Cinta Yang Dalam - Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
“Nona Yang, siapa yang baru saja menelepon?” Mendengar percakapan Winda tadi, firasat tidak menyenangkan muncul di hati kepala sekolah.
Kalau keluarga Yang yang lainnya datang, mungkin mereka tidak akan seperti Winda yang mudah untuk diajak bicara.
"Keluargaku. Kepala sekolah Gun, aku tidak ingin membicarakan siapa yang benar atau salah denganmu sekarang. Bagaimana dengan putriku, kemana dia pergi?"
Karena sedaritadi tidak melihat Sabrina, Winda pun mulai cemas.
Kepala sekolah Gun pun terkejut, dia sulit berkata apa-apa, dia hanya bisa berkata “Itu, itu...”
“Itu apa! cepat katakan!” Begitu mendengar Kepala sekolah Gun yang terbata-bata tidak segera bicara, Winda pun langsung jadi semakin cemas.
Tidak ada yang terjadi kepada Sabrina kan? Jika putrinya ini menghilang, dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana dia harus menjalani kehidupannya kedepan.
Untungnya, Kepala sekolah Gun menggelengkan kepalanya dengan cepat dan menjelaskan “Begini nona Yang, karena masalah perkelahian ini, kebetulan sekali dilihat langsung oleh Tuan Gandi. Dia membawa Sabrina pergi, dia juga bilang...”
Kepala Sekolah Gun mulai tergagap lagi ketika dia bicara sampai sini.
Wajah Winda langsung muram, dia berkata “Kepala Sekolah Gun, kamu di sini ini sedang menunda waktu ya, apakah mau mengetes dan memancing kesabaranku? Kamu harusnya tahu, sebagai anggota keluarga Yang, aku sudah termasuk orang yang enak diajak bicara kan?”
Kepala Sekolah Gun buru-buru mengangguk ndan berkata dengan sedikit sulitnya “Sebenarnya, bukan juga hal yang buruk untuk dikatakan. Hanya saja ucapan Tuan Gandi ini, aku khawatir anda tidak akan senang mendengarkannya.”
Winda tersenyum dingin, lalu memperingatkan Kepala Sekolah Gun dengan tatapan matanya yang seolah berkata cepat katakan semuanya.
Kepala sekolah Gun pun memaksakan diri, berkata dengan suara rendah “Tuan Gandi bilang, Sabrina adalah putrinya.”
Putrinya?
Hati Winda tertegun, respon pertamanya adalah apa jangan-jangan Gandi sudah menemukan sesuatu tentang masa lalu?
Tapi tidak seharusnya deh. Masalah tahun itu, kakak pertama pasti sudah menanganinya tanpa ada sedikitpun kesalahan dan cela. Gandi seharusnya tidak akan merasakan dan menemukan sesuatu.
Untung saja, Kepala Sekolah Gun kali ini menjelaskan pada Winda.
Dia memandangi wajah Winda yang tampak tidak tenang. Takutnya dia akan emosi meledak-ledak suatu hari, sehingga kepala sekolah buru-buru berkata “Kami orang yang mendengar perkataan ini tidak akan begitu saja percaya. Aku hanya merasa, ini adalah bentuk kemarahan Tuan Gandi kepada sekolah ini untuk menunjukkan sikapnya sendiri. Oleh karena itu dia berkata seperti ini.”
Winda yang awalnya terkejut dan tercekat di tenggorokan, sekarang akhirnya langsung lega lagi.
Dia menatap Kepala sekolah Gun dengan tatapan serius dan berkata "Kepala Sekolah Gun, aku tidak perlu mengatakan hal-hal ini, kamu harusnya sudah mengerti apa yang harus dilakukan?"
“Mengerti.” Kepala Sekolah Gun buru-buru mengangguk dan membungkuk padanya.
Dia mengerti dan tahu kalau tidak berhati-hati bicara bisa malah membuat masalah.
Winda mengeluarkan ponselnya, menemukan nomor Gandi, lalu meneleponnya.
Setelah beberapa kali bip, panggilan itu dijawab.
"Bicaralah!"
Sedehana, langsung dan tanpa berbelit-belit. Ini benar-benar gaya murni dari grup Tirta.
Winda mengerutkan kening, pria ini sudah mengambil putrinya sendiri, sekarang dia meneleponnya untuk minta Sabrina, dia malah bersikap seperti ini. Apa jangan-jangan perasaan bersalah tidak dia rasakan sama sekali?
“Tuan Gandi, apa putriku ada bersama kamu?” tanya Winda dengan sabar.
“Em.” Suara Gandi begitu tenang dan langsung. Sedangkan ini malah membuat Winda sendiri sampai lupa kata-kata yang mau diutarakannya.
“Itu, apakah kamu bisa menyuruhnya mengangkat teleponku sebentar?" Kata Winda lagi.
“Tidak bisa.”
Sikap Gandi begitu arogan. Membuat Winda yang sudah tertekan langsung meledak marah.
Namun dia masih tahu kalau ada orang lain di sekitarnya.
Sehingga dia menutup mikrofon telepon, lalu berbalik dan berjalan melewati istri Kepala sekolah Gun yang kesal, lalu belok ke sudut tangga.
"Kenapa? Kenapa aku tidak bisa bicara dengan putriku? Gandi, apa maksudmu, menculiknya tidak berhasil, sekarang mau berpikir untuk mengambilnya?”
Di sekitarnya sudah tidak ada orang. Winda juga tidak butuh menunjukkan lagi dirinya yang sangat anggun dan berpendidikan. Sehingga dia langsung berteriak dengan marahnya.
Gandi mencengkram ponselnya, teriakan Winda di telinganya ini memuat telinganya berdengung.
Di depannya saat ini, Sabrina sedang makan. Dia sedang menikmati dengan riang gembira.
Winda tidak tahu kenapa Gandi tidak membiarkannya bicara dengan Sabrina, tapi Sabrina sedang makan dengan gembira di hadapannya, itulah alasan Gandi sebenarnya.
"Nona Yang sudah selesai bicaranya?"
Butuh dua menit penuh, ketika Winda hampir saja melampiaskan semua amarahnya.
Gandi terdiam selama lima belas detik, lalu bertanya seperti ini.
“Iya, Tuan Gandi. Aku baru saja mungkin terlalu implusif, tapi aku menempatkan diriku...”
Ketika dia sedang berbicara, tiba-tiba suara Sabrina terdengar dari balik telepon "Mama."
“Hai, sayangku, kamu dimana? Apa kamu terluka? Apakah ada orang jahat yang mencoba menculikmu?” Tanya Winda satu persatu.
Ketika mendengar orang jahat itu, Sabrina mendongak dan menatap Paman Gandi yang baru saja menyeka krim dari mulutnya dengan tisu, lalu menutup mikrofon telepon dan berkata "Tidak, Mama. Aku baik-baik saja sekarang, Paman Gandi mengajakku makan."
"Em, baguslah kalau begitu. Baguslah kalau baik-baik saja. Berikan teleponnya ke paman Gandi ya!”
Winda mematuhi perintah Sabrina. Sekarang ponselya sudah dipegang oleh Gandi.
“Apa ada yang lainnya?” tanya Gandi dengan santai.
Winda sedikit memanyunkan bibirnya, pria ini, apa tidak memiliki kesadaran untuk lebih dulu meminta izin orang tua ketika mau mengambil seorang anak?
“Tuan Gandi, terima kasih banyak telah mengajak Sabrina makan. Tapi habis gini sudah sore dan kamu pastinya tahu tentang masalah di sekolahnya. Banyak hal yang belum ditangani, aku sekarang sedang di sekolah. Apalagi, sebentar lagi dia mau masuk kelas. Apakah kamu bisa mengantarkan Sabrina kembali kesini setelah makannya selesai...”
“Tidak bisa.” Ucapan panjang Winda hanya ditukar dengan penolakan Gandi yang begitu sesederhana dan tajam ini.
Dia pun membelalakkan matanya, melihat ke cat tangga yang jadi targetnya melampiaskan emosi meledaknya. Dia langsung mencakar tangga dengan keras menggunakan kuku-kuku tangannya. Setelah itu dia berkata dengan berat “Tuan Gandi, apa kamu tidak paham dengan perkataanku?”
“Sabrina dibully di sekolahnya. Sebagai seorang ibu, kamu adalah orang yang paling salah dalam hal ini. Ketidaknormalan yang ditunjukan anak sehari-harinya, apa kamu tidak bisa melihatnya?”
Tanya Gandi sehingga membuat Winda tersentak.
Dia ingin membantahnya, Sabrina ini adalah putrinya sendiri, putri yang dibesarkannya. Jika ada hal yang tidak normal dalam kesehariannya, dia mana mungkin tidak merasakannya, kan?
Tapi ketika mau mengatakan semua ini, tiba-tiba bibirnya terhenti.
Karena bisa ada hal seperti ini yang terjadi dengan Sabrina dan Winda sendiri mungkin karena pikiran dan hatinya yang sangat berantakan sehingga membuatnya tidak merasakan dan menyadari hal ini.
Dia merasa bersalah dalam hati dan langsung meleburkan api amarahnya ke Gandi.
Dia menundukkan matanya, lalu berkata dengan santai “Tuan Gandi, apa yang kamu katakan memang benar. Sebagai ibu, aku memang tidak melakukan banyak hal dengan baik.”
Begitu mendengar suara bersalah dari Winda, Gandi juga jadi tidak tenang.
Dia berkata pelan tapi tidak sampai membantah “Setelah makan malam, aku akan membawanya jalan-jalan untuk menghilangkan stres dan tekanan. Masalah di sekolah, kamu tidak usah menanganinya lagi. Apalagi, pelajaran sore ini, dia tidak perlu pergi. Nanti kalau Sabrina sudah mulai rileks dan nyaman dan capek bermain, aku akan mengantarnya pulang.”
Winda membuka mulutnya dan menyadari ketika dia mau membantah, dia malah tidak bisa berkata apa-apa.
Walaupun menurut Winda, belajar itu sangat penting.
Namun, karena terbiasa melihat kekerasan dalam sekolah di internet, Winda mengerti kalau peristiwa beberapa hari ini mungkin akan meninggalkan kesan yang tak terhapuskan di hati Sabrina.
Untuk menghilangkan sisi gelap hati ini, butuh waktu untuk menghilangkannya.
“Baiklah, kalau begitu maaf merepotkan tuan Gandi.” Selesai dia bicara, dia langsung menutup teleponnya.
Ketika kembali ke koridor, dia melihat istri Kepala Sekolah Gun menarik gadis kecil itu sambil bersandar pada Kepala Sekolah Gun menangis mengeluhkan sesuatu.
Dia perlahan melangkah maju dan ketika istri Kepala Sekolah Gun melihat Winda, perasaan waspada muncul di hatinya.
Tapi informasi yang baru saja dia dapatkan dari Kepala Sekolah Gun barusan, membuatnya tahu kalau identitas dan status Winda sebenarnya tidak bisa diganggu dan disinggung sembarangan.
Walaupun di hatinya dia tidak terlalu suka dengan wanita ini, tapi dia masih saja ingin keadilan untuk putrinya.
Memang kenapa kalau keluarga Yang? Walaupun keluarga Yang tetap saja juga harus masuk akal dong!
Keluarga Yang adalah keluarga terbesar dan terkaya di kota S. Hal ini lebih banyak di ketahui dari pijak prianya, namun tidak untuk pihak wanita.
Karena jarang keluar sehingga tidak terlalu tahu dunia luar, istri Kepala Sekolah Gun sepenuhnya sangat cocok dengan kalimat ini.
“Nona Yang, bagaimana kalau dalam hal ini, aku minta putriku dan yang lainnya untuk minta maaf kepada Sabrina, bagaimana?”
Setelah panggilan tadi, Kepala Sekolah Gun mulai tidak tenang.
“Minta maaf? Minta maaf untuk apa? Minta maaf kentut apa, kamu lihat putrinya itu sudah melukai putri kita di beberapa di tubuhnya, ada lagi...”
“Sudah cukup!!!”
Melihat Winda tidak bergerak di depannya dan hanya diam berdiri di rempatnya, sambil bersandar di pegangan tangga. Tidak ada niat untuk pergi dari sana.
Kepala sekolah jadi muram, dia berteriak seperti ada dorongan yang tak bisa dijelaskan yang menyuruh dirinya untuk melarikan diri dari sana.
Situasi berada di jalan buntu seperti ini, ada beberapa mobil dengan cepat sudah menuju gerbang sekolah bangsawan dan melaju ke depan gedung pengajaran.
Riana dan Arya turun dari mobil, diikuti sekelompok pengawal di belakangnya.
Karena penyerangan di depan gerbang, para satpam dari sekolah bangsawan segera berpindah keluar semua. Beberapa satpam itu ada yang memegang pentungan dan tongkat listrik serta mengepung rombongan Arya dan mengawasi mereka dengan tajam dan was-was.
Satpam sekolah bangsawan harus memenuhi persyaratan yang cukup sulit dan tinggi dalam kualitas pribadinya.
Persyaratannya di antaranya mereka harus pensiunan dari tentara atau pria muda dengan tubuh yang kuat dan kekar.
Siapapun yang bisa menilai, pasti bisa melihat kalau sekelompok orang yang ada di belakang Arya bukanlah lawan yang mudah.
Arya memandangi sekelompok satpam itu, lalu berkata dengan suara pelan “Kakak ipar, para satpam ini lumayan juga, responnya cukup cepat juga. Kelihatannya mereka juga bukanlah orang-orang yang bela dirinya biasa-biasa.”
Riana mengiyakan, lalu memberi isyarat mata ke salah satu pengawalnya.
Pengawal itu maju beberapa langkah, lalu berkata dengan suara berat “Kami ini adalah wali murid. Kami datang ke sekolah ini karena mendapat informasi kalau nona kami terluka dan disakiti, jadi tolong minggirlah.”
Para satpam saling memandang, kepala dari departemen para satpam ini adalah pensiunan dari pasukan khusus tentara.
Dia tentu saja bisa langsung melihat kalau orang-orang di tangannya ini tidak layak dan tidak akan bisa mengalahkan para pengawal di depan mereka ini.
Dia pun maju, lalu berkata dengan penuh hormat “Permisi, kalian wali murid dari siswa yang mana?”
"Sabrina Yang."
Marga Yang ini membuat para satpam langsung mengerutkan kening.
Di kota S ini, orang yang bermarga Yang adalah orang-orang yang tidak bisa disinggung dan diganggu.
Dan ketika melihat cara berpakaian para pengawal ini, kelihatannya mereka benar-benar datang dari keluarga Yang itu.
“Tunggu dulu.” Dia melambaikan tangannya, lalu memanggil seorang satpam biasa dan memerintahkan sesuatu kepadanya.
Satpam biasa itu ketika baru saja mau pergi, tiba-tiba mendengar suara dari gedung pengajaran.
“Sudahlah, kalian semua pergi saja. aku mengerti hal ini, minta keluarga dari Sabrina ini untuk naik ke atas menangani masalahnya!”
Novel Terkait
Don't say goodbye
Dessy PutriMy Charming Wife
Diana AndrikaBretta’s Diary
DanielleLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieYou're My Savior
Shella NaviMy Greget Husband
Dio ZhengMy Enchanting Guy
Bryan WuCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip