Cinta Yang Dalam - Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?

Winda berjalan sepanjang jalan dan lima ratus meter lagi sudah sampai di rumah keluarga Yang.

Tidak tahu kenapa, dia selalu merasa sedikit tidak nyaman.

Seperti ada sesuatu yang mengikutinya sepanjang waktu.

Ada banyak lampu jalan di jalan ini, jaraknya sangat pendek dan sangat terang, tidak ada kegelapan yang bisa bersembunyi.

Tetapi Winda tidak berani menoleh, ia ingat ada orang yang pernah memberitahunya. Di tubuh manusia ada tiga titik api, kalau berbalik, api itu akan padam.

Winda yang melihat sudah hampir di tiba di rumah keluarga Yang memberanikan diri untuk menoleh.

Lalu, yang tidak terduga adalah jalanan itu kosong dan tidak ada yang muncul.

Pemandangan di belakangnya membuat matanya basah.

Di belakangnya, memang tidak ada setan atau monster apa pun.

Tetapi ada mobil Gandi. Di pinggir jalan, melaju dengan kecepatan kura-kura, mengikutinya dari belakang.

Dan Gandi, duduk di pinggir mobil, menatap tajam ke tubuh Winda.

Tubuh Winda sedikit kaku, saat ini, dia juga tidak tahu persis bagaimana perasaan di dalam hatinya.

Tetapi entah kenapa, dia tahu dirinya sangat tersentuh.

Sepanjang perjalanan ini, hatinya sendiri tahu jelas.

Tidak ada setengah jam, tetapi setidaknya ada 20 menit.

Pria ini terus mengikutinya seperti ini. Hanya karena perkataan dirinya yang tidak perlu diantar olehnya. Jadi dia menggunakan caranya sendiri, menemani Winda pulang.

Saat ini, beribu-ribu kata Winda tertahan di dalam tenggorokannya dan berubah menjadi sebuah kalimat.

“Tuan Gandi, aku sudah sampai di rumah.”

Setelah mobil berhenti, Gandi menatap Winda dengan santai, sedikit menyeringai dan mengatakan satu kata “Hmm”.

Winda ingin mengatakan beberapa patah kata lagi, tetapi dia merasa hidungnya sedikit sakit.

Di saat kritis seperti ini, rinitisnya kambuh!

Dia menahan rasa asam itu dan berbisik “Terima kasih, kamu pulanglah!”

Gandi menganggukkan kepala di dalam mobil yang gelap.

Lalu supir berbalik arah, melaju dengan stabil, dari besar menjadi kecil, dari dekat menjadi jauh, perlahan-lahan menghilang dari pandangan Winda.

Winda mengusap hidungnya yang masam, hatinya tiba-tiba merasa sedikit menyesal.

Hari ini, seharusnya dia menemani Gandi pergi menonton film, terlebih Gandi sudah membeli tiket nonton!

Ketika masuk ke rumah, tatapan sekuriti fokus pada Winda barang yang ia tenteng di tangan.

Seolah, semuanya tidak menyangka, nona besar keluarga Yang, bisa makan makanan merakyat ini?

Di kelilingi orang-orang, meskipun semuanya tampak sangat menghormati,

Wajah Winda tidak tahan untuk memerah.

Dia menganggukkan kepala sedikit, sambil berjalan masuk ke rumah.

Sepanjang perjalanan pulang ke vila, dia mengurung dirinya di dalam ruang tamu lantai pertama dan mengeluarkan semua makanan di kantong kertas.

Sepanjang perjalanan pulang, semua makanan ini sudah dingin.

Dan jarum jam yang tergantung di dingin menunjukkan pukul sepuluh.

Pada saat ini, menurut kebiasaan hidup sehat Winda, ia tidak akan memakan makanan apa pun.

Tetapi hari ini, seolah dirinya memiliki sebuah dukungan, sesuap demi sesuap memakan semua makanan yang dibelikan Gandi untuknya sampai habis.

Meskipun sedikit kenyang, dia tetap ingin memakannya.

Karena ini semua adalah niat baik pria itu.

Dalam perjalanan pulang, Gandi membuka jendela mobil dan membiarkan angin kencang meniup rambutnya.

Tadi, berkali-kali dirinya memiliki sedikit dorongan.

Ingin turun dari mobil, memeluk dirinya yang kesepian dengan erat.

Keduanya jelas-jelas berada begitu dekat, di matamu ada diriku, di mataku ada dirimu.

Hanya saja kurang selangkah keberanian.

Gandi menyalakan sebatang rokok, mengisapnya dalam-dalam.

Dengan cepat, sebatang rokok habis dihisap dan dilanjutkan dengan sebatang lagi.

Banyak yang mengatakan rokok bisa meredakan kecemasan, tetapi barang biasa ini baginya sudah tidak berfungsi dan kehilangan fungsinya.

Setengah perjalanan pulang telah dilalui, ketika pengawal sedang menunggu lampu merah, ia berbisik “Presdir Gandi, jangan merokok lagi.”

“Aah?” Gandi sedikit tertegun, tetapi dalam sekejap, dia mengerti apa maksud supirnya.

Dia tidak boleh terus merokok, karena sebentar lagi akan sampai di rumah. Bayi kecilnya, sangat membenci tubuhnya memiliki bau rokok.

Dia masih kecil, tidak boleh terkontaminasi oleh sesuatu yang berbahaya.

Gandi mematikan rokoknya, melihat ke lampu merah di depannya.

Kalau hidup orang seperti lampu lalu lintas, menunggu bisa membuahkan hasil, dia bersedia menunggu sampai Winda sadar, menunggunya bersama dengannya.

Winda akhirnya memakan semua makanannya di dalam kamar tamu.

Dia melihat mulut dan tangannya yang berminyak. Dia tidak tahan menahan senyum di wajahnya, sudah lama dirinya tidak pernah sesantai ini?

Sejak dirinya bertemu dengan Gandi di Australia, kehidupannya seakan mengalami pasang surut.

Setelah membersihkan meja, membuka jendela menukar sirkulasi udara, Winda menggunakan tisu mengelap tangannya, ketika hendak membuka pintu untuk keluar.

Pintu dihalangi oleh seseorang.

Satu orang dewasa dan satu anak kecil, keduanya menatapnya dengan tercengang.

Yang besar terlihat sangat ganteng, yang kecil sangat lucu.

Zaki memandangi bibir adiknya yang penuh dengan minyak, sudut mulutnya tidak tahan untuk terangkat “Winda, kamu diam-diam membelakangiku dan Sabrina mencuri makanan, ini tidak bisa diampuni!”

Sabrina tidak mengatakan apa-apa kepada Winda, tetapi dia yang nakal, melihat sekujur tubuhnya dari atas ke bawah, wajah imutnya menunjukkan lesung pipi yang bagus “Bu, kamu makan begitu banyak, nanti gemuk!”

Perkataan Zaki paling hanya akan membuat Winda malu. Lagipula dia kakaknya, dirinya tidak peduli.

Namun perkataan sang putri, seperti sebuah kritikan, yang membuat wajah Winda putih pucat.

Sabrina apa yang kamu katakan, dia pasti menyadari dirinya sering mengelus perut.

Ketika Gandi tidak muncul, Winda memiliki dua kekhawatiran besar.

Pertama, Sabrina tumbuh semakin besar, aneh dan semakin tidak mudah dibohongi.

Kedua, dia menyadari dirinya seolah sedikit lebih tua, jelas-jelas makan sangat sedikit, tetapi ada tanda-tanda penumpukan lemak di tubuhnya.

“Kak Zaki, ke-kenapa kamu ada di sini?”

Winda menatap Sabrina dengan galak, dengan ekspresi tidak boleh pergi keluar setelah pulang sekolah.

Setelah itu, dia mengubah topik pembicaraan.

Zaki tidak menggoda Winda lagi, karena dia tahu, adiknya ini sangat emosional.

“Kamu tidak pulang, kakak ipar ada urusan, kakak kedua pergi mencari perempuan lagi, kakak pertama pergi minum alkohol. Menurutmu siapa yang menjaga Sabrina?”

Zaki berkata tanpa daya, kalau bukan Riana yang meneleponnya, memintanya pulang dan mengatakan ada hal baik yang perlu disampaikan padanya.

Bagaimana mungkin dia keluar dari Desa Anget dan buru-buru kembali Rumah Besar Yang.

Tetapi yang tidak diduga adalah kakak ipar menipunya. Memintanya kemari untuk menjaga Sabrina.

Karena kakek dan nenek sudah berumur, Sabrina juga tidak begitu patuh, jadi hanya bisa dia yang sebagai paman menjaganya.

Dari menemani Sabrina menulis PR, belajar bahasa Inggris dan matematika sudah membuat Zaki pusing.

Untungnya, kemampuan belajar Sabrina sangat kuat dan termasuk siswa baik di kelas, jadi Zaki tidak perlu khawatir.

Tetapi setelah Sabrina selesai mengerjakan PR, mereka berdua saling menatap.

Zaki memberikan usulan untuk keluar jalan-jalan, tetapi Sabrina menggelengkan kepala menolaknya.

Zaki mengatakan mencuci buah untuk Sabrina, Sabrina tetap menggelengkan kepala menolaknya.

Zaki kembali mengatakan menemani Sabrina menonton TV, Sabrina malah mengatakan menonton TV tidak bagus untuk mata.

Pada saat ini, Tuan Muda Ketiga dari Keluarga Yang, yang selalu tidak terkalahkan, tercengang.

Dia hanya bisa mengangkat bahu tanpa daya dan berkata “Nona, sini, sekarang katakan, apa yang ingin kamu lakukan, aku temani kamu melakukannya!”

Siapa sangka begitu dia mengucapkan kata-kata ini, mata Sabrina berbinar dan menarik Zaki turun ke bawah.

Kemudian, di bawah arahan Sabrina, Zaki mengeluarkan sebuah box kertas besar dari ruang mainan yang khusus disimpan oleh Sabrina.

Ketika dia membukanya, ia menemukan sebuah mobil tank di dalam box besar.

Ya tuhan, ini mobil tank!

Kalau Zaki tidak salah melihatnya, model mobil tank ini sangat mungkin adalah model M5 yang baru saja diluncurkan oleh negara M tiga bulan lalu.

Dia melihat Sabrina yang semangat, sudah mulai membuka petunjuk melihat dan mau tidak mau sedikit meragukan hidupnya.

Apakah generasi keempat dari keluarga Yang, seorang maniak yang kejam?

Tetapi tidak peduli apa yang dia pikirkan, itu sudah tidak penting.

Di bawah komando Sabrina, Zaki bertugas sebagai porter. Dengan kerja bersama keduanya selama dua jam lebih akhirnya setengah dari model tank dirakit.

Tepat saaat ini, pintu vila tiba-tiba terbuka.

Zaki melihat Winda, ketika ingin menyapa, Winda menundukkan kepala, lalu terburu-buru masuk ke ruang tamu, kemudian mendengar suara pintu terkunci.

Zaki tertegun, berbalik melihat Sabrina.

Dan pada saat bersamaan Sabrina menatap Zaki dengan mata indahnya.

“Ada apa dengan ibumu?”

“Aku tebak pasti gara-gara paman Gandi.”

“Gandi?” Zaki menggumamkan nama itu, kemudian memikirkan Gandi yang sudah tinggal di kota S.

Gandi sepertinya terus mengganggu adiknya.

Zaki sedikit mengkhawatirkan Winda, terlebih melihat tampang Winda yang terburu-buru, seolah memiliki masalah.

Sebagai abang ketiganya, dia memiliki kewajiban membimbingnya.

Ketika Zaki baru bangkit, pakaiannya ditarik oleh Sabrina.

“Paman, jangan ke sana.”Ucap Sabrina sangat serius, menundukkan kepala melihat Zaki.”

Zaki tercengang dan bertanya “Kenapa?”

Sabrina mencemberutkan bibirnya, dengan tatapan aneh yang jarang kamu lihat, lalu berkata dengan santai “Sejak kemunculan paman Gandi, ibu sering seperti ini. Bahkan ketika tidur di malam hari, aku sering tidur sendiri.”

Dari ucapan Sabrina, Zaki bisa mendengar rasa kecemburuan.

Dia tidak bisa menahan senyum dan berkata “Kamu sudah besar, sudah seharusnya tidur sendiri!”

“Tetapi ibu sering mengatakan dirinya anak-anak, kalau dia benar-benar bersama dengan paman Gandi, apakah dia masih bisa tidur sendiri?”

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu