Cinta Yang Dalam - Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi

Neva melihat ke Gandi dengan kaget, dengan posisi seperti ini, masih ada air di tengah, bagaimana mungkin...

Sementara Gandi sudah tidak ingin berkata banyak lagi, dia memeluk pinggang Neva dan menariknya sampai duduk ke atas tubuhnya.

Posisi itu tepat, secara kasar tubuh mereka tergabung menjadi satu.

Neva merasa kesakitan, kemudian meningkat sampai dia berteriak karena tidak bisa menahan diri.

Pada detik selanjutnya, Gandi sudah langsung menutupinya mulutnya.

Gandi melampiaskan kemarahannya ke tubuh Neva, dia merampok hak memimpin dan mengantar Neva ke lautan nafsu secara berulang kali.

Pada awalnya Neva berusah mengontrol tubuhnya agar dia tidak tersedak dengan air.

Tetapi pria ini benar-benar terlau kasar, pada akhirnya dia langsung membaringkan Neva ke dalam bak mandi dengan posisi Gandi bergerak di depannya.

Tidak tahu setelah berapa lama, suara teriakan Gandi beserta tubuh Neva yang terasa mengerat akhirnya terasa lega.

Neva langsung merasa ngantuk, tenaga untuk menggerakkan jari saja sudah tidak ada.

Pada saat ini, ponsel Gandi yang berada di luar toilet pin berdering.

Gandi langsung berdiri dan melirik ke tubuh Neva yang disiksa olehnya sebelum keluar dari toilet, meninggalkan Neva berada di bak mandi sendirian seperti boneka barbie yang tidak berguna.

Gandi menggunakan handuk yang dia mengeringkan tangan untuk membungkus tubuhnya. Pada saat dia berjalan sampai depan tidur, telpon kebetulan berhenti berdering.

Melihat nama yang tertera, Gandi mengerutkan alisnya.

Buat apa Julia menelponnya pada saat seperti ini?

Sementara Neva yang berada di bak mandi akhirnya bisa menghela nafas lega, menarik tubuhnya yang kecapekan, Neva keluar dari bak mandi dan mengeringkan tubuhnya, kemudian keluar dengan gaun mandi yang ditinggal Gandi tadi.

Waktu dia baru keluar, dia mendengar ponsel Gandi berdering lagi dan Gandi mengangkatnya.

"Julia, ada apa?"

Tidak tahu apa yang dikatakan oleh bagian sana, Gandi melirik ke belakang, tatapannya tidak berhenti di Neva. Setelah berkata "Aku akan segera ke sana" Gandi pun mengakhiri telpon.

Dia segera mengganti baju dan berjalan ke arah luar tanpa berkata apa pun kepada Neva.

Tatapan Neva dari tadi terus tertuju kepada Gandi, setiap langkah Gandi membuat hati Neva tenggelam. Pada saat mau membuka pintu, Gandi tiba-tiba berhenti dan berkata tanpa menoleh ke belakang: "Malam ini aku tidak pulang, kamu tidur lebih awal!"

Setelah itu, Gandi pun keluar dari kamar.

Melihat pintu yang tertutup dengan buru-buru, hati Neva tiba-tiba terasa sakit. Dia meletakkan tanganya di posisi jantung dan langsung melutut ke atas lantai.

Julia, berarti orang yang menelpon tadi adalah Julia.

Setelah menyiksa Neva begitu lama, Gandi bahkan tidak mengatakan satu kata yang lembut.

Julia hanya menelpon dia dan dia langsung keluar dengan buru-buru.

Masih berkata malam ini tidak pulang? Buat apa mengatakannya? Memangnya dia pernah pulang sebelumnya?

Mengapa dia tidak pergi saja dengan tenang? Mengapa masih mau berkata seperti ini?

Neva mengerti bahwa Julia adalah cahaya putih bulan di dalam hati Gandi.

Sementara Neva hanya merupakan sebutir pasir saja, selain membuat dia merasa tidak nyaman, tidak ada fungsi lainnya.

Neva merasa sangat sakit hati, tatapan dia buram secara perlahan dan pada akhirnya pingsan di lantai.

Neva pingsan sepanjang malam, sampai besok jam 12 lebih, ketukan pintu kamar membuat Neva bangun dengan terkejut.

Barang pertama yang dia lihat setelah sadar diri adalah sandal di samping mukanya yang memiliki gambar kartun.

Neva merasa tubuhnya sangat tegang, dia berdiri dengan kesulitan. Mungkin karena berlutut terlalu lama, kakinya terasa sakit dan pegal sampai dia tidak bisa bergerak.

Orang yang berteriak di luar adalah Wendi, dia bisa mengerti mengapa kakak ipar kedua tidak bangun untuk sarapan, orang rumah mendengar suara Gandi dan Neva semalam.

Tetapi Wendi merasa agak aneh ketika dia menyadari mobil abang kedua tidak ada di garasi.

Biasanya kakak ipar kedua akan ikut abang kedua turun ke bawah. Jadi Wendi menunggu sampai jam 10 lebih baru datang mengetuk pintu, agar meskipun tidak ada hal yang terjadi, Neva sudah cukup tidur.

Mendengar Wendi bertanya Neva apakah dia baik-baik saja dan mengapa masih belum bangun pada jam segini, Neva mengeluarkan sebuah batuk sebelum menjawab: "Wendi, aku tidur kelewatan jam. Kamu turun saja dulu aku akan menyusul nanti!"

Setelah Wendi pergi, Neva menunggu sampai kakinya sudah tidak pegal baru duduk ke atas tempat tidur.

Dia melepas gaun mandinya dan melihat lutunya sudah menghijau sampai sedikit mengerikan.

Kalau bukan Wendi datang mengetuk pintu, Neva akan terus pingsan dengan posisi seperti itu, takutnya kalaupun sudah sadar diri, kakinya pun tidak berguna lagi.

Setelah keramas, Neva berjalan beberapa putaran di dalam kamar, kemudian memeriksa dirinya dengan cermin, setelah cara berjalannya terlihat normal, dia baru turun ke lantai bawah.

Begitu turun ke lantai bawah, Neva melihat ponselnya yang berada di atas meja kopi. Fandi sedang duduk di atas sofa makan anggur.

"Hei kakak ipar, kamu sudah bangun ya!" Melihat Neva turun ke bawah, Fandi pun menyapanya dan menunjuk ke ponsel di atas meja: "Aku sudah membawa ponselmu kembali"

Pada saat itu, Shinta sedang meneliti produk kompetisi, mendengar kata-kata Fandi, dia pun mengangkat kepalanya dan berkata dengan alis mengerut: "Kenapa ponsel kakak iparmu bisa bersama kamu? Semalam kalian pergi kemana?"

Tubuh Fandi bergetar sejenk, dia ingin menampar dirinya.

Benar-benar sangat bodoh, mengapa membahas tentang itu di depan ibu?

Hal ini membuat Fandi yang biasanya fasih berbicara menjadi gugup, dia tidak tahu harus berkata apa.

Sikap dia langsung membuat Shinta meragu, jangan-jangan anak ini bermain yang tidak tidak lagi di luar?

Pada saat itu, Neva sudah tiba di depan sofa, dia berkata: "Bu, semalam aku menjatuhkan ponselku secara tidak sengaja. Fandi membantu aku membawa ponsel pergi perbaiki!"

Shinta melihat ke Neva, dia merasa seharusnya bukan begitu, bisa jadi Neva sedang membantu Fandi menutupi sesuatu.

Melihat Neva sudah membantuhnya, Fandi pun segera menambah: "Iya! Bu, semalam sudah terlalu malam, tidak ada tempat perbaiki lagi. Kebetulan aku ada teman yang memiliki pengusaha ponsel, jadi aku pun mencari dia pada tengah malam untuk memperbaiki ponsel kakak ipar!"

Demi membuat Shinta percaya kepadanya, Fandi sengaja mengatakan kata 'tengah malam' dengan suara berat.

Melihat ekspresi Shinta yang belum mempercayai dia sepenuhnya, Fandi pun berpura-pura sedih: "Bu, apa maksud tatapan kamu ini? Tidak apa-apa kalau kamu tidak percaya aku, tetapi kamu masa tidak percaya kepada kakak ipar?"

Shinta berkata: "Bersikap agak jujur, jangan mencari masalah!" kemudian lanjut meneliti produknya.

Sementara Wendi juga mulai menggambar di sebuah tablet, adegan ini membuat Neva ingat bahwa waktu kompetisi sudah mendekat, dia juga harus mencari waktu untuk menyiapkan produk.

Tetapi, Neva masih memiliki urusan. Dia duduk ke samping Fandi dengan kondisi menjaga sedikit jarak, kemudian dia berpura-pura memeriksa ponselnya dan berkata dengan suara kecil: "Fandi, masalah semalam tidak membawa keributan kan?"

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu