Cinta Yang Dalam - Bab 112 Anak Bandel

Saat ini sudah menjelang waktu makan siang, namun masih kekurangan satu anggota.

Shinta membuka mulut untuk bertanya :”Neva, Gandi siang ini tidak akan pulang ya?”

Dalam hati Neva sedikit panik, apabila Gandi tidak kembali pada saat ini, seharusnya juga tidak akan pulang untuk makan siang lagi.

Masalahnya di malam hari, apabila Gandi tidak kembali lagi pada malam nanti, dia akan menjadi segan dan sulit menjelaskannya lagi.

Dia berkata dengan nada ringan :”Ibu, Gandi bilang waktu dekat ini dia agak sibuk, sehingga tidak bisa pulang makan siang lagi.”

Reaksi wajah Shinta sedikit tidak senang, bagaimanapun anak perempuannya telah pulang, Gandi yang sebagai abang kedua malahan tidak menghadiri, memang sedikit keterlaluan.

Wendi melihat reaksi wajah ibunya yang tidak terlalu baik, sehingga langsung memeluk lengan Shinta dan berkata dengan manja :”Ibu, abang Gandi sedang berjuang demi karir keluarga, kalau tidak pulang karena pekerjaan, masih bisa diterima !”

Shinta membuka bibir sendiri, sebenarnya dia ingin menegur anak sendiri, dia beranggapan bahwa Gandi tidak menyayangi adik sendiri.

Namun anak perempuan sendiri telah berkata demikian, ditambah lagi tidak cocok apabila membahas topik pembicaraan Gandi di depan anak perempuannya, sehingga akhirnya Shinta hanya bisa tersenyum membalasnya.

Neva mencari kesempatan untuk ke toilet, setelah itu dia langsung menelepon Gandi.

Dia mesti mengingatkan kepada Gandi untuk hadir di malam ini, seandainya Gandi tidak hadir lagi, Neva tidak tahu lagi harus menggunakan alasan apa untuk mengelabui ibu Tirta.

Teleponnya telah tersambung hingga kedua kalinya, namun tetap saja tidak ada yang angkat.

Pada saat tersambung hingga ketiga kalinya, akhirnya ada yang mengangkat telepon juga.

“Hai…tuan Tirta sedang makan, sementara ini tidak bisa menerima telepon.”

Neva terbengong sejenak setelah mendengar suara wanita yang berasal dari telepon.

Namun dikarenakan bukan suara Julia, sehingga Neva juga tidak banyak berpikir.

Neva berkata :”Kalau begitu tolong sampaikan kepada tuan Tirta, adik perempuannya pulang pada hari ini, orang rumah akan menanti dirinya untuk makan malam.”

Orang di sisi lain dari telepon juga menjawab dengan sungkan, setelah itu Neva juga memutuskan sambungan teleponnya.

Gandi bahkan memilih untuk makan siang di luar daripada makan siang di rumah, Neva merasa sedikit ragu apakah Gandi akan pulang pada malam ini.

Dia lanjut makan siang, pada saat berjalan-jalan setelah makan siang, Neva melihat suasana hati ibu Tirta yang lumayan baik, sehingga memutuskan untuk mengingatkan terlebih dahulu :”Ibu, Gandi hari ini sangat sibuk, belum tentu bisa pulang.”

Suasana hati Shinta di hari ini memang sangat baik, bagaimanapun anak perempuan kesayangannya telah pulang ke rumah.

Shinta masih berencana untuk foto keluarga setelah selesai makan malam nanti, setelah itu dia akan mencuci foto tersebut dan memajang di dalam rumah.

Orang yang telah berlanjut usia cenderung menyukai sesuatu yang berkesan keluarga harmonis.

Namun saat ini menantunya malah mengatakan bahwa anaknya tidak akan pulang lagi di hari ini, api amarah langsung membara di dalam benaknya.

Bagaimanapun acara ini juga termasuk acara keluarga, Gandi mana boleh tidak pulang ke rumah ?

“Apa yang terjadi ?” Suara Shinta membawa jejak emosi yang sangat jelas.

Neva ragu sejenak dan berkata dengan nada ringan :”Gandi sedang di kota W untuk mengurus pekerjaan perusahaan, urusannya agak rumit, jadi mungkin malam ini tidak sempat pulang lagi…”

“Kamu tahu dari kapan ?” Nada bicara Shinta semakin emosi.

Neva sangat khawatir kalau mereka berdua akan bertengkar karena kejadian ini, seandainya memang terjadi, Gandi pastinya akan melempar semua tanggung jawab kepada dirinya lagi, sehingga dia hanya bisa berkata dengan nada ringan :”Sebelumnya Gandi ada kasih tahu aku, katanya dia akan berusaha untuk mengejar waktu, tetapi pada saat makan siang…”

Telinga Shinta juga sangat tajam, dia langsung menangkap titik pertentangan dalam pembicaraan Neva, sehingga langsung berkata :”Kamu sudah tahu kalau dia tidak akan pulang lagi sejak waktu makan siang tadi ?”

Neva tersedak dengan pembicaraan sendiri, dia kepikiran kalau dirinya memang tidak berkata demikian pada saat makan siang.

Shinta langsung tersenyum sinis dan berkata :”Anak bandel ini, dirinya yang salah tetapi malah kamu yang bertanggung jawab. Aku sekarang langsung telepon dia, dia hari ini mesti pulang ke rumah.”

Shinta mengeluarkan ponsel dan ingin menghubungi Gandi.

Namun pada saat ini, ponsel di tangannya malah direbut oleh seseorang.

Orang yang merebut ponselnya adalah Wendi, dia memegang ponsel dan menghibur Shinta :”Ibu, abang begitu sibuk, biarkan saja dia lanjut sibuk. Aku akan tinggal di rumah untuk beberapa hari ini, besok baru makan bersama juga tidak masalah.”

Shinta berkata lagi dengan nada emosi :”Sudah kasih tahu dia, tetapi dia tetap saja tidak pulang, malahan menyuruh Neva yang menyampaikan pembicaraan, dia anggap acara keluarga ini sebagai apa ? Tidak boleh, aku hari ini mesti mencari dia.”

Shinta langsung merebut ponsel yang berada di tangan Wendi, lalu langsung menghubungi nomor Gandi.

Namun setelah menanti sejenak, malahan terdengar suara telepon yang sudah tidak aktif.

Shinta sangat emosi dan hampir melempar ponselnya, untung saja Wendi yang cepat nangkap dan langsung merebut ponselnya, setelah itu Wendi berkata :”Ibu, kmau buat apa ?”

Shinta berkata dengan emosi :”Anak bandel ini, masih berani matikan ponselnya !”

Neva yang berdiri di samping juga tidak berdaya, dia merasa Gandi sudah gila, dia tentu saja boleh apabila tidak mengangkat teleponnya, namun lain cerita lagi apabila memadamkan ponsel sendiri.

Wendi berkata dengan nada ringan :”Ibu, sudahlah, ibu jangan emosi. Ibu bukannya tidak mengerti dengan sifat abang Gandi, dia juga tidak jauh berbeda dengan abang muda.”

Saat ini Fandi sedang menggoda anak gadis di dalam aplikasi percakapan, setelah mendengar nama sendiri yang disebut oleh adiknya, dia hanya bisa melirik adik sendiri dengan tatapan kesal.

Neva juga membuka mulut dan berkata :”Ibu, aku yang tidak baik, bahkan tidak bisa membantu Gandi, makanya dia sama sekali tidak ada waktu…”

“Tidak ada hubungannya denganmu, dia sendiri yang berulah !” Shinta berkata dengan emosi.

Namun setelah Neva berkata demikian, Shinta malahan segan untuk terus mencari masalah lagi.

Akhirnya dia hanya bisa menghela nafas panjang dan menyudahi masalah ini.

Pada sepanjang sore ini, Neva terus menanti Gandi yang mungkin akan kembali.

Namun dia terus menanti hingga malam dan selesai makan malam, Gandi tetap saja tidak ada kabar.

Pada pertengahan ini dia menelepon berkali-kali ke ponsel Gandi, namun ponsel Gandi tetap saja dalam keadaan tidak aktif.

Saat ini sudah jam sepuluh malam, Neva dan Wendi terus memberikan ide untuk ibu Tirta, barusan mereka telah menyelesaikan sebuah lukisan potret diri Shinta pada waktu muda.

Lukisan ini sangat sukses, wajah Shinta juga terpenuhi dengan senyuman bahagia.

Neva mengangkat kepala dan melirik waktu, tanpa disadari, saat ini telah menjelang jam sebelas malam, sehingga dia berkata :”Ibu, waktu sudah malam, aku mesti pulang, kamu dan Nana juga cepat istirahat.”

Pada saat ini Shinta baru menyadari waktunya, awalnya dia ingin mengangguk setuju, namun tiba-tiba kepikiran bahwa Gandi sedang di kota W, sehingga lanjut berkata :”Sudah begitu malam, pulang juga hanya tidur sendirian, malam ini istirahat di sini saja !”

Wendi juga sangat setuju dengan ide tersebut, dia bahkan mengusulkan agar Neva dapat tidur bersamanya, mereka juga dapat membahas topik pembicaraan gadis muda.

Neva berpikir sejenak, dirinya juga hanya tidur sendirian meskipun pulang, Mbok Ting juga telah terbiasa sendirian, sehingga tidak perlu ditemani.

Oleh sebab itu, sepertinya tidak masalah juga apabila dirinya menginap di sini.

Pada sebuah tempat hiburan di kota Z, Lenka tidak kepikiran bahwa dirinya akan bertemu dengan orang dermawan itu pada saat bekerja paruh waktu.

Tuan dermawan ini sepertinya telah kemabukan, saat ini dia sedang menyandar di atas meja, di sampingnya masih ada belasan botol alkohol yang sedang tergeletak.

Ponselnya jatuh terendam dengan cairan alkohol, sehingga menjadi padam dan tidak dapat dinyalakan lagi, jika bukan demikian, dia masih bisa menghubungi anggota keluarga tuan dermawan ini untuk datang menjemputnya.

Meskipun tidak dapat menghubungi, namun Lenka mengetahui bahwa tuan dermawan ini adalah pengelola Grup Tirta.

Sepertinya dia pernah membaca berita tentang dirinya di internet, tuan dermawan ini memiliki seorang istri yang tidak terlalu disukainya, istrinya pernah menjadi wanita yang paling berbakat di kota Z.

Dia tidak dapat menghubungi anggota keluarga tuan dermawan ini, sehingga dia hanya bisa membersihkan meja di hadapan tuan dermawan, setidaknya tuan dermawan ini tidak perlu tidur di antara sekumpulan sampah.

Gandi memang sudah kemabukan, pada saat Lenka sedang membereskan meja, Gandi tiba-tiba mengulur tangan dan menangkap pergelangan tangan Lenka .

Lenka terkejut dan buru-buru melepaskannya, namun Gandi malah terus menangkapnya dengan mati-matian.

Lenka melirik ke arahnya, ternyata saat ini tuan dermawan sedang membuka matanya, tatapan matanya ada kesan bengong, namun kadang kalanya menjadi sadar, mulutnya terus mengingau nama seseorang.

Lenka mendengar dengan teliti, sepertinya dia sedang menyebut nama Neva.

Novel Terkait

Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu