Cinta Yang Dalam - Bab 332 Nyonya Presdir

Setelah berkata, terdengar bunyi bip yang menanda bahwa panggilan sudah diakhiri.

Winda melihat ponselnya dengan tercegang, pria ini benar-benar tidak memiliki sikap seorang pria!

Apakah Gandi tidak tahu bahwa dia seharusnya membiarkan wanita mengakhiri panggilan dulu?

Karena panggilan ini, Winda sudah tidak mempunyai rasa ingin tidur lagi.

Winda bangun untuk mandi, turun ke lantai bawah dan pergi ke dapur.

Panggilan masuk dari Gandi datang dengan sangat tepat, datang pada jam makan dan membangunkanWinda.

Winda menguap dan menyapa dengan Riana, kemudian duduk di kursi.

Riana sedang menemani Sabrina makan sarapan, lalu tersenyum sambil melirik Winda sebagai tanda menjawab, Riana berkata dengan nada kaget: “Winda, kenapa luka di lehermu meradang?”

Winda mengenakan pakaian santai dan menarik ritsletingnya ke bawah dengan sesuka hati, kerah baju sangat rendah, kebetulan bisa melihat luka yang dicekik sebelumnya.

Winda terbengong senjenak, tanpa sadar mengulurkan tangan dan memegang lehernya.

Masih baik-baik saja jika tidak memegang luka itu, tapi begitu memegangnya, rasa sakit itu membuat Winda gemetar.

“Ah, sangat sakit…” Selanjutnya, Winda langsung menyadari bahwa dirinya sendiri mengatakan perkataan yang tidak harus dikatakan olehnya, dia segera menggelengkan kepalanya dan berkata: “Tidak apa-apa, Kakak Ipar, mungkin ada air yang menetes ke luka saat aku mengelap tubuh, seharusnya luka ini akan sembuh setelah dua hari lagi.”

Riana merupakan orang yang berpengalaman, tentu saja mengerti bahayanya peradangan luka, Riana mendekatinya dan melihat lukanya dengan jelas, dia berkata dengan nada prihatin: “Ini bukanlah luka kecil, jika luka dalamnya bernanah, kedepannya mungkin akan meninggalkan bekas.”

Winda mengambil sepotong roti dan menggigitnya dengan sesuka hati, lalu mengangguk dengan pikiran mengembara, dia sama sekali tidak menganggap serius.

Setelah makan, Winda dan Riana mengantar Sabrina pergi ke sekolah.

Saat pulang, Riana malah menyuruh supir mengambil jalan lain yang pergi ke rumah sakit pusat.

“Untuk apa pergi ke sana?” Tanya Winda dengan nada penasaran.

“Membersihkan luka di lehermu, kamu tidak peduli, tapi aku peduli.” Riana berkata sambil menghela napas.

Winda mengulurkan tangan dan ingin memegang luka di lehernya, tapi malah dipukul oleh Riana.

“Jangan memegang lagi, hati-hati akan mengalami infeksi sekunder.”

“Bagaimana mungkin bisa mengalami infeksi sekunder, ini pun sudah sembuh, hanya luka kecil saja.” Winda berkata dengan acuh tak acuh, tapi tetap mengelurakan cermin dari tas dan melihat lukanya melalui cermin.

Jika melihatnya seperti ini, luka di lehernya tampak merah dan bengkak, benar-benar sedikit menakutkan.

Beberapa hari ini, Winda mengkhawatirkan Ramon dulu, kemudian mengkhawatirkan Gandi, tapiWinda malah tidak peduli dengan tubuhnya sendiri.

“Luka kecil mengalami infeksi dan bernanah, itu juga ada kemungkinan bisa menyebabkan kematian. Kamu benar-benar cukup ceroboh, Dokter pasti sudah memberi tahumu jangan terkena air, kamu malah tidak mendengar.” Riana merasa kasihan hingga menyalahkan Winda, di dalam hati Riana, dia benar-benar memperlakukan Winda sebagai adik perempuannya sendiri.

“Aku sudah sangat hati-hati, tapi sudah begitu lama, jika aku tidak mengelap tubuhku, itu akan sangat bau!”

Keduanya pergi ke rumah sakit, setelah Dokter membersihkan kembali lukanya, saat mengoles obat, Dokter mengingatkannya dengan tegas, lukanya tidak bisa terkena air lagi, kalau tidak, mungkin akan meninggalkan bekas luka, bahkan akan mengalami infeksi sekunder.

Setelah Riana membawa Winda pulang ke rumah, Riana langsung melarangnya keluar rumah lagi, menyuruhnya untuk beristirahat dengan baik di rumah.

Di dalam Rumah Tirta, Gandi baru saja turun dari cross-trainer.

Begitu memikirkan percakapannya dengan wanita itu di pagi hari, Gandi tanpa sadar mengerutkan sudut bibirnya.

Saat ini, Rey melangkah maju dan berkata: “Presdir Tirta, ini sudah waktunya untuk pergi melakukan pengobatan anti peradangan.”

“Uhm.” Gandi masuk ke rumah sakit, tidak lama kemudian, setelah berjalan keluar dari rumah sakit, Gandi masih mengerutkan keningnya dengan erat.

Karena masalah tentang mendonorkan darah kemarin, menyebabkan kekebalan tubuhnya mengalami penurunan yang sangat drastis.

Luka yang sudah terinfeksi hampir menyebabkan sepsis, tapi untungnya, Dokter sudah menanganinya tepat waktu.

Gandi duduk di depan meja dengan setumpuk dokumen yang diletakkan di depan komputer, sementara di komputer adalah data terbaru dari setiap proyek di perusahaan.

Sebenarnya, Gandi sedang sakit, dia tidak perlu mengurus beberapa masalah ini, Rey atau Fandi bisa mengurusnya.

Tapi, keadaan makro internasional mengalami perubahan dalam waktu dekat-dekat ini, Gandi sangat khawatir bahwa perusahaan akan mengalami kegagalan.

Insiden bom mobil kemarin sudah ada teroris yang mengumungkan untuk bertanggung jawab.

Itu adalah perang suci yang dilakukan oleh organisasi teroris di Pakistan, ini adalah mitra mafia Keluarga Yang di wilayah Arab.

Serangan kali ini, mereka ingin meminta pemerintah Australia untuk membebaskan puluhan anggota parade yang ekstrem yang ditangkap sebelumnya.

Tentu saja pemerintah Australia tidak akan melepaskan puluhan anggota itu karena ancaman semacam ini, kemudian ada orang yang membongkarkan bukti keluarga Yang yang mendukung perang suci, ini membuat Keluarga Yang langsung berada di tempat perjuangan yang paling sengit.

Felton International Hotel merupakan hotel yang berbintang enam, hotel paling terbaik di Kota Orton.

Orang kaya dan terhormat yang tinggal di dalam, pengusaha dan negarawan ada banyak.

Menghadapi perang suci, mereka mungkin tidak mempunyai cara untuk membalas dendam.

Tapi, Keluarga Yang malah bisa menemukan berbagai cara untuk menekan masalah ini.

Pokoknya, perang suci bisa berhasil juga karena didukung oleh Keluarga Yang, jika bisa melakukan masalah sekarang, maka harus Keluarga Yang yang menutupi masalah ini.

Semua opini publik di masyarakat menekan pada Keluarga Yang, saham Grup Amazon juga turun sepertiga.

Sebagai Keluarga Tirta yang mempunyai kekuasaan yang paling kuat malah tidak pernah mengatakan sepatah kata pun.

Lagi pula, tidak peduli mengatakan perkataan seperti apa, hubungan antara Gandi dan Winda ada di sini, bahkan jika sudah tidak sedekat sebelumnya, tapi kedua keluarga itu merupakan keluarga yang tahu semuanya dengan jelas, hanya saja tidak membongkarnya.

Ada sedikit rasa sakit di dada, Gandi mengerutkan kening, ingin mengulurkan tangan dan menekannya, tapi mengingat bahwa Dokter mengatakan tidak boleh memegangnya.

Gandi hanya bisa memaksa dirinya sendiri untuk bertahan, pada akhirnya, dia benar-benar tidak bisa menahan lagi, mengeluarkan sekotak obat penghilang rasa sakit dari laci lemari dan makan sebanyak dua butir, kemudian baru terasa lebih nyaman.

Winda beristirahat di rumah selama sehari, setelah lukanya dibersikan oleh Dokter, terkadang akan terasa sakit.

Demi tidak membiarkan Winda menyentuh air, Riana secara khusus mengatur pengasuh pribadi untuk mengurus kehidupan sehari-harinya.

Di pagi hari, Winda mengambil sarapan yang sudah dipanaskan, lalu masuk ke dalam mobil dan pergi ke rumah sakit.

Koridor rumah sakit penuh dengan aroma air disinfektan, lingkungan yang sedikit suram, membuat Winda akan sangat enggan saat datang ke sini.

Ramon sudah jauh lebih baik, Winda meletakkan kotak makan termos di atas meja sarapan yang sederhana, setelah membuka kotak makan termos itu, Winda mengeluarkan berbagai makanan.

Sebagai orang yang berasal dari partai pemerintah, Ramon tidak terlalu memilih masakan China dan masakan Barat, tapi jika dilihat dari rasa kesukaannya dari kecil, dia lebih memilih masakan China.

Jadi semua makanan yang akan dimakan olehnya, Winda juga memasak untuknya sesuai dengan standar masakan China.

Karena penyembuhan Ramon lebih cepat, jadi makanannya tidak diutamakan makanan ringan yang mudah dicerna.

Setelah sarapan, Winda langsung menyuruh Ramon untuk berbaring dan beristirahat dengan baik, lalu Winda membaca buku untuknya.

Ramon sangat tertarik dengan sejarah, Winda sama sekali tidak suka, tapi semuanya mengikuti kesukaan Ramon.

Setelah makan siang, Winda meletakkan buku dan mendorong Ramon untuk berjalan-jalan ke taman belakang rumah sakit.

Sinar matahari pada siang hari sedikit panas, tapi berada di bawah pohoh taman belakang, suhunya cukup cocok.

Kedua orang berjalan ke depan paviliun, melihat seorang pria tua yang sedang meletakkan papan gambar di depannya dan menggambar pohon besar yang tidak jauh dari sini dengan serius.

Yang digambar olehnya adalah sketsa, kemampuannya biasa-biasa saja, tapi cukup bisa menggambar bentuk pohonnya.

Ramon melihat sebentar di sebelahnya, kemudian mengajari pria itu bagaimana cara menggambar.

Bagaimanapun juga Winda merupakan orang yang berasal dari sekolah seni, awalnya masih melihat dengan penuh semangat, tapi setelah melihatnya sebentar, Winda langsung merasa sedikit membosankan.

Winda duduk di kursi batu di paviliun, melihat semak-semak bunga yang mekar tidak jauh dari sini.

Angin berhembus kemari, kebetulan meniup rambut hitamnya.

Setelah Ramon melirik Winda dengan tidak sengaja, tatapannya tidak bisa beralih ke tempat lain lagi.

“Kakek, bisakah aku mengunakan papan gambarmu?”

“Silakan.”

Ramon memindahkan papan gambar, kemudian memikirkan penampilan Winda tadi yang seolah-olah seorang peri turun ke bumi, Ramon langsung mulai menggambarnya.

Winda melamun lagi, begitu memikirkan perkataan Gandi, Gandi sepertinya berharap Winda bisa lebih sering pergi menjengguknya, kan?

Tapi, identitas seperti apa yang akan digunakan oleh Winda untuk pergi ke sana? Teman? Atau lebih dalam lagi?

Winda berpikir hingga kepalanya sakit, mengangkat kelopak matanya dengan santai, kebetulan melihat Ramon sedang menatap dirinya sendiri saat ini, kuas di tangannya bergerak dengan cepat.

Ramon sedang membuat sketsa?

Winda bangkit dan berjalan ke sebelah Ramon, Winda menyadari bahwa Ramon sedang menggambar dirinya sendiri.

Kemudian adegan yang digambar oleh Ramon malah saat angin sepoi-sepoi meniup rambut Winda hingga berantakan, lukisan yang sederhana, tapi terlihat sangat indah.

Winda tidak pernah tahu bahwa Ramon mempunyai bakat dalam menggambar.

“Sangat indah!” Winda memujinya.

“Apakah kamu menyukainya? Aku akan memberikannya untukmu!” Ramon menjawabnya sambil tersenyum, tangannya malah tidak berhenti, setalah menggambar beberapa garis terakhir, gambar itu akhirnya selesai.

“Okey, Ramon paling baik!” Winda berkata dengan senang dan melupakan kebimbangan tadi.

Pada pukul empat sore, Elvan datang untuk menjemput Winda, Winda naik ke dalam mobil di tempat parkir.

“Nona, apakah kamu ingin pulang?”

“Uhm.” Winda baru saja menjawab, kemudian setelah berpikir sejenak, dia berkata lagi: “Jangan pulang ke rumah, pergi ke supermarket dulu!”

Di konter yang menjual produk kesehatan di supermarket, Winda membeli banyak barang.

Jika bukan Elvan mengatakan bahwa bagasi sudah tidak muat, Winda masih ingin terus membeli.

Winda merasa seperti ini baru bisa mencerminkan bahwa dirinya sendiri pergi menjengguk Gandi hanya ingin mengantar makanan bergizi untuknya.

Karena bagaimanapun juga kerja sama Keluarga Yang dengan Keluarga Tirta dalam waktu dekat-dekat ini masih sangat menyenangkan.

Setelah naik ke mobil, Winda langsung berkata: “Pergi ke Rumah Tirta .”

Meski Elvan sedikit terkejut, tapi tetap menerima perintah dan membawa mobil ke arah sana.

Rumah Tirta tidak berada di wilayah Kota Orton, tapi berada di sebelah tempat yang berpemandangan indah dan ada manor yang seluas 100 hektar.

Ini awalnya merupakan markas Grup Tirta di Australia, tapi setelah terjadi masalah, tempat ini segera diganti menjadi tempat istirahat untuk Gandi.

Hanya ada satu jalan untuk pergi ke tempat ini, melewati sebanyak delapan rintangan di sepanjang jalan.

Jika sesuai dengan aturan di Australia, ini sebenarnya merupakan pelanggaran hukum.

Karena beberapa jalan ini sama sekali bukan milik Grup Tirta.

Tapi, Grup Tirta memiliki kekuasaan yang kuat, melakukan hal untuk menguji batas hukum seperti ini juga tidak ada seorang pun yang akan memperdebatkannya.

Mobil berhenti di depan Rumah Tirta, ada pengawal yang sudah melangkah maju.

Winda menurunkan jendela mobil dan bertanya: “Permisi, apakah Tuan Tirta ada di rumah?”

Pengawal itu melirik mobil mewah yang berharga puluhan juta ini, dia berkata dengan nada lembut: “Nona, apakah kamu sudah membuat janji?”

Winda terbengong sejenak, sekarang datang ke rumah Gandi harus membuat janji kah?

Saat ini, kebetulan ada pengawal yang pernah bertugas di rumah sakit ingin keluar untuk mengurus sesuatu, setelah melihat Winda, ekspresi wajahnya berubah, melangkah maju dan berkata: “Nona, kamu sudah datang ya. Tuan Tirta ada di rumah, silakan masuk!”

Dia merupakan pemimpin kelompok kecil dari tim pengawal, meski ini sudah melanggar peraturan, tapi pengawal itu tidak berbicara secara langsung di tempat.

Salah satu pengawal memimpin jalan, Winda masuk ke dalam Rumah Tirta.

Pemimpin kelompok kecil itu melihat punggung Winda yang sudah berjalan pergi, dia baru mengelap keringatnya di dahi.

“Ringgo, dia tidak membuat janji, bagaimana jika dia menganggu Presdir Tirta beristirahat?”

Pemimpin kelompok kecil yang dipanggil oleh pengawal itu bernamaRinggo, tanpa sadar merasa sedikit sakit kepala.

Kenapa bawahannya sendiri sama sekali tidak mempunyai kemampuan dalam penglihatan?

“Dasar bocah bodoh, itu merupakan Nyonya Presdir!

“Hah? Nyonya? Bukankah sudah meninggal?”

Ringgo merasa bahwa bocah ini tidak bisa diselamatkan lagi, dia langsung melambaikan tangan dan pergi bertugas dulu.

Tidak peduli bagaimana pengawal itu memikirkannya, dia tetap ingat setelah dirinya sendiri bekerja di sini, ada rekan yang pernah membicarakannya dengan tidak jelas, dia mengatakan bahwa Nyonya Presdir sudah meninggal dua tahun yang lalu.

Meninggalkan seorang anak perempuan, Presdir Tirta sangat setia, dia tidak menikah dengan wanita lain lagi.

Dia yang sedikit tidak puas masuk ke situs web internal perusahaan dan mencari berita dua tahun yang lalu.

Saat melihat foto Nyonya Presdir di berita, dia langsung tertegun.

Ini bagaimana mungkin! Orang yang sudah mati bisa hidup kembali lagi kah?

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu