Cinta Yang Dalam - Bab 22 Konyol

Pada saat pulang ke villa, Gandi mengangkat kepalanya dan menoleh sekilas ke arahnya, dan menyapa dengan mbok Ting, lalu hanya terus menatap dengan serius pada komputernya.

Seolah-olah tidak melihat Neva.

Neva tersenyum dan menyindir dirinya, kepikiran dengan perasaan dirinya yang masih merasa gugup sebelum masuk pintu, semakin merasa konyol.

Ada hal tertentu, tidak boleh berharap, apabila semakin berharap, akan semakin kecewa.

Pada jam lima sore, Gandi yang membawa mobilnya, Neva juga turun tangga dengan sadar diri.

Pada saat dia membuka pintu mobil, dia ragu sejenak, akhirnya masuk ke tempat duduk belakang.

Dikarenakan dia kepikiran sebuah kalimat yang mengatakan bahwa, tempat sebelah kursi pengemudi, adalah tempat khusus bagi kekasih lelaki yang membawanya.

Dia adalah istrinya Gandi, namun bukan orang yang dicintainya.

Gandi menyadari tindakan Neva, tatapannya muncul reaksi emosi.

Dia tiba-tiba menginjak gas dengan kuat, mobil langsung bergerak laju.

Setelah sampai di rumah tua Tirta, Neva gandeng lengan Gandi dan berjalan masuk.

Gaya mereka berdua, bagaikan suami istri yang mesra.

Setelah bertemu dengan Shinta, Neva langsung menyapa ibunya dengan manis, dan juga menyapa pada Fandi.

Saat ini Fandi sedang duduk berlipat kaki di atas sofa sambil main game, tidak mengangkat kepalanya, tiba-tiba langsung menerima sebuah tamparan dari Shinta :”Kamu tidak lihat kakak iparmu sudah datang ya ?”

Fandi menjerit “Aa”, lalu berteriak dengan kesal “mati lagi !”, setelah itu baru mengangkat kepalanya dengan tidak sudi.

Setelah menyadari tatapan Shinta yang galak, dia baru buru-buru berlari ke hadapan abang dan kakak iparnya untuk bertanya kabar.

Kelihatannya bagaikan keluarga yang harmonis, membuat sudut bibir Gandi sedikit lengkung ke atas.

Setelah selesai makan, Fandi mengajak Gandi main game sampai jam sebelas lebih, setelah Shinta menyita ponselnya dengan paksa, adik ipar Neva yang suka bermain ini, baru bersiap-siap untuk pulang istirahat dengan ekspresi tidak terima.

Neva juga berdiri, bersiap-siap untuk pulang bersama Gandi. Namun malahan mendengar Shinta berkata :”Neva, sudah begitu malam, kamu sama Gandi menginap di sini saja !”

“Neva dia..”

Gandi baru saja ingin beralasan bahwa Neva “mengenal kasur”, sudah langsung dipotong oleh Shinta dengan cepat :”Tetap saja harus ada proses membiasakan, jangan-jangan menantu di Keluarga Tirta selamanya tidak bisa tidur di rumah tua ?”

Gandi terdiam bisu.

Neva yang menjadi “penonton santai” menyadari bahwa, di dalam “perlawanan” ini, Gandi dapat dikatakan telah kalah total.

Memang orang yang lebih berumur akan lebih hebat.

Neva mengikut di belakang Gandi dan kembali ke kamarnya, dia tidak bisa menahan keinginannya untuk memperhatikan sekelilingnya pada kamar yang ditinggal oleh Gandi sejak kecil.

Di dalam kamar sangat sederhana dan elegan, bagaikan sifat Gandi, selain perabot yang diperlukan, bahkan sama sekali tidak ada sofa. Lemari buku sangat besar, di dalamnya menyimpan buku yang tertata rapi dan penuh.

Di depan meja kerja ada meja pajangan, foto yang berbingkai tatahan adalah foto sekumpulan orang mengelilingi sepasang kakek nenek berlanjut usia, kelihatannya seharusnya foto keluarga.

Orang tua ini seharusnya adalah kakek dan neneknya Gandi, tetapi setelah Neva menikah ke sini juga tidak pernah bertemu dengan mereka, tidak pernah juga mendengar ibu mer tuannya mengungkit tentang mereka, kemungkinan besarnya sudah tidak ada lagi.

Pasangan suami istri yang muda itu pastinya adalah suami istri Shinta, harus dikatakan bahwa, kakak beradik Keluarga Tirta telah berhasil mewarisi keturunan penampilan kedua orang tuanya.

Pada saat itu Gandi masih seorang pria yang muda dan tampan, di sisi kirinya berdiri seorang lelaki yang lebih tinggi darinya, bentuk wajahnya sedikit mirip namun lebih terkesan kasar, orang ini seharusnya adalah abangnya yang selalu tinggal di luar negeri, anak kecil yang berdiri di sisi kanannya dan sedang mengulurkan lidah pastinya adalah Fandi, sedangkan gadis kecil yang berada di paling atas dengan wajahnya sangat indah itu, dia merasa sedikit penasaran.

Jangan-jangan Keluarga Tirta masih ada anak perempuan ?

Namun Neva sudah begitu lama tinggal di kota Z, sama sekali tidak pernah mendengarnya.

Saat ini Gandi sedang melepaskan jaketnya, setelah berbalik badan dan menyadari tatapan Neva, dia juga mengikuti arah tatapannya, lalu wajahnya langsung menjadi suram.

Dia langsung menutup fotonya pada meja, berkata dengan nada tidak sabar :”Siapa yang mengizinkan kamu sembarangan melihat ?”

Neva masih belum sempat menjawabnya, langsung mendengar suara Gandi yang mengatakan bahwa :”Jangan-jangan orang tuamu tidak pernah mengajari kamu ya, harus sopan kalau di kamar orang lain, tidak boleh sembarang melihat ?”

Neva mengetahui bahwa dirinya yang salah terlebih dahulu, sebenarnya dia terus berdiam. Namun ketika mendengar Gandi membawa nama orang tuanya, dia menjadi tidak bisa bertahan lagi :”Pak Tirta, tolong jaga mulutmu !”

Gandi kaget sejenak, bagus sekali, wanita ini sekarang semakin hebat dalam beradu mulut.

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu