Cinta Yang Dalam - Bab 383 Pikiran Gadis
Kata-kata Sabrina mengejutkan Zaki.
Karena saat ini, dia tidak tahu bagaimana menjawabnya.
Apakah mengatakan kepada Sabrina, pria dan wanita yang berada pada usia tertentu akan memiliki perasaan cinta, lalu……
Tidak bisa, terlalu merepotkan.
Belum lagi apakah Sabrina bisa mengerti atau tidak, bahkan Zaki sendiri merasa sangat sulit dimengerti.
Selain itu, memberitahukan hal secamam ini kepada anak kecil akan membuat mereka dewasa sebelum waktunya.
Jadi dia merenung sejenak, wajahnya menunjukkan ekspresi serigala jahat yang sedang menghibur kelinci putih kecil, dan berkata dengan lembut: “Sini, Sabrina, paman temani kamu merakit mobil tank.”
Keduanya bersama-sama merakit tank, Sabrina sudah mengantuk, lalu menatap ke kamar tamu Winda, seolah sedang menunggu Winda keluar.
Dia menguap beberapa kali, awalnya perakitan yang sederhana, muncul beberapa masalah.
Zaki tidak tahan melihatnya lagi, lalu memohon: “Sabrina, bagaimana kalau kamu pergi tidur dulu?”
Sabrina menggelengkan kepala dengan tegas, seolah tidak perlu membicarakannya lagi.
Zaki menghela nafas tanpa daya, setelah merakit sekian lama, tidak tahu siapa yang membeli mobil tank ini.
Biasanya Zaki mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan bisnis, dan dia cukup tertarik pada itu.
Terlebih, ada wanita cantik. Tetapi permainan merakit membosankan ini membuatnya mengantuk beberapa kali.
Tepat saat ini, tiba-tiba pegangan pintu kamar diputar.
Zaki segera berdiri dari lantai, berjaga di pintu kamar tamu dengan kecepatan kilat.
Dan Sabrina, dengan kecewa melihat keadaan mobil tank yang baru saja dirakit.
Zaki yang berdiri dengan cepat, membuat mobil tank Sabrina hancur.
Yang artinya kerja keras selama satu jam lebih menjadi sia-sia.
Sabrina memandang sosok bayangan besar di depannya dengan kesal, keahlian paman tidak lain hanya pintar membuat masalah.
Namun, saat ini ibunya keluar, dia sudah mengantuk, keduanya bersama-sama mengelilingi Winda.
Setelah pintu dibuka, ketiga orang ini saling membelalakkan mata, Winda terdiam sejenak dan berkata: “Kak Zaki, sudah malam, kenapa kamu ada di sini? Bukankah seharusnya kamu pulang istirahat?”
Winda tidak ingat ketika dirinya masuk, sudah melihat Sabrina dan Zaki. Sejak kapan keduanya muncul?
Dan saat ini, Zaki memperhatikan tatapan Sabrina.
Dia tahu apa yang baru saja dia lakukan.
Dia takut pekerjaan membantu seperti ini tidak bisa berlangsung lama, yang ada Sabrina akan melampiaskan amarahnya.
Lalu dia mengelus kepala Sabrina, dan hendak mengatakan beberapa kata padanya.
Tetapi tangannya yang baru ditaruh di kepalanya, sudah dihempas oleh Sabrina: “Paman, kamu masih belum mencuci tangan!”
Senyuman Zaki tiba-tiba berubah menjadi canggung.
Keponakan yang mencintai kebersihan ini benar-benar membuatnya putus asa!
“Kalau begitu kalian cepat istirahat, aku pulang dulu. Sabrina, besok paman datang menemanimu merakit mobil tank lagi, ok?”
Zaki dengan cepat melirik mobil tank yang telah dia hancurkan, dan merakitnya besok. Mungkin itu akan memakan waktu tiga jam lagi.
Sabrina tidak tahan untuk tidak melirik Sabrina, dan langsung melambaikan tangannya: “Tidak perlu! Paman, hati-hati di jalan.”
Tidak ada rasa iba dalam nada tersebut.
Ada senyum konyol di wajah Zaki, dan Sabrina yang seperti ini seolah menantikan kepergiannya sesegera mungkin.
Ini tidak masuk akal, drama yang ada di TV tidak seharusya berakting seperti ini.
“Win, kalau begitu aku pulang dulu. Kamu dan Sabrina cepat tidur, jangan sentuh mobil tank di sana, tunggu aku kembali besok malam bersama Sabrina……”
Zaki belum selesai berbicara, langsung dicelah oleh Sabrina: “Paman, kalau kamu mengobrol terus, hari akan fajar!”
Zaki tiba-tiba terdiam dan pergi dengan suram.
Winda menyaksikan kakak ketiganya pergi, tanpa sadar mengulurkan tangan ingin melakukan tindakan Zaki kepada Sabrina.
Tetapi Sabrina berlari dengan cepat ke lantai atas, dan tidak lupa berteriak: “Bu, tanganmu bermiyak, harus cuci pakai sabun sampai bersih. Selain itu, tubuhmu bau……”
Winda dengan takjub memandang putrinya yang menghilang dengan cepat, dan membutuhkan beberapa saat untuk sadar.
Sabrina yang aneh ini, apa yang baru saja dikatakan, apakah termasuk seorang anak gadis merasa ibunya jelek?
Namun, setelah dipikir-pikir, dia tetap melakukannya sesuai dengan saran Sabrina, membuang sampah, lalu pergi ke kamar mandi, mencuci dan mengganti pakaiannya, kemudian naik ke atas.
Dia dengan lembut membuka kamar Sabrina, pintu kamar mandi berderit, dan ada suara air di dalamnya.
Winda berdiri di luar dan berteriak: ‘Sayang, bolehkah aku masuk?”
Setelah Sabrina berkata ya, Winda baru masuk.
Ini permintaan Sabrina, dalam kata-katanya, dia telah dewasa dan membutuhkan privasi.
Winda masuk ke kamar, melihat Sabrina menyembunyikan dirinya di dalam gelembung, menutup matanya seperti orang dewasa kecil, tidak tahu apa yang dia pikirkan.
Winda melangkah maju, mengambil handuk dari rak handuk di samping, lalu duduk di sebelah Sabrina, dan berbisik:‘Aku sudah lama tidak menyeka punggungmu.’
“Hhmm.”
Sabrina menjawab, membuka matanya yang jernih, bersih dan tanpa cacat, yang cukup untuk membuat orang malu.
Setelah mengetahui kenyataannya, Sabrina perlahan-lahan bangkit, dan Winda semakin merasa.
Sabrina adalah versi lain dari Gandi.
Sabrina yang tinggi, pada umumnya lebih tinggi satu kepala dari anak gadis seumurannya.
Dengan fitur wajah yang indah, kalau dibandingkan dengan foto Gandi, pasti bisa mengetahui kedua orang ini memiliki hubungan ayah dan anak.
Mungkin, ini juga bukan hal buruk?
Winda berpikir dalam benaknya, lagipula selama ini, Sabrina selalu memperlakukan dirinya seperti anak tanpa ayah.
Meskipun dia tidak pernah mengatakan dengan jelas, Winda tahu isi hatinya.
Anak ini, sebenarnya sangat sensitif di dalam hati. Kalau tidak, teman seumurannya juga tidak akan mengatakannya liar di sekolah, melepaskan citranya sebagai seorang gadis, suka berdebat atau berkelahi dengan mereka.
Mengingat hal ini, hati Winda sedikit pilu, dia berhenti mengusap punggung Winda dengan lembut.
Suasana hatinya tersirat jelas di ekspresi wajahnya.
Dia tidak menyadarinya, tetapi Sabrina menyadarinya.
Dia seorang gadis yang sangat perhatian, Sabrina berbalik dari bath tub dengan cepat, mengambil handuk dari tangan Winda.
Winda mengkhayal, jadi Sabrina bisa dengan mudah mengambil handuk dan menaruhnya di samping.
Dia mengulurkan tangannya dan dengan lembut mengusap hidung Winda.
“Bu, kamu menangis!”
“Hah?”Suara tidak dewasa ini membuat Winda tercengang.
Dia buru-buru mengulurkan tangan menyentuh sudut matanya, dan ternyata tidak menangis. Meskipun matanya sudah sembab karena rasa bersalah barusan.
“Tidak, sayang, ibu sedang mengusap punggungmu dengan serius!”
Winda menyedot hidungnya, berdehem, dan berkata seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Sebenarnya dia juga sedikit bingung, akhir-akhir ini dirinya semakin sensitif.
Sabrina tidak langsung menjawab, tetapi terus menatap Winda dengan matanya yang bisa berbicara.
Awalnya Winda masih bisa menatapnya, tetapi akhirnya, dia tidak tahan dengan mata jernih Sabrina.
Sepasang mata itu, bisa berbicara dengan jelas dan seolah mengucapkan kalimat berulang kali.
Bu, apakah kamu ingin membohongiku lagi?
Ibu dan anak ini berada dalam keadaan canggung, Winda tidak tahu harus berkata apa. Dan Sabrina seolah ingin melihat informasi yang ingin dia ketahui dari wajah Winda.
Pada akhirnya, Winda yang memecahkan keheningan.
“Sayang, apakah kamu sudah selesai mandi?”
“Bu, kalau mandi lagi, aku bisa botak……”
Tidak tahu dari mana Sabrina belajar kata ini sampai membuat Winda tertegun.
Kata botak ini, sepertinya cukup membahagiakan saat ini.
Dia mengambil handuk mandi, membentuk gerakan memeluk dan membungkus Sabrina
Hal seperti ini terus dilakukan selama dua tahun, ibu dan anak ini telah membentuk sebuah kerja sama.
Sabrina bangun, memasukkan dirinya ke dalam handuk.
Kemudian membungkus dirinya dengan erat dan berjalan keluar dari bath tub.
Winda mengambil jubah mandi dari samping, meletakkannya di lemari, dan keluar lebih dulu.
Setelah beberapa menit, Sabrina keluar dari kamar mandi.
Rambut hitam panjang dengan tetesan air jernih.
Sabrina berjalan ke sisi Winda dan duduk, Winda membantunya mengeringkan rambut sampai kering.
Anak seusia ini seharusnya memiliki rambut hitam yang lembut.
Tetapi Sabrina berbeda, rambutnya yang indah hitam berkilau, seperti di iklan penggunaan sampo di TV.
Dengan rambut hitam seperti ini, dari waktu ke waktu membuat Riana yang menarik sehelai rambut putihnya dari kepala semakin cinta dan cemburu.
Ketika mengeringkan rambut, Sabrina melihat dirinya di cermin, dan Winda yang berada di belakang, tiba-tiba ia berkata: “Bu.”
“Ehn? Kenapa? Sayang.”
Mendengar teriakan Sabrina, entah kenapa Winda tercengang.
Dia seperti mendengar sesuatu yang berbeda dari suara Sabrina. Anak ini, apakah akan menanyakan pertanyaan sulit lagi.
Buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya, Sabrina mengenal Winda, tetapi Winda lebih mengenal Sabrina.
Kalau anak ini menanyakan sesuatu dengan serius, pasti akan membuat dirinya sakit kepala.
“Apakah kamu baik-baik saja dengan pekerjaanmu?”
Kalimat Sabrina selanjutnya, membuat Winda tertegun.
Dia memandang Sabrina tanpa ekspresi di cermin dengan heran, seolah ingin melihat apa yang dipikirkan Sabrina dari wajahnya.
Namun, pikiran Sabrina selalu terkubur sangat dalam, tidak bisa dideteksi dengan sekilas.
Jadi Winda hanya bisa menjawab dengan jujur: “Hhhm, lumayan, kenapa?”
Dia tahu, Sabrina pasti menyembunyikan sesuatu, jadi Winda kembali bertanya sekali lagi.
Dan kali ini, Sabrina yang di cermin, menunduk.
Pikiran anak perempuan seringkali merupakan hal yang paling sensitif dan sulit dipahami.
Sabrina takut, sejak kemunculan paman Gandi, dia sedikit panik.
“Bu, paman Gandi itu masih mengganggumu?”
Novel Terkait
The Richest man
AfradenAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanMenantu Hebat
Alwi GoPerjalanan Selingkuh
LindaEternal Love
Regina WangCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip