Sekarang, semua karma dan pembalasan perbuatan buruk ini datang. Gilbert menutupi kepalanya dengan kedua tangan.

Hanya berharap dengan seperti ini, dia bisa melupakan semua hal yang menyebalkan ini.

Nevi bergegas keluar halaman dan melihat taksi berhenti, Lexi turun dari taksi itu.

Meski tersudut tapi biarkan saja tersudut, Mobil mereka itu harganya enam milyaran.

Setelah Lexi menelepon perusahaan asuransi mobil untuk menangani mobil ini, barulah dia pulang.

Tapi tidak disangka, begitu turun dari mobil, dia melihat putrinya menangis sedih seperti ini.

“Nevi? Ada apa? Apa yang telah terjadi?” Bagaimanapun sebagai ibu, Lexi tetap tidak akan tega melihat putrinya seperti ini, walaupun hatinya masih kesal dan marah.

Nevi melemparkan dirinya ke pelukan Lexi dan menangis dengan getir "Bu, Ayah memukulku!"

Kemarahan Lexi yang sudah mulai tenang, sekarang kembali meningkat tajam "Dasar tidak punya hati, tidak senang, lalu seenaknya langsung melampiaskan semua amarahnya pada kita! Kejadian-kejadian yang dulu, apa dia tidak merasa ikut di dalamnya, apa tidak merasa bertanggung jawab atas semuanya? Masalah ini pasti wanita murahan itu yang melakukannya. Demi membalas dendam kepada kita, dia menyuruh Grup Tirta untuk menjual semua saham kita. Dia pasti senang kalau perusahaan Aska bangkrut!”

“Iya benar sekali, pasti ini semua perbuatan Neva! Bu, kita cari dia dan bunuh dia saja!” Wajah Nevi terlihat mengerikan dan tatapan matanya penuh kebencian dan dengki.

Dia sudah tidak berani menginginkan posisi sebagai Nyonya Tirta lagi.

Tapi Neva juga bukannya akan hancur. Dia tidak bersembunyi dan malah berani menjebaknya. Dia harus membuat Neva menyesal dan berlutut di tanah, memohon kepada Nevi untuk melepaskannya!

Fandi datang ke kota W dan kebangkrutan Perusahaan Aska sudah dipastikan.

Pada saat itu, proyek perusahaan Aska akan diambil alih oleh Grup Tirta dengan harga rendah.

Perusahaan Aska juga akan diakuisisi, ini merupakan perintah ibu memberikan sedikit sisa pada perusahaan Aska.

Dia datang ke kota W untuk menyuruh kakak keduanya kembali pulang. Kakak Kedua sudah terlalu lama di sini.

Mendengar ucapan Rey, kehidupan kakak keduanya saat ini sungguh berantakan dan tidak karuan.

Mobilnya diparkir di Harem, klub hiburan terbesar di kota W.

Begitu mendengar nama klub ini, tanpa sadar membuat orang jadi hampir gila.

Kota W hanyalah sebuah kota kecil dan jaraknya sangat jauh dari kota Z. Gaya klub hiburannya hanya gemerlap biasa dan penuh dengan cita rasa dan aura para pemula saja.

Dia naik lift ke lantai atas, hanya ada satu ruangan pribadi yang mewah di lantai atas.

Segera setelah dia membuka pintu, dia melihat belasan wanita cantik mengenakan bikini bernyanyi dan menari di sana.

Aksi dan gerakan besar-besaran itu membuat mata Fandi yang merupakan master playboy kelas atas ini jadi panas rasanya.

Gandi sedang duduk di sofa dengan empat pengawal berdiri di sampingnya. Rey melihat Fandi datang, dia pun berdiri dan berjalan menghampirinya.

"Bang ketiga."

“Ada apa ini? Wanita seperti ini, kakak kedua juga sudah mulai suka ya?” Fandi memandang ke wanita berpayudara besar yang sedang mencondongkan tubuhnya, memasukkan gelas berisi alkohol ke posisi kunci di tengah payudaranya dan mengirimkannya ke mulut Gandi.

“Nyonya masih belum ditemukan. Presdir Gandi sedang dalam suasana hati yang buruk. Sehingga...” Rey pun menghela napas. Penampilan tidak terurus Gandi dari dalam sampai di luar sudah terlihat jelas.

Gandi melingkarkan tangannya ke pinggang wanita itu dan wanita itu duduk di atasnya. Gandi menundukkan kepalanya untuk meminum segelas alkohol itu.

Dia melihat Fandi datang, tapi karena dia sudah lelah secara fisik dan mental, dia pun seolah mengabaikan seluruh dunia.

Fandi melangkah maju ke depan sambil menekan pundak kakak keduanya dan berkata "Turunlah!"

Kalimat ini diucapkannya untuk wanita berpayudara besar itu.

Sebelum wanita berpayudara besar itu masuk ke ruangan ini, dia mendengar dari manajer mereka kalau orang ini adalah bos besar yang kaya raya. Selama bisa membuatnya senang maka pasti akan mendapatkan apapun yang dia mau.

Dengan tidak mudahnya berhasil membuat pria itu mau minum alkohol di kelas yang diselipkan di depan payudaranya. Jika pria itu senang, mungkin saja dia akan berhubungan seks dengan dirinya. Maka dirinya pun akan jadi kaya raya dan makmur!

Jadi dia berkata dengan anehnya "Yoh, tuan muda satu ini, apakah kamu datang ke tempat yang salah? Bos ini tidak menginginkan seorang pria!"

Wajah Fandi jadi muram. Tapi belum sempat dia marah, Gandi lebih dulu melepaskan wanita itu dan berkata dengan suara berat “Minggir sana!”

Ekspresi wajah wanita dengan payudara besar itu langsung berubah dan dia buru-buru berkata "Bos, jangan marah, apakah aku melakukan sesuatu yang salah..."

Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, Rey mengedipkan mata ke pengawal. Seorang pengawal melangkah maju dan menyeret wanita itu keluar.

Rey bertepuk tangan dan berkata "Semuanya keluar!"

Nyanyian dan tarian pun berhenti, peringatan yang sudah diperlihatkan di depanpun membuat semua wanita itu satu persatu pergi dengan patuhnya.

Gandi mengambil wine yang dia taruh di atas sofa dan menuangkannya meneguknya langsung ke mulutnya.

Fandi menyambar botol itu dan langsung melemparnya ke lantai.

Diiringi suara keras, alkohol berwarna merah gelap itu pun terbang dan pecahannya berhamburan di sekeliling mereka.

“Kakak kedua, lihat kamu ini, jadi apa kamu sekarang ini?” Kata Fandi dengan kecewanya. Dia merasa aksi dan perannya telah direbut oleh kakaknya. Jelas peran yang tidak terurus dan suka senang-senang seperti ini, harusnya adalah dirinya yang memerankan, oke?

Kakak kedua selalu menjadi presdir besar muda yang begitu menjanjikan serta berprestasi dan punya kesan sebagai pria tangguh.

Gandi mengangkat pandangan matanya. Matanya terlihat sangat lelah dan suaranya agak serak dan berat, dia berkata "Kamu tidak tetap berada di kota Z sana, lalu untuk apa kamu datang kesini untuk mengurusiku?”

“Ibu memintaku menjemputmu pulang!” Kata Fandi dengan sungguh-sungguh.

Gandi terkekeh lalu bersandar di sofa, menghela nafas panjang yang cukup nyaman "Sudah cukup bagi perusahaan untuk memilikimu saja. Aku ingin tinggal dan menenangkan diri di sini."

"Berapa lama kamu akan menenangkan diri? Ini sudah hampir sebulan. Kakak, kamu harus bersemangat dan bertahan! Menurutku, jika ada kakak ipar disini, dia pasti juga tidak ingin melihatmu jadi seperti ini!”

“Fandi… pernahkah kamu menyukai seorang wanita?” Tanya Gandi dengan santai.

Saat ini, matanya tampak lebih jernih.

Fandi terkejut, wanita yang disukai?

Dia selalu berjalan dan menikmati wanita tanpa meninggalkan hubungan apapun.

Sampai akhirnya, dia bertemu Shivas.

Perasaannya pada Shivas sangat rumit. Dia tahu bahwa Shivas mendekatinya dengan sengaja dan punya maksud. tapi dia tetap saja masuk dan terjebak dalam jeratan cinta Shivas.

“Ada, kelihatannya ada. Harusnya ada!” Kata Fandi dengan yakin.

"Ketika wanita yang kamu sukai pergi, kamu mungkin akan mengerti suasana hatiku saat ini dan kamu tidak akan datang kesini hanya untuk membujukku."

Kata-kata Gandi mengejutkan hati Fandi.

Dia tidak pernah benar-benar memikirkannya. Jika Shivas menghilang, akankah dia juga mencari ke setiap sudut dunia seperti yang dilakukan kakak kedua.

Tapi di detik berikutnya, dia pun bereaksi.

Selama dia memegang dan menggenggam erat Shivas, Shivas tidak akan punya kesempatan untuk melarikan diri darinya.

“Dia tidak akan pernah pergi, aku akan mencintainya dan tidak akan memberinya kesempatan untuk melarikan diri.” Kata Fandi.

Tapi setelah cukup lama berlalu, kakak kedua tidak membalas ucapannya juga.

Begitu Fandi mendongak, dia melihat kakak kedua-nya sudah bersandar di sofa dan sudah tidur terlelap.

Fandi tersenyum masam dan memanggil Rey. Menyuruh Rey menyiapkan penerbangan pulang untuk malam ini.

Saat Gandi bangun keesokan harinya, kepalanya sakit seperti akan meledak.

Dia sangat haus dan tanpa sadar berteriak "Air, air..."

Tapi sudah berlalu cukup lama, dia tidak mendapati sosok yang sangat tidak asing untuknya yang biasanya mengantarkan air untuknya.

Butuh beberapa saat sebelum otak tumpul Gandi mulai sadar sepenuhnya, tidak ada siapapun lagi di sampingnya yang akan menjaga dan melayaninya.

Dia berjuang untuk bangun dan melihat sekeliling dengan hampa. Baru setelah itu dia menyadari kalau dia sudah kembali pulang.

Ada segelas air di atas meja di samping ranjang. Airnya sudah dingin. Rey yang menaruhnya kemarin malam.

Gandi merasa lebih nyaman setelah meminum air itu dengan sekali teguk.

Dia berdiri, pergi ke kamar mandi untuk mandi, lalu mencukur jenggot di wajahnya sampai bersih dan memandangi dirinya yang begitu lemah dan kuyu di cermin, sekarang penampilannya sudah hampir kembali seperti sebelumnya.

Dia pun berjalan keluar dengan handuk mandi melingkar di pinggangnya, kamar tidur itu begitu kosong. Wanita yang disukainya tapi dirinya selalu menolak untuk mengakuinya, jika wanita itu masih ada disini, seharusnya dia sudah menyiapkan baju, sepatu untuknya dan akan bilang coba pakai baju yang ini, coba ganti yang itu.

Setelah dia selesai berpakaian, wanita itu juga akan mencarikan dasi yang cocok untuknya, lalu memasangkan dan merapikan dasi itu untuknya.

Setelah selesai melayani Gandi, wanita itu baru mulai mengganti bajunya sendiri.

Dia adalah wanita yang pemalu, dia akan pergi ke ruang ganti untuk ganti baju. Jika dia tidak sedang menghadiri jamuan makan atau pesta, dia pasti akan selalu berpakaian dengan sangat sederhana.

Dia tidak memiliki kebiasaan memakai emas-emasan.

Satu-satunya kesukaannya adalah gelang giok itu.

Sebenarnya, itu hanyalah sebuah gelang giok saja. Dirinya kenapa tidak bisa menerima itu?

Mengapa dia selalu berdebat dengan wanita itu dengan keras hanya untuk masalah sepele itu?

Neva, aku tahu aku yang salah.

Kamu, cepatlah kembali!

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu