Cinta Yang Dalam - Bab 326 Ada Apa Ini?

Pajangan yang tergantung di depan mulai bergoyang, dari samping samar-samar terdengar isyarat dari dokter.

Rasa kantuk dan lelah yang sulit dikekang menjalar ke sekujur tubuh Winda dari otaknya, dan dengan cepat mata Winda tidak bisa dibuka.

Dia tertidur lelap, namun disampingnya sama-samar seperti terdengar suara seseorang yang sedang bertanya padanya.

Dia ingin menjawab pertanyaan ini, namun pikirannya kosong.

Mengenai pria itu, mengenai masa lalunya, seolah terhapus dari pikirannya dengan paksa.

Namun bayang tubuh pria itu, wajah tampannya, sorot matanya yang tajam, malah membekas begitu dalam di hatinya.

Dia sangat arogan, ingin menguasai seluruh hidupnya dengan egois.

Meskipun dirinya bersikeras memberontak, namun dia tetap tidak bisa mengubah nasib buruknya.

Kenapa? Ada apa ini?

Winda berpikir dengan gusar, berusaha menyibak kabut tebal dalam ingatannya.

namun rasa sakit yang memecahkan kepala perlahan kembali menyerang.

Dia masih ingat apa yang dokter katakan, begitu tangannya menekan sekuat tenaga, maka dia akan membangunkannya.

Namun Winda tidak ingin menyerah, hari ini dia harus memecahkan teka-teki ini.

Namun tekadnya yang keras pada akhirnya tidak mampu melawan perlawanan dari tubuhnya sendiri.

Dirinya, ditengah hipnotis itu kehilangan semua ingatan begitu saja.

Winda bermimpi, dalam mimpi dirinya berada disebuah ruang tamu yang asing.

Didepannya, ada dua orang yang sedang berbicara.

“Apa yang ingin kau lakukan?”

“Bukankah sudah kukatakan? Aku ingin kita bicara. Nev, kita pernah menjadi teman baik yang bisa membicarakan apapun, tidak perlu bertengkar sampai seperti ini bukan?”

“Lepaskan tanganmu, keluar, kesabaranku ada batasnya, kalau tidak aku akan melapor polisi, kamu seperti ini sama dengan menerobos rumah orang lain tanpa ijin.”

“Kamu begitu takut berbicara denganku, apakah karena takut aku mengetahui kelemahanmu? Benar juga, Tuan Tirta begitu menyukaiku, kamu hanyalah seekor anjing betina yang bisa dia tendang dari sisinya kapanpun dia mau!”

……

Wanita diseberang terus mendesaknya, dan dia, bukan, wanita yang ia lihat itu.

Namun malah tidak melawan sama sekali, hanya bisa menundukkan kepala dan dihina olehnya.

hati Winda panik, ingin membantunya.

Namun disaat ini ada sebuah kekuatan besar yang menahannya, lalu menariknya keluar dari tidur yang lelap.

“Winda?”

“Winda kamu tidak apa kan?”

“Nyonya tenang saja, aku sudah membangunkannya…”

Winda perlahan membuka matanya, pandangan yang kabur perlahan menjadi jelas, dia melihat kakak ipar dan dokternya.

“Aku, aku tertidur berapa lama?” dia membuka mulut dan bersuara, namun yang terdengar adalah suara yang begitu serak dan parau.

Benarkah ini suaranya sendiri?

“Tiga hari, Nona Yang , anda terus terlelap dan tidak bisa dibangunkan.” Psikiater itu mengusap keringat dingin ke keningnya dan berkata dengan lega.

Awalnya dia mengira treatment kali ini hanyalah masalah kecil saja.

Bagaimana pun tekad seorang wanita tidak akan sebanding dengan pria.

Namun dia tidak menyangka Nona Yang ini, meskipun bisa membuatnya mati didalamnya, namun dia tetap tidak bersedia sadar dari ingatannya.

Sebenarnya hal sepenting apa yang membuatnya merasakan penderitaan seperti itu.

“Ooo…….” Winda menjawab singkat, melihat kakak iparnya sudah pergi mengurus hal lainnya, dia berdehem lalu berkata : “Dokter, bisakah membuatku kembali tertidur?”

Winda sangat penasaran, siapa sebenarnya wanita yang berbicara padanya?

Ternyata Gandi menyembunyikan banyak hal darinya.

Psikiater itu tersentak, Oh Tuhan, bagaimana mungkin dia berani membiarkan Nona Yang ini kembali tertidur.

Kalau sampai tidak bisa sadar, meskipun membayarnya dengan nyawanya, keluarga Yang juga tetap akan menyeret jasadnya untuk disiksa.

Namun melihat tatapan mata Winda yang begitu kukuh dan memohon, dia tidak sanggup menolak sepatah kata pun.

Untungnya terdengar suara dari belakangnya : “Tidur apanya? Sudah tidak sayang nyawa lagi?”Riana membawakan segelas air, lalu duduk disamping Winda , perlahan memapahnya.

“Kamu begitu tidur langsung tiga hari tiga malam, seisi rumah sampai khawatir setengah mati. Kalau bukan karena aku dan Dokter Joyke sudah kenal lama, kakakmu pasti sudah menyeretnya dan menguburnya hidup-hidup!”

Winda menatap dokter yang memasang wajah memelas dihadapannya, dia tidak menyangka karena dirinya tertidur begitu lama, malah membawa begitu banyak masalah untuk dokter.

“Maaf, aku yang tidak berpikir panjang.” Dia berkata dengan wajah bersalah.

Masalah hipnotis sudah tidak perlu diharapkan lagi.

tangyan menemaninya sebentar, dia mengatakan dirinya ingin beristirahat, sehingga semuanya mengundurkan diri.

Kamar yang begitu besar hanya tersisa dirinya seorang.

Dia menatap dekorasi bintang yang ada di langit-langit kamarnya, mengingat isi percakapan kedua orang yang ada dalam mimpinya.

Teman akrab, anjing betina yang disingkirkan.

Hidupnya yang dulu memang sungguh menyedihkan!

Apa yang kakak katakan, dan mimpi yang ia alami ketika terhipnotis, membuatnya tidak lagi ragu.

Namun kenapa dia tidak bisa mengingat apapun yang terjadi dulu?

Amnesia kecelakaan biasa tidak mungkin membuat lupa ingatan sampai seperti ini.

Dan sebuah pilihan yang cukup pelik terpampang dihadapannya, dia memilih kehidupannya sekarang, atau memilih kembali ke kehidupannya yang dulu.

Manusia bukanlah makhluk yang sama sekali tidak berperasaan.

Dia merasa kepalanya kembali sakit, sakit sampai kepalanya pusing dan pandangan kabur, namun pergumulan dalam pikirannya malah tidak membuahkan hasil apapun.

Keesokan paginya, dia kembali ingin ke rumah sakit.

Setelah Riana mengetahuinya, dia tidak mencegahnya, hanya mengutus Elvan untuk mengikuti Winda 24 jam, memastikan keselamatannya.

Di lobby lantai satu, Winda menghentikan langkah dan berkata : “Elvan , kamu jangan mengikutiku lagi, aku naik untuk membicarakan sesuatu.”

“Nona, aku harus memastikan keselamatan anda.” Meskipun tidak ada yang menyalahkannya tentang kejadian sebelumnya, namun pengawalan Elvan ketika itu menimbulkan masalah, dia juga merasa sangat bersalah.

Meskipun ketika itu begitu banyak orang, dia juga sudah berusaha begitu keras…..

“Tidak apa, aku hanya pergi menemui Tuan Hua, sangat aman.” Setelah Winda mengatakannya, dia bertingkah bagaikan orang dewasa yang menepuk bahu Elvan seolah dia itu anak kecil, lalu naik menggunakan lift.

Di lantai teratas, setelah keluar dari lift, melihat pengawal yang berdiri di seberangnya, dia kembali ragu.

Jelas-jelas tadi pagi ketika ingin datang dia sudah menguatkan hati.

Namun sekarang……

Ketika dia sedang ragu, piintu lift disampingnya terbuka.

Muncul seorang gadis yang masih muda dan cantik, ditangannya memegang sebungkus keripik dan sedang memasukkannya ke dalam mulut.

Setelah dia melihat Winda , dia bagaikan melihat hantu, matanya membelalak besar, kripik yang ada ditangannya sampai terjatuh ke lantai.

“Kak, kakak ipar?” Wendi Tirta menatap wanita dihadapannya dengan wajah yang sangat terkejut, dia mengira mungkin matanya rabun.

Dia mengusap matanya dengan sekuat tenaga, namun ketika pandangannya melihat jelas yang berdiri dihadapannya adalah Neva , dia tahu kalau ini memang benar kakak iparnya.

Tetapi bukankah kakak iparnya sudah meninggal?

Mungkinkah di dunia ini ada orang yang begitu mirip?

Pantas saja kakak keduanya ingin terus berada di Australiadan tidak ingin pulang.

Seketika Wendi mengerti, atas sikap aneh Gandi yang bersikeras tidak ingin kembali ke Negara asalnya.

Dia juga setelah mendengar masalah yang dialami kakak keduanya, karena merasa tidak tenang sehingga diam-diam naik pesawat dan menyusul kemari.

Meskipun selama dua tahun ini hubungannya dengan gaohan cukup hangat, namun hubungan antara menantu dan mertua tetap tidak bisa membaur dengan baik.

Kalau bisa keluar, dia sungguh tidak ingin tinggal dirumah.

Dia menatap Winda , Winda juga menatapnya.

Karena ekspresi dari orang diseberangnya, seperti melihat keajaiban dunia, membuat Winda ingin mengacuhkan juga tidak bisa.

“Anda ini? Aku rasa anda pasti salah mengenali orang!” Winda menanyakan status wanita dihadapannya dengan sopan, dan disaat bersamaan meralat kalau dia bukanlah kakak iparnya.

Dia masih belum memutuskan akan menerima kehidupan yang dulu atau tidak, sehingga untuk sementara dia tidak ingin mengakui statusnya.

wanita didepannya mengenakan gaun fashion model terbaru, aksesoris yang dikenakan juga begitu indah dan pas.

Dan dari panggilannya, Winda merasa kalau dia mungkin keluarga Gandi .

Wendi melangkah mundur satu langkah, memperhatikan Winda sambil memutar dengan sedikit tidak sopan.

Kali ini dia baru merasa kalau dirinya sepertinya salah mengenali orang.

Wanita dihadapannya ini memiliki wajah yang begitu sama persis seperti kakak iparnya.

Namun wibawanya, dandanannya, berbeda begitu jauh.

Kakak ipar adalah seorang wanita yang lembut, pakaian yang dia kenakan juga lebih sederhana.

Sementara wanita dihadapannya ini malah mengenakan pakaian dengan merk termahal juga terbaik, sikapnya juga terlihat jauh lebih garang.

“Maaf, mungkin aku yang salah mengenali orang.” Setelah Wendi mengamati satu putaran, dai menjelaskan dengan sedikit ragu.

Masalah tentang kakak ipar ataubukan, kakak kedua pasti akan bisa mengatasinya, dia ingin membantu, namun takut membuat masalah.

“Anda juga ingin menengok Tuan Tirta?” Winda bertanya dengan suara pelan.

Wendi langsung menggeleng : “Bukan, aku hanya lewat dan melihat-melihat. Kakak kedua ada di ruang rawat, silahkan masuk.”

Kali ini dia tidak akan menjadi raket nyamuk lagi.

Wendi berkata sambil membuat gerakan mempersilahkan.

Membawa Winda dengan sedikit menariknya dengan paksa.

Para penjaga juga mengenalnya, sehingga sama sekali tidak mencegah.

Wendi membuka pintu dan memanggil : “Kakak kedua, kakak ipar datang menengokmu!”

Setelah mengatakannya, dia langsung mendorong Winda masuk.

“Aku bukan, bukan……”

Ketika Winda ingin menjelaskan, pintu kamar sudah tertutup.

Dia berdiri di ruang tamu, samar-samar mendengar suara ketikan keyboard.

“Nona Yang sudah datang, masuklah dan duduk!”

Suara Gandi yang datar terdengar dari dalam kamar.

Winda merasa sedikit gugup, tanpa sadar tangannya mencengkram bajunya dengan erat.

Sudahlah, semua sudah terjadi, dia hanya bisa masuk dengan mengumpulkan keberanian.

Baru masuk ke dalam kamar, dia sudah melihat pria ini mengenakan pakaian santai yang begitu pas di tubuhnya, dia sedang duduk di meja kerja yang disiapkan secara dadakan, tangannya mengetik diatas keyboard dengan cepat, disaat bersamaan banyak dokumen yang diletakkan disampingnya.

Ini semua bukanlah hal utama, yang utama adalah di salah satu tangannya masih terpasang jarum infus.

Seiring dengan gerakan tangannya yang sedang mengetik, selang infus pun ikut bergerak ke kanan dan ke kiri.

Seketika Winda merasa, apakah pria ini bodoh? Dia mengetik dengan kecepatan seperti itu, apakah tangannya tidak sakit?

“Tuan Tirta, tanganmu…”

“Tidak apa, hanya infus untuk infeksi jamur saja.”

Ketika dia terluka saat itu, sekujur tubuh Gandi penuh dengan luka.

Ketika masa pemulihan dia juga mengalami emosional yang tidak stabil, sehingga antibody dalam tubuhnya bermasalah, dan menyebabkan infeksi jamur.

“Nona Yang , apakah kali ini Isko yang memaksamu untuk datang?”

Gandi untuk sementara menghentikan pekerjaannya, dia mengangkat wajahnya menatap wanita dihadapannya dan berkata dengan datar.

Winda ditanya seperti itu olehnya, seketika pipinya langsung memerah.

Meskipun dia menutupinya dengan baik, namun Winda tetap mendengar sedikit nada menyindir.

Ternyata, pria ini masih tetap berhati sempit seperti sebelumnya.

Bagaimana bisa dirinya yang dulu menyukai sampah seperti ini?

“Apakah ini sangat penting?” Winda menjawabnya tanpa terlalu dekat dengan Gandi .

Pria ini mengenakan baju santai berwarna hitam, kancing bajunya dikancingkan dengan asal, sebuah perban tipis membelit dadanya, samar-samar terlihat obat yang terbalut dibaliknya.

Gandi mengangkat wajahnya, tidak lanjut menyudutkannya.

Wanita ini pemalu, sangat mudah tersulut dengan beberapa kalimat saja.

“Kamu, kamu tidak apa?” Winda berkata lirih penuh perhatian.

Gandi menundukkan kepala melihat dirinya, tatapannya terlihat begitu menusuk ketika menatap wanita dihadapannya.

Apakah dia tidak bisa melihat? Kalau hanya luka kecil, apakah perlu dirawat di rumah sakit sampai selama ini?

Dia mengulurkan tangan dan mulai membuka bajunya yang terbuat dari bahan rajut.

Satu kancing, dua kancing dan…….

Winda seketika tercengang, apa yang pria ini ingin lakukan?

“Wei, Gandi , untuk apa kamu membuka baju?”

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu