Cinta Yang Dalam - Bab 129 Berkompromi

Neva menarik napas dalam-dalam dan masih berusaha untuk menghubungi Nardi.

Tetapi kali ini, akhirnya terhubung walaupun Nardi tidak menjawabnya.

Hati Neva membeku sesaat. Tidak mungkin ancaman Lexi untuk membahayakan Nardi begitu cepat bukan?

Neva mengambil telepon genggamnya yang lain, tetapi dia sudah melupakan nomor Berty, hal ini membuatnya kewalahan dan cemas.

Dia panik dan buru-buru menanggapi pesan dari Lexi, “Aku sedang mengumpulkan uang, beri saya sedikit waktu. Jangan sakiti Nardi!”

Lexi hanya membalasnya dengan sepatah kata, “Baik.”

Neva tahu bahwa sudah tidak ada jalan kembali baginya. Dia mengertakkan gigi, membulatkan tekad dan mengendarai mobilnya kembali ke kediaman Tirta.

Dia bertekad untuk meminta uang ini kepada Nyonya Tirta, 200miliar, sepertinya Nyonya Tirta tidak akan mungking untuk memberi uang ini kepadanya.

Tapi begitu dia tiba di kediaman Tirta, Neva yang belum turun dari mobil mendapat telepon yang tidak dikenal dari luar negri.

Neva menjawab telepon dengan gugup, dia tidak berani berbicara.Tetapi dia mendengar suara akrab dari ujung telepon, “Kakak Ipar kedua, apa yang akan kamu lakukan hari ini?”

Neva terdiam, dia menghela napas panjang, Rasa khawatir yang dia rasakan dari tadi, langsung menguap begitu saja.

Dia tadi benar-benar khawatir bahwa telepon tersebut ditujukan oleh orang suruhan Lexi untuk menculik Nardi.

"Aku baik-baik saja, aku baru saja pulang," jawab Neva.

Begitu mendengar bahwa Neva telah sampai, Wendi segera menutup telepon. Setelah beberapa saat, pintu utama terbuka, Wendi sudah disana dan menunggu Neva.

Neva tidak tahu apa yang terjadi dengan Wendi, dia langsung bertanta, “Ada apa? Apa ada masalah yang melibatkanku?”

Wendi berkata dengan lembut, “Begini, setelah aku sampai dirumah kemarin, aku selalu saja merindukan Ibu ku. Jadi, kakak ipar kedua, bisakah kamu menemaniku pulang hari ini?”

Wendi sebenarnya juga sedikit malu untuk meminta tolong, lahipula dia dan Neva belum terlalu akrab. Saat seluruh perjalanan kemarin Neva juga hanya sekadar menjadi tamu.

Neva terlihat ragu sejenak. Dalam hatinya, dia sebenarnya masih mencemaskan masalah yang harus diselesaikannya.

Permintaan yang diajukan oleh Wendi ini, tanpa diragukan adalah kunci kebebasan untuknya.

Dia awalnya ingin mengendarai mobil sendiri, tetapi ditahan oleh Wendi. Beberapa saat kemudian, tampak sebuah mobil Range Rover keluar dari garasi.

Saat jendela mobil diturunkan, Neva baru mengetahui bahwa Gaoha adalah orang yang mengendarainya.

Setelah masuk ke mobil, Wendi mengalihkan pandangannya ke luar jendela, sengaja tidak menoleh ke Gaoha.

Jika pasangan ini sudah bertengkar, akan susah untuk mendamaikan mereka berdua. Neva sudah terbiasa dengan hal ini.

Neva dan Gaoha berbasa-basi sejenak, dan mereka pun tiba di panti jompo.

Karena hari ini dekan tidak bisa hadir karena ada hal lain, Gaoha berniat untuk masuk bersama mereka berdua, tetapi dia ditahan oleh Wendi.

Menurut Wendi, ini adalah urusan wanita dan dia meminta Gaoha untuk tidak turut ikut campur.

Mereka sampai di pavilion sebelumnya, di sebelah pavilion ini ada sebuah danau yang tidak terlalu besar, ditepi danau terdapat sebuah perahu yang terparkir. Jika ada yang merasa ingin bersantai sejenak, mereka dapat menaiki perahu kapan saja.

Sambil memegang roti kukus di tangannya, Bety dengan hati-hati membelah sepotong roti kukus kecil, dan kemudian memelintirnya menjadi potongan-potongan remah roti kukus dan melemparkannya ke danau. Saat itu juga, kumpulan ikan-ikan berenang mengerumuni makanan.

Neva dan Wendi berdiri di samping Bety , tidak ada yang berbicara.

Wendi berbisik kepada Neva bahwa dia harus tetap diam. Ibunya benci diganggu ketika dia melakukan sesuatu.

Bety telah memberi makan ikan selama dua jam penuh tanpa bergerak.

Neva merasa kakinya mati rasa, dan dia hanya bisa bersandar pada pilar pavilion dan menunggu bersama Wendi.

Akhirnya, ketika roti di tangan Bety habis, dia berbalik dan menatap Wendi dan Neva dengan tenang, dia berbisik, “Kalian sudah sampai!”

Neva tertegun sejenak. Apakah Bety sudah pulih?

Wendi tersenyum, melangkah maju, dan berkata: “Aku merindukanmu, makannya aku datang kemari.”

Dia berdiri di belakang Bety sambil menepuk ringan punggungnya.

Neva melihat dari samping, mereka mengingatkannya pada kedua orang tuanya. Karena itu, perasaannya menjadi semakin kacau.

Mereka berdua tetap tinggal sampai malam tiba, dan meninggalkan panti jompo dengan Wendi yang terlihat sedih.

Gaoha sudah tertidur didalam mobil, Wendi yang awalnya mulai merasa tenang, kembali merasakan emosinya yang meningkat karena melihat Gaoha. Dia mengetuk kaca mobil beberapa kali.

Gaoha sedang bermimpi indah sebelum dia terkejut dan terbangun karena ketukan Wendi. Dia membuka mata dan melihat sekitarnya.

Dia bermimpi bahwa dia berada di tempat tidur dan melakukan hal yang tak terlukiskan dengan Wendi.

Dia dengan cepat meluruskan badan, mengakibatkan kepalanya menabrak atap mobil dengan keras.

Ini membuat Wendi yang telah melihat ke dalam mobil tersenyum.

Gaoha langsung tersadar, dia menggosok kepalanya dan dengan marah membuka pintu mobil, dan membiarkan Wendi dan Neva masuk.

“Bukankah kamu memiliki kunci mobil?” Tanya Gaoha dengan sedikit marah.

Wendi dengan angkuh berkata, “Aku tidak ingin membukanya sendiri, dan lagi kamu berada didalam mobil, maka dari itu kamu harus membukanya. Kenapa?”

Perilakunya seakan menunjukkan bahwa dia sedang membuktikan bahwa kepribadiannya memang seperti itu, seperti tidak akan mengalah, katakan saja jika ada yang tidak puas!

Neva yang melihat balasan mereka terhadap satu sama lain, tiba-tiba teringat akan sebuah pepatah yang mengatakan bahwa memukul berarti akrab dan marah berarti sayang!

Gaoha mengemudi kembali ke kediaman Tirta.

Neva yang lebih dulu masuk, begitu dia memasuki ruangan, dia melihat Gandi yang duduk di sofa.

“Kemana saja kamu?”

Gandi bertanya dengan ekspresi gelap.

Shinta sedang duduk disampinya, seharusnya sikap Gandi bisa menjadi lebih baik.Tapi juga karena dia sudah menunggu Neva untuk waktu yang lama, sehingga mereka terlambat untuk menghadiri perjamuan malam ini. Tentu saja nada bicaranya akan menjadi lebih buruk.

Neva terdiam dalam tempatnya, dengan ringan berkata, “Aku menemani adikmu untuk menemui…”

“Aku tidak ingin tahu. Cepatlah ganti pakaianmu dan ikut denganku.”

Gandi berkata dengan dingin, dia baru saja menyelesaikan ucapannya, punggungnya langsung menerima pukulan.

Shinta masih saja menatap cara anak lelakinya berbicara kepada istrinya, dia tersedak, “Dia adalah istrimu, ada apa dengan cara bicaramu?”

Neva bahkan tidak tahu dia harus mengganti baju untuk mengikuti acara seperti apa, dia langsung ditarik keatas oleh Wendi.

Di lantai atas, Gaoha keluar dari kamar dengan pakaian formal.

Harus diakui bahwa penampilan Gaoha dapat disandingkan dengan Gandi. Walaupun Neva yang melihatnya tidak merasakan apa-apa.

Wendi menarik Neva ke kamarnya, menggeser pintu lemari dan menunjukkan segala jenis pakaian yang berjejer rapi.

Neva yang melihatnya terdiam sejenak, dia bisa tahu pada pandangan pertama bahwa pakaian-pakaian ini dibuat oleh seorang.

Dan di banyak bagian, ujung benang tidak dibersihkan, dan jahitannya agak salah.

Dikarenakan karier dan hobi Wendi, dia segera memahami asal pakaian ini.

Wendi mengeluarkan cheongsam, meletakkannya di depan Neva, dan berkata: “Kakak ipar kedua, lihat, ini semua didesain olehku. Cheongsam ini sangat cocok untukmu! “

Neva memandang ke cermin. Untuk memakai cheongsam, dibutuhkan sosok badan yang menonjol di depan dan belakang, agar lebih bisa mencerminkan keindahan orang-orang Cina.

Badan Neva tidak termasuk bagus, dan sosok Wendi juga hampir sama dengannya, tetapi Wendi mampu membuat cheongsam ini mebuatnya terlihat lebih kurus dan dengan desain yang sangat unik.

Wendi juga berganti dan menggunakan sehelai gaun lipit, dan berangkat ke perjamuan malam bersama.

Perjamuan itu biasa-biasa saja, tidak lebih dari sanjungan antara para konglomerat dan warga biasa.

Neva duduk di sudut ruangan, melihat Wendi yang berkeliling ruangan dan bertukar sapa dengan orang-orang. Dia merasa sedikit iri akan hal ini.

Ketika jamuan makan selesai, Neva dan Gandi pulang bersama.

Namun di setengah perjalanan, Gandi menerima telepon dan mengganti rute perjalanannya.

Neva menyimpan keheranan dalam hatinya. Apa yang akan dilakukan Gandi? Namun dia tidak berani untuk bertanya.

Temperamen laki-laki ini sangat tidak terduga, dia tidak berani memprovokasinya.

Setelah mobil berhenti, Neva baru tersadar bahwa Gandi membawanya ke tempat yang lumayan gelap.

Neva memiliki kesan mendalam di tempat mobil ini berhenti.

Tempat ini, adalah tempat terakhir kali dia dipaksa oleh Gandi!

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu