Cinta Yang Dalam - Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
"Maaf, saat ini aku sangat sibuk, bisakah kamu beri jalan untukku?"
Sikap Gandi sama sekali tidak peduli dengan perasaan Anni.
Bahkan pandangan mata Gandi tidak berhenti melihat ke arah Anni.
Mata Anni tiba-tiba memerah, melangkah jauh dengan sedih.
Winda menjaga jarak aman lima meter dari Gandi, melihat penampilan dingin pria ini, Winda mengerutkan bibirnya.
Gadis ini tampaknya sudah buta, berpenampilan begitu cantik, tetapi kenapa memilih cinta bertepuk sebelah tangan dengan pria dingin ini?
Setelah Gandi berjalan beberapa langkah, lalu berbalik melihat ke belakang dan berkata "Tidak ikut?"
Anni awalnya merasa sedih, tetapi setelah mendengar kata-kata Gandi, langsung menjadi bersemangat.
Ternyata benar, Gandi tidak begitu dingin, apakah Gandi ingin Anni mengikutinya?
Tapi di detik berikutnya, sosok Winda melewati dari samping Anni.
"Baiklah, pria bertele-tele!"
Anni baru mulai bereaksi setelah keduanya masuk ke dalam restoran.
Wanita itu, Anni pernah melihatnya, pasti pernah melihatnya.
Siapa ya?
Anni mengerutkan kening, berpikir cukup lama, tetapi sama sekali tidak ingat.
Gandi awalnya hendak masuk ke dalam ruangan, tetapi Winda merasa tidak aman bagi dirinya jika masuk sendirian bersama seorang pria.
Kemudian mencari posisi di dekat jendela dan duduk.
Hanya minum kopi, Winda kira Gandi akan mencari beberapa topik untuk dibicarakan.
Tapi Gandi malah hanya mencicipi kopi dengan santai, sesekali tatapan matanya melihat ke arah Winda.
Emosi di matanya membuat Winda sedikit gugup.
Karena keseringan menonton sinetron, Winda juga tahu, tatapan mata ini sepertinya tatapan di antara sepasang kekasih?
Di pertengahan, ponsel Gandi berdering, Gandi menjawab panggilan itu, setelah diam-diam mendengarkan beberapa saat, lalu berkata "Baik, aku mengerti."
Sambil meletakkan cangkirnya, Gandi berkata "Nona Yang , apakah kamu ingin makan sesuatu?"
“Tidak, tidak perlu.” Karena sangat membosankan di tatap seperti itu, Winda hampir memakan habis beberapa makanan penutup di atas meja.
"Baiklah, aku akan mengantarmu pulang sekarang."
Setelah bangun untuk membayar tagihan, Gandi mengantar Winda kembali ke rumah Yang , kemudian pergi dengan tergesa-gesa.
Tampaknya Gandi akan sibuk dengan hal-hal penting.
Begitu memasuki manor, seorang pelayan datang.
"Nona, Nyonya ingin kamu ke sana sebentar."
Di ruang kecapi China, Riana baru saja memainkan lagu 'A Chinese Ghost Story', kemudian melepaskan kecapi China sebelum benar-benar menikmatinya.
Winda sudah duduk di kursi goyang di samping dan mengayunnya dengan santai "Kakak ipar, aku ingin mendengar "Selamat tinggal selirku"!"
Riana bangkit, berjalan ke depan Winda dan dengan ringan menjentikkan kepalanya.
"Apa aku ini stasiun lagumu?"
Winda menyeringai dan meraih tangan Riana, kemudian menyentuh dengan lembut, lalu berkata "Mana mungkin, kakak iparku adalah suar hidupku!"
“Mulutmu ini sangat licik!” Riana meminta pelayan untuk menyiapkan buah-buahan, kemudian duduk di depan Winda.
Setelah ragu-ragu sejenak, Riana memutuskan untuk berbincang-bincang dengan Winda.
" Winda, bagaimana perasaanmu tentang Tuan Tirta itu?"
“Hah? Perasaan apa? Kakak ipar, mengapa kamu juga membicarakan hal ini, sama dengan abang pertama, apakah merasa aku ini merusak pemandangan di rumah?” Winda berkata dengan marah.
Riana tersenyum "Bukan, itu, apakah kamu tidak merasa bahwa Tuan Tirta memberi perasaan deja vu?"
“Itu ya?” Winda memiringkan kepalanya dan berpikir sejenak, mengangguk dan berkata “Memang, aku melihat bajingan yang melakukan hal-hal jahat di serial TV dengan dirinya benar-benar sama!”
“Bajingan?” Riana menggumamkan kata ini, pandangan matanya agak ambigu “ Winda, baru pertama kali aku melihat kamu begitu membenci seorang pria, apakah mungkin dia telah melakukan sesuatu yang buruk padamu?”
Api gosip di hati Riana berkobar, tidak bisa dikendalikan.
"Kakak ipar..." Winda berpura-pura marah, tapi wajahnya mulai memerah.
Takut benar-benar membuat adik kecil marah, Riana melambaikan tangannya dan berkata "Baiklah, kakak ipar tidak akan membicarakannya lagi."
Dalam hatinya berpikir, sepertinya Winda benar-benar tidak berkesan sama sekali terhadap Gandi.
Tapi bagus juga jika sudah melupakannya, mengingat apa yang telah dilakukan Gandi terhadap Winda sebelumnya, Riana memang memiliki keinginan untuk membunuhnya.
Dulu saat Neva hendak meninggalkan keluarga Tirta, Isko segera langsung mendapatkan kabar.
Keduanya malam-malam bergegas ke kota Z dan kemudian mengalami kecelakaan mobil itu.
Nyawa Neva dalam bahaya, Isko segera menghubungi dokter domestik terkenal untuk melakukan penyelamatan darurat.
Pada saat yang sama, adegan itu dipalsukan.
Tubuh Neva terluka parah, jantungnya beberapa kali berhenti berdetak dan banyak kegagalan organ.
Tapi Neva tiba-tiba selamat, mulutnya terus menyebut nama Gandi dan Nana.
Bahkan perawat khusus yang merawatnya mengatakan bahwa kedua orang itu pasti adalah orang yang paling dia sayangi.
Tanpa disangka, setelah akhirnya Neva siuman, Neva tidak ingat lagi dengan semuanya.
Dan selama bertahun-tahun, seiring berjalannya waktu, Sabrina mulai tumbuh besar, Riana juga merasa sedikit khawatir.
Suatu hari, kertas tidak akan bisa menahan api. Riana benar-benar tidak yakin apakah Neva bisa menerima berita itu.
Setelah mengobrol sebentar, Winda pergi menjemput Sabrina dari sekolah.
Karena kemacetan lalu lintas di jalan, Winda pergi sedikit terlambat.
Setelah sampai di sekolah, hanya ada Sabrina sendirian di ruang resepsi.
Setelah melihat Winda, Sabrina juga tidak berteriak memanggil ibu, bibir kecilnya cemberut dan hampir saja menunjukkan kata ‘tidak bahagia’ di wajahnya.
Winda tahu bahwa dirinya telah membuat si kecil tidak bahagia, jadi Winda maju dua langkah ke depan dan mengeluarkan permen lolipop dari sakunya seperti tipu daya.
"Apakah Sabrinaku sedang tidak bahagia? Ayo, makan permen, agar manisnya sampai ke hati!"
Sabrina mengerutkan bibirnya dan berkata dengan tidak puas "Guru bilang, tidak boleh makan permen, gigi anak kecil mudah rusak."
Winda tidak bisa berkata-kata dan tampak sangat sedih.
Sabrina tidak tahan dan menghela nafas, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan mengambil permen lolipop, kemudian inisiatif memegang tangan Winda dan berkata "Ibu, ayo kita pulang!"
Wajah Winda segera penuh dengan senyuman ceria, dalam hatinya sangat bangga, dirinya sudah tahu bahwa trik ini ampuh menangani putrinya dan hasilnya sangat efektif.
Malam harinya, Riana duduk di tempat tidur membaca buku, sambil menunggu Isko kembali.
Seorang teman lamanya datang ke Australia. Sebagai tuan rumah, Isko harus mengadakan jamuan makan dan sekalian membawa Arya untuk berkenalan.
Meskipun Riana tidak suka Isko minum, tetapi di pesta koktail semacam ini, Riana masih terhitung cukup berpengalaman.
Benar saja, saat tengah malam, Arya mendukung Isko yang sangat mabuk dan mengetuk pintu di lantai bawah.
Riana sudah turun ke bawah, dengan kesal melihat Isko terbaring di sofa.
Pria ini, sudah berapa kali dibilang, kondisi tubuhnya tidak begitu baik, tidak boleh minum terlalu banyak, tetapi sama sekali tidak pernah mendengarnya.
Pelayan datang dengan membawa sup pereda mabuk, Riana mengambilnya, kemudian melangkah maju, meminta Arya memegangi Isko, memasukkan sesendok sup yang sudah di tiup dingin ke dalam mulutnya.
"Riana, aku, aku tidak minum terlalu banyak, itu, itu, aku mabuk karena bau alkohol di atas meja."
Isko berkata dengan tidak jelas, Riana hanya bisa mencoba menahan keinginan untuk menghancurkan pria ini.
“Abang pertamamu ini tidak bisa minum, kamu tidak tahu?” Tidak bisa marah dengan pemabuk, tapi masih bisa marah dengan paman kecil.
Arya mendengus dan berkata tidak berdaya "Tentu saja aku tahu, tapi abang pertama tetap abang pertama, aku tidak bisa menghentikannya! Kakak ipar."
Riana memutar bola matanya ke atas melihat Arya, lalu mengabaikannya.
Setelah memberi minum sup pereda mabuk, Isko menjadi lebih sadar.
Isko digendong Arya ke atas, lalu menempatkannya di kamar tidur.
Bau alkohol di kamar tidur begitu kuat membuat Riana tidak tahan, lalu pergi membuka jendela balkon.
Tapi begitu kembali, Riana tiba-tiba ditarik oleh Isko dan jatuh ke tempat tidur.
Keduanya berguling dengan postur yang ambigu. Isko memandang Riana dengan mata mabuk dan bergumam "Sayangku, Riana, bayi besarku..."
Riana sedikit tidak nyaman ditekan oleh Isko, lalu mendorongnya.
"Tidak perlu mengatakan begitu banyak kata-kata manis, kita tidur masing-masing malam ini!"
Isko sedikit kecewa, saat Riana baru saja menarik selimut dan tidur di samping tempat tidur, tiba-tiba ada orang lain di selimut itu.
Isko memeluk Riana, mengusap wajahnya ke punggung halus Riana.
"Riana, apa kamu marah padaku?"
Munculnya anak tuanya membuat Riana sangat marah dan lucu.
Riana tidak lagi mendorong Isko, tetapi berbalik dan berhadapan dengannya.
"Menurutmu, haruskah aku marah?"
"Um……"
Isko mengganti jawabannya dengan tindakan langsung, dirinya langsung mencium bibir Riana.
Isko menuntutnya dengan agresif dan Riana melemah karena ciuman darinya.
Dan tangannya sudah meraba di depan dada Riana.
Isko sudah meraba bagian sensitif tubuh Riana.
"Kamu sudah minum terlalu banyak, tubuhmu sedang tidak sehat, jangan..." Mencari kesempatan, Riana akhirnya mendorong Isko menjauh dan berkata dengan cepat.
“Kamu coba, aku tidak minum terlalu banyak?” Isko meraih tangan Riana, lalu meregangkannya lurus ke bawah.
Suhu panas dan sentuhan keras mengejutkan tubuh Riana.
Setelah hujan turun, Isko berbaring di samping Riana, sedikit terengah-engah.
Melihat Isko mengerutkan kening, Riana sudah tahu bahwa luka lama pria ini pasti kambuh lagi.
Jelas-jelas sudah mengatakan padanya, tidak boleh, tidak boleh, tetapi tidak mau mendengarkannya.
Jika begini terus, cepat atau lambat Isko pasti jatuh di tubuh Riana.
"Aku memberitahumu suatu hal yang serius" Riana berkata sambil memegang tangan Isko yang masih tidak bisa diam.
“Aku sekarang sedang melakukan hal yang serius.” Isko mengerahkan sedikit kekuatan, menggulurkan tangannya dan terus mengamuk.
Riana merasakan tubuhnya bereaksi lagi, jika ini terus berlanjut, dirinya harus memadamkan api besar lagi dan tubuh Isko tidak akan tahan.
Riana lalu menarik diri dari selimut, langsung membungkus Isko, kemudian berbaring di sisi lain tempat tidur.
“Sekarang sudah boleh berbicara dengan baik-baik?” Riana sepertinya sedang menginterogasi tahanan.
Isko berkata dengan wajah pahit "Istriku, tolong beri instruksi."
"Akhir-akhir ini, Winda cukup sering berkontak dengan Gandi. Aku merasa sedikit gelisah?"
"Masalah ini! Winda suka dengan siapa, terserah bersama siapa! Karena inilah mengapa aku selalu tidak setuju dengan permintaan Ramon, meskipun mereka bukan saudara kandung. Tapi begitu ingatan Winda pulih dan tahu semuanya dan pasti akan merasa tidak senang. ” Isko berkata dengan ringan.
Riana merasakan hal yang sama, lalu mengangguk "Benar juga, dia dulu begitu mencintai Gandi dan mereka berdua sudah memiliki Nana dan Sabrina. Gandi sekarang sudah berubah pikiran, jadi jika keduanya kembali bersama lagi, tampaknya bukan hal yang buruk! "
Novel Terkait
Half a Heart
Romansa UniverseThe Revival of the King
ShintaMy Goddes
Riski saputroDemanding Husband
MarshallIstri Pengkhianat
SubardiMr Huo’s Sweetpie
EllyaThe Great Guy
Vivi HuangCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip