Cinta Yang Dalam - Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani

Belakangan ini, setiap pukul 3 sore akan ada pengantar bunga yang selalu datang ke Young Entertainment tepat waktu.

Tangan memeluk seratus kuntum bunga mawar ungu, serta sekotak makanan manis.

Awalnya orang-orang di perusahaan sangat penasaran, siapa yang begitu beruntung hingga ada yang memberinya bunga setiap hari.

Selanjutnya, beberapa orang yang tertarik melakukan penelurusan lebih lanjut.

Semua orang pun tahu bahwa Direktur Winda yang masuk dari pintu belakang ditaksir oleh orang.

Ini membuat Sansan langsung meledak!

Sebelum dia diberi peringatan, dia pernah berbicara dengan lantang bahwa tidak mungkin ada orang yang menaksir orang seperti Winda yang kehidupannya berantakan.

Kini kata-katanya menampar wajahnya dengan nyaring.

Karena telah diperingatkan, Sansan tidak berani mengatakan hal buruk lagi.

Tetapi dia masih saja diam-diam memberi tahu orang di sekitar bahwa bunga ini mungkin dibeli Winda untuk diri sendiri karena mau memperbaiki reputasi dan mencegah orang-orang mengetahui dirinya adalah wanita yang dipergundik pria kaya.

Nada iri yang tersirat di kata-katanya terdengar jelas di telinga semua orang.

Mengenai permasalahn ini, Winda telah berkali-kali berkomunikasi dengan Gandi.

Dia telah mencoba metode yang lembut maupun kasar.

Tapi jawaban Gandi hanya satu "Kencan denganku, maka aku pun tidak akan kirim bunga lagi."

Seperti apa Winda itu?

Dengan kata-katanya sendiri, lembut, berbudi luhur, cantik, menyenangkan, kuat dan tidak pernah menerima ancaman ...

Tentu saja, penilaian itu diberi oleh dirinya.

Berkencan dengan Gandi?

Memikirkan apa yang mungkin terjadi, Winda langsung menepis ide tersebut. Gandi bukan orang yang mudah dilawan.

Beberapa pengalaman sebelumnya memberi tahu Winda bahwa berkencan dengan Gandi hanya akan membuat dirinya dilumatkan hingga tidak tersisa sedikitpun puing-puing tulang.

Tapi jika dia tidak setuju, bunga akan dikirim setiap sore.

Winda tidak ingin Keluarga Yang mengetahui hal ini, makanya dia tidak pernah membawa pulang bunga-bunga itu.

Setelah kantornya penuh, dia hanya bisa memberikan bunga kepada Dania.

Awalnya Dania sangat senang. Bagaimanapun bunga mawar ungu termasuk bunga yang mahal. Selain itu, bunga mawar ungu terlihat sangat indah jika diletak di dalam rumah.

Tetapi betapa besarnya rasa suka dan senang, itu semua tidak akan bisa menerima jumlah yang terlalu banyak!

Setelah rumah Dania hampir penuh, dia langsung menolak pemberian dari Winda.

Winda hanya bisa mencari tempat kosong untuk menaruh bunga.

Selain bunga, makanan manis yang dibawa oleh pengantar bunga juga menimbulkan akibat langsung.

Yaitu dania dan Winda menjadi gemuk. Berat badan mereka bukan sekadar naik satu dua kilogram, tapi lebih dari itu.

Hal ini membuat Winda sangat jengkel. Menghadapi makanan, dia tidak memiliki daya tahan. Sementara Dania sepertinya sudah bisa menebak apa niat pemberi bunga.

Alasannya mungkin adalah supaya Winda menjadi gemuk, sehingga Winda tidak punya pilihan selain memilih dia.

“Kamu boleh bawa pulang!” Jawab Dania.

Dania adalah penduduk asli Kota S. Bisnis keluarganya juga berhubungan dengan Keluarga Yang.

Dia tentu tahu bahwa Keluarga Yang yang mempunyai rumah seluas itu pastinya tidak kekurangan tempat kosong.

Winda menyernyit dan tersenyum pahit "Kalau aku bisa bawa pualng, bukankah aku sudah membawa semua ini pulang sejak awal?"

Winda tidak ingin Keluarga Yang tahu bahwa dia dan Gandi mempunyai hubungan yang tidak jelas.

Apalagi dia mendengar bahwa sepertinya ada perselisihan yang tidak dapat diselesaikan antara Keluarga Yang dan Keluarga Tirta.

Ini membuat dia semakin terpojok. Identitasnya yang dulu adalah istri Gandi. Anaknya, Sabrina dan Nana yang belum pernah bertemu juga punya hubungan dengan Gandi.

Ini membuat hal-hal yang sudah rumit menjadi semakin rumit.

“Kalau begitu, sepertinya tidak ada solusi lain lagi!” Dania mengangkat-angkat bahu, menunjukkan bahwa dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat ini, dia mengeluarkan kartu ucapan yang terjepit di antara bunga.

Setelah dilihat, ekspresinya menjadi agak aneh.

"Itu, Kak Winda, coba kamu lihat kartu ucapan ini ..."

Winda sedang jengkel, Gandi mengirim bunga setiap hari tanpa bermaksud henti.

Sekali atau dua kali adalah niat baik. Jika terlalu banyak kali, bukankah itu artinya boros?

Apakah Gandi mau menggunakan trik kecil seperti ini untuk membujuk dirinya berubah pikiran? Ini terlalu konyol. Tidakkah Gandi terlalu meremehkan dirinya?

"Tidak mau, isinya pasti itu-itu saja."

Dania membuka mulut dan ingin memberi tahu Winda tentang isi kartu.

Tapi senyuman usil melintasi wajahnya ketika dia membayangkan ekspresi Winda yang tercengang setelah pulang kerja. Dia pun tidak berkata apa-apa lagi

Kartu ucapan ditaruh kembali ke buket bunga olehnya.

Saat pulang kerja, Winda teringat kartu ucapan saat berjalan melewati bunga.

Dia sekilas melihat buket bunga, tetapi tidak ada kartu ucapan di buket tersebut, entah diletakkan di mana. Dia tidak menghiraukannya.

Sesampainya Winda di lift khusus Dania yang sedang menunggu lift umum berkata "Kak Winda, semangat!"

Ini membuat Winda amat heran. Kemudian, muncul firasat buruk di hatinya.

Dania pasti tidak bermaksud baik.

Tidak akan terjadi hal buruk, bukan?

Lift berhenti di lantai satu, Winda sengaja.

Sudah lama dia tidak keluar dari tempat parkir bawah tanah karena tempat parkir bawah tanah hanya diawasi oleh sistem komputer, sehingga mobil Gandi bisa masuk.

Jika pria itu berniat melakukan sesuatu, maka saat itu pun Winda tidak akan bisa kabur.

Sementara di lantai satu dijaga oleh orang.

Akhir-akhir ini Winda harus bekerja, sehingga Riana yang mengurus perihal antar jemput Sabrina.

Winda teringat bahwa kemarin Sabrina bilang ada pekerjaan rumah yang harus dikerjakan malam ini, dia pun mempercepat langkah kakinya.

Tapi begitu keluar dari pintu Young Entertainment, Winda tercengang.

Apa-apaan ini?

Di depan pintu gerbang Young Entertainment dipenuhi lautan bunga yang luas, hanya menyisakan satu jalan di tengahnya.

Seorang pria berjas hitam memegang sekuntum bunga di tangan, tampaknya sedang menunggu seseorang.

Pria itu bertubuh tegak, fitur wajah di bawah kecamata hitam terlihak elok, memiliki aura luar biasa dan temperamen sedingin es.

Meski terpisah oleh jarak, tapi Winda tahu bahwa pria itu adalah Gandi.

Langkah kaki Winda sontak terhenti. Ketika dia hendak pergi ke tempat parkir bawah tanah untuk meninggalkan perusahaan, pria itu mengangkat kepalanya.

Tatapan pria langsung tertuju pada Winda.

Ini membuat rencana Winda yang mau kabur pun tidak berhasil.

Untuk menghindari kontak dengan Gandi, Winda benar-benar mengerahkan banyak upaya.

Selain di tempat parkir bawah tanah, dia juga menyiapkan mobil di tempat parkir lain.

Dia juga menyediakan mobil cadangan di pintu belakang perusahaan.

Bagi Gandi, semua upaya tersebut tidak lain hanyalah upaya yang sia-sia.

Winda berhenti. Melalui kacamata hitam, mereka berdua saling memandang.

Sekarang adalah waktu pulang kerja. Winda berdiri diam di tempat, sementara Gandi melihatnya dengan tatapan mendalam.

Dalam sekejap, mata sekelompok rekan wanita terkunci pada pemandangan tersebut.

"Direktur Winda, apakah itu pacar yang memberimu bunga setiap hari?"

"Pasti, lihat bunga-bunga di sini, semuanya adalah bunga mawar ungu!"

"Wow, tampan sekali! Mobil sport itu pastinya sangat mahal!"

"Tentu saja ... Hei, aku sangat kagum pada Direktur Winda. Kenapa aku tidak punya pacar seperti itu!"

...

Kata-kata kerumunan membuat ekspresi Winda sedikit tak terkendali.

Meskipun orang-orang mengatakan kagum, tapi ada lebih banyak yang iri. Ada yang bahkan merasa bahwa Winda sengaja memamerkan semua ini.

Winda agak pemalu.

Gandi mempersiapkan semua ini dan menunjukkannya di depan umum supaya Winda tidak bisa mengabaikannya.

Namun, hal ini tidak mempengaruhi kemampuan Winda dalam berdalih.

"Bukan, aku tidak kenal dia."

"Bukankah orang-orang di perusahaan menebak bahwa bunga yang dikirim setiap hari itu dibeli oleh diriku sendiri? Benar, aku yang membeli untuk diriku sendiri!"

"Dia tampan? Kacamata hitam menutupi mukanya, aku tidak bisa melihat apakah dia tampan atau tidak? Selain itu, apakah kalian tidak pernah dengar bahwa mobil seperti itu bisa disewa? Tiga juta sehari untuk memuaskan impian berlagak kaya."

"Kamu pergi untuk mengutarakan perasaanmu padanya. Bersikap lebih berani. Kalau dia setuju, bukankah kamu sudah punya pacar seperti dia?"

...

Winda berdalih dengan segala cara, dia tidak menyadari rekan-rekan di sekitar telah meyakini bahwa pria yang muncul pasti adalah pacarnya.

Ini membuat Sansan yang keluar dari gerbang langsung mengertakkan gigi.

Dia selalu tidak senang dengan kebahagiaan orang lain, terutama jika orang tersebut adalah pesaingnya.

Sore ini, setelah Ruri kembali ke kantor, dia bertengkar dengannya.

Sansan menyampaikan hal itu kepada departemen personalia, tetapi manajer departemen personalia mengatakan bahwa kinerja Ruri sangat baik. Selain itu, tidak ada kamera di ruang penulis skenario. Jadi, tidak bisa dipastikan siapa yang menuang makanan di meja Sansan.

Mengenai saksi, maaf, Yang Group Entertainment hanya melihat bukti nyata dan tidak akan mendengarkan pendapat subjektif.

Sansan dengan marah menyerahkan formulir penilaian, tetapi malah dicoret silang oleh manajer departemen personalia.

Arti coret silang itu adalah penilaian tidak sesuai dengan kenyataan, mereka menyuruh Sansan untuk membuat penilaian baru.

Sansan hampir pingsan.

Dia bahkan mengadukan perihal ini kepada wakil presdir kedua.

Tetapi sikap wakil presdir kedua yang selalu menuruti permintaannya malah berubah.

Kata-kata wakil presdir kedua masih bergema di telinga Sansan.

"Sudah, akhir-akhir ini kamu telah membuat banyak onar! Cukup, jangan menimbulkan masalah lagi."

Emosi Sansan nyaris meledak karena ini.

Ketika dia melayani wakil presdir kedua di atas ranjang, wakil presdir kedua jelas tidak bersikap seperti ini!

Bukankah rumor di perusahaan bahwa dia berhubungan dengan atasan merupakan masalahnya juga?

Pandangan yang tak terhitung jumlahnya tertuju pada Winda, beralih antara Gandi dan Winda.

Saat ini Dania yang turun dari lift umum berjalan ke hadapan Winda.

Dia sama sekali tidak terkejut dengan pemandangan di depan gerbang perusahaan.

Karena hal ini sudah tertulis di kartu ucapan: Aku akan menjemputmu sore ini.

Hanya saja Dania tidak menyangka pria yang datang menjemput Winda akan mempersiapkan kejutan yang begitu besar

"Kak Winda, Kak Winda, pria ini tampan sekali! Dia sudah menaksirmu hingga segitunya, kenapa kamu tidak setuju saja?"

Bagi Winda, apa yang disebut teman pembuat kacau agaknya adalah teman seperti Dania.

Dia memandangi wajah Dania yang terkagum-kagum, menghela nafas di dalam hati.

"Bolehkah kamu tidak memperparah keadaan?"

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu