Cinta Yang Dalam - Bab 333 Pria Jahat

Winda berjalan di sepanjang jalan, lingkungan Rumah Tirta sangat bagus.

Di jalan lereng yang dilapisi lempengan batu biru, udara penuh dengan aroma bunga lavender.

Aromanya sangat kuat, tapi sama sekali tidak menyengat, alami dan indah.

Winda tanpa sadar berpikir di dalam hati, ternyata pria ini mempunyai minat yang sama dengan dirinya sendiri!

Saat tiba di rumah utama, seperempat jam sudah berlalu.

Salah satu pengawal melangkah maju dan berbisik di telinga, pengawal yang menjaga di pintu berkata: “Nona Yang, mohon tunggu sebentar, aku pergi meminta instruksi dulu.”

“Uhm.”

Winda tidak menyangka bahwa datang untuk menjenguk Gandi akan begitu merepotkan, tapi untungnya, beberapa makanan bergizi itu sudah diambil oleh pengawal saat berada di pintu.

Dua menit kemudian, pengawal yang baru saja pergi itu berjalan keluar.

“Maaf, Nona Yang, Presdir Tirta tidak menerima tamu untuk saat ini.”

Winda tertegun sejenak, lalu berdiri di tempat asal dan tidak bergerak.

Winda sangat tahu dengan jelas, dirinya sendiri datang ke sini tanpa diundang, kemudian ditolak untuk masuk ke dalam.

“Kalau begitu, kapan Presdir Tirta bisa menerima tamu?” Winda berkata dengan nada lembut.

Pengawal itu menunjukkan tanda-tanda keengganan, setelah ragu-ragu sejenak, dia berkata dengan nada rendah: “Nona Yang, aku tidak bisa mengambil tanggung jawab atas keputusanku dalam hal semacam ini, mohon jangan mempersulitkanku.”

Winda menghela napas, berbalik badan dan hendak berjalan pergi.

Tapi masih belum melangkahkan kakinya, Winda langsung merasa sedikit tidak puas.

Dirinya sendiri melakukan perjalanan yang begitu jauh, hanya datang untuk menjenguk Gandi, hadiah sudah diberikan, tapi malah tidak bisa melihat orangnya?

Ini sepertinya membuat orang merasa sangat tidak puas!

Winda berbalik badan lagi, melangkah maju dan mendorong pengawal itu.

“Jika Presdir Tirta tidak mempunyai waktu, aku akan pergi mencarinya sendiri.”

Pengawal itu langsung terbengong, dia tanpa sadar ingin menghentikan Winda.

“Nona Yang…”

Tapi saat mengulurkan tangan, pengawal itu malah teringat hubungan Winda dengan Presdir Tirta, pengawal itu tiba-tiba menarik kembali tangannya.

Wanita ini merupakan Nyonya Presdir!

Meski tidak ada seorang pun yang mengatakannya seperti itu secara langsung, tapi orang-orang dari Keluarga Tirta tahu dengan jelas, Presdir Tirta terus tinggal di Australia, bahkan keluar dari rumah sakit lebih awal, semuanya karena Nona Yang ini.”

Nona Yang ini mempunyai posisi yang sangat penting di dalam hati Presdir Tirta.

Pengawal itu menghentikannya tidak baik, tapi lebih tidak baik jika tidak menghentikannya.

Sementara pengawal yang baru saja memimpin jalan melihat situasinya tidak benar, dia sudah lama berjalan pergi.

Setelah ragu-ragu sejenak, dia langsung menundukkan kepala, tubuh berguncang dan langsung terjatuh.

Winda terbengong sejenak, dia jelas tidak menyentuh pengawal itu, kenapa pengawal itu malah jatuh sendiri!

Winda berjalan masuk ke ruang tamu dengan langkah cepat, pengurus rumah tangga yang ada di dalam manor berjalan kemari.

Setelah melihat penampilan Winda, pengurus rumah tangga itu langsung tahu siapa dia.

Wanita ini benar-benar sangat mirip dengan Nyonya Muda.

“Nona ini, siapa ya?”

Winda melirik ke lantai atas, dia berkata dengan nada lembut: “Tuan Tua, aku datang untuk mencari Tuan Tirta, dimana dia?”

“Bang Kedua ada di lantai atas, kamu merupakan Nona tadi, kan? Maaf, Bang Kedua tidak menerima tamu untuk saat ini. Bagaimana jika kamu meninggalkan nomor teleponmu dan aku akan menghubungimu lain hari?”

Penguruh rumah tangga menggerakkan langkah kakinya dengan tenang dan ingin menghalangi jalan ke lantai atas.

Tapi, Winda malah naik ke lantai atas dengan langkah cepat, dia sudah menerobos ke sini hari ini, bagaimana bisa pulang dengan rasa kecewa?

Winda menaiki tangga dengan langkah cepat, setelah tiba di lantai dua, Winda malah sedikit bingung.

Ada tujuh sampai delapan kamar di lantai dua, Winda sama sekali tidak tahu Gandi tinggal di kamar yang mana.

Saat ini, pengurus rumah tangga sudah mengejar kemari dengan terburu-buru, dia berkata dengan nada rendah: “Nona Yang, bisakah kamu tidak mempersulitkanku? Kondisi tubuh Bang Kedua tidak baik, dia sedang beristirahat, tidak bisa bertemu dengan tamu.”

Winda ragu-ragu sejenak, pengurus rumah tangga juga mengatakan bahwa Gandi sedang beristirahat, seolah-olah tidak seperti sengaja menolak tamu masuk ke dalam.

Mungkin Gandi sama sekali tidak tahu bahwa dirinya sendiri datang ke sini?

Tapi pada saat ini, terdengar suara wanita yang tidak jelas dari kamar kedua yang ada di depannya.

Entah kenapa setelah mendengar suara yang sedikit tidak asing ini, hati Winda langsung menjadi marah.

Winda melangkah maju dengan langkah cepat, mengabaikan perkataan pengawal yang ada di belakang, kemudian membuka pintu kamar kedua itu.

Pintu tiba-tiba terbuka, sepasang pria dan wanira duduk sangat dekat di depannya, semuanya mendongak dan menatap ke arahWinda dengan tatapan heran. Wanita itu menggerakkan tubuhnya dengan tenang dan memberi jarak dengan Gandi.

Hati Winda tanpa jelas merasa sakit, Winda tetap melakukan hal yang tidak sia-sia.

Karena pria ini sedang berkencan dengan wanita lain sekarang, jadi pria ini tidak ingin menghiraukan dirinya sendiri kan.

Saat ini, pengurus rumah tangga sudah mengejar kemari, membungkukkan badan dan berkata di depan pintu: “Maaf, Bang Kedua, aku…”

“Sudahlah, Paman Lie, ini tidak ada hubungannya denganmu, kamu turun saja!”

Pengurus rumah tangga menutup pintu dan berjalan pergi, Winda menatap lurus ke arah dua orang yang duduk di sofa, saat ini, Gandi mengambil secangkir teh dan mencicipinya, sementara wanita itu bertatapan dengan Winda dengan tatapan tenang.

Winda sudah ingat identitas wanita ini.

Wanita yang melakukan percakapan yang sangat intim dengan Gandi di toko pakaian pada hari itu.

Maria bangkit, melangkah maju dengan sangat lembut dan memberi isyarat untuk duduk, kemudian berkata: “Nona Yang, pengunjung adalah tamu, jangan berdiri kaku di sana, silakan duduk.”

Tindakan Maria ini seperti merupakan pemilik wanita di vila ini.

Mata Winda sedikit mengelap, dia berkata dengan nada lembut: “Maaf atas ketidaksopanan aku yang telah menganggu kalian…”

Setelah berkata, Winda berbalik badan dan hendak berjalan keluar.

Winda merasa dirinya sendiri benar-benar sangat konyol, saat tidak mempunyai pekerjaan, dia malah mengkhawatirkan pria ini.

Hanya karena perkataan yang sesuka hati dari pria, Winda benar-benar menganggapnya serius, melakukan perjalanan yang begitu jauh untuk datang menjenguknya.

Dirinya sendiri benar-benar merupakan orang yang bodoh, perkataan Kakak Ipar sangat benar, 90% pria merupakan pria yang tidak setia, kemudian 10% yang tersisa, hanya tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi pria yang terus mengganti wanita saja.

Tangan Winda yang baru saja memegang gagang pintu, Gandi yang terus diam di belakangnya tiba-tiba berkata: “Nona Yang ingin pulang begitu saja?”

Tubuh Winda berhenti, menghadap ke pintu dan mengeluarkan senyuman pahit.

Jika dirinya sendiri tidak pulang, apakah ingin tinggal di sini untuk dipermalukan?

Winda sudah tidak mempunyai ingatan masa lalu.

Meski Gandi masih ada, tapi malah sudah ada wanita lain yang duduk di sebelahnya.

Cinta merupakan salah satu hal yang sangat konyol, saat kamu mencintai seseorang, orang itu tidak mencintaimu. Saat orang itu sudah mencintaimu, kamu malah tidak mencintainya lagi.

Kamu ingin pergi mencarinya, dia malah sudah berjalan jauh.

Selamanya selalu mengejar satu sama lain hingga semakin jauh, seolah-olah dua garis sejajar bisa disentuh dengan mengulurkan tangan, tapi tidak akan pernah bisa saling bersilangan.

Winda tidak berbicara, membuka pintu dan berjalan keluar dengan langkah besar.

Tapi pada detik selanjutnya, terdengar suara langkah kaki dari belakang, tangan Winda dipegang oleh tangan besar pria yang besar.

“Winda, apakah aku sudah mengizinkanmu pulang?”

Senyuman di wajah Maria sudah hilang, hatinya merasa sangat benci hingga menggertakkan gigi, kuku yang menusuk ke sofa sudah patah, tapi sepertinya tidak mempunyai perasaan apa pun.

“Gandi, kita sudah membuat janji akan pergi menonton film di bioskop nanti.”

Maria berjalan kemari, memegang tangan Gandi dengan lembut, tubuh bersandar ke arah Gandi.

Gandi memasang wajah dingin, dia sama sekali tidak melepaskan Neva, sebaliknya tubuhnya malah sedikit bergerak, sama sekali tidak membiarkan Maria menyandar di tubuhnya.

“Maaf, Nona Maria, aku teringat masih ada beberapa masalah yang belum dikerjakan hari ini, takutnya aku tidak bisa menemanimu lagi.”

Tentu saja Maria bisa merasakan tindakan pria yang menjauh, Maria menjadi marah, tapi wajahnya tetap mengeluarkan ekspresi lembut.

“Kalau begitu, bolehkah aku menemanimu mengerjakan pekerjaan?”

Maria sudah menurunkan sikapnya menjadi sangat rendah, tapi yang didapatkannya malah penolakan Gandi tanpa ragu sedikit pun.

“Nona Maria, aku mempunyai sedikit masalah yang ingin dibicarakan dengan Nona Yang, mohon kamu pulang dulu saja!”

Maria tidak bisa mempertahankan sikapnya yang elegan lagi, wajahnya sedikit memerah, menatap sepasang pria dan wanita di depannya, matanya membawa tatapan tajam, berjalan melewati Winda dan turun ke lantai bawah dengan marah.

Winda melihat adegan yang konyol ini, sepertinya bertindak sebagai pihak ketiga karana kemunculan dirinya sendiri.

Maria sudah pergi, Winda lebih tidak bisa tinggal di sini.

Winda menyingkirkan tangan Gandi, dia juga berjalan ke lantai bawah.

Gandi tidak menyangka sikap Winda akan tiba-tiba berubaha menjadi begitu tegas, Gandi mengulurkan tangan dan menarik pakaian Winda.

Tapi tubuh Winda berhenti, Gandi tanpa sadar jatuh ke lantai.

Terdengar suara yang keras, Winda berbalik badan dan langsung terbengong.

Kenapa pria ini menjadi begitu lemah? Hanya diseret oleh dirinya sendiri, pria ini langsung terjatuh?

Winda segera melangkah maju dan memapah Gandi.

Gandi kesakitan hingga sedikit mengerutkan alis, tapi wajahnya tetap penuh dengan ekspresi lembut.

Setelah dipapah oleh Winda, Gandi menarik dengan kuat dan langsung memeluk Winda ke dalam pelukannya.

Winda bersandar di dada Gandi, rasa sakit seperti ini membuat Gandi tanpa sadar mendesis.

Melihat kemeja yang sudah mempunyai sedikit bekas darah, Winda tiba-tiba menjadi sedikit panik.

“Apa yang kamu lakukan, lepaskan aku, apakah kamu tidak ingin hidup lagi?”

Tapi semakin Winda berjuang untuk melarikan diri, yang diterimanya malah Gandi memeluknya semakin erat.

“Jika kamu tetap tinggal di sini, aku akan melepaskanmu.”

Winda tidak berani menyentuh luka Gandi, dia hanya bisa memegang tangan Gandi dengan kuat dan mencoba untuk keluar dari pelukannya.

Tapi tenaga seorang wanita seperti Winda, bagaimana mungkin bisa lebih kuat dari Gandi?

Tapi, bahkan jika seperti ini, gerakan yang tidak sengaga juga akan mempengaruhi luka Gandi.

Alis Gandi berkerut semakin dalam, tapi kedua tangan yang memeluk Winda malah semakin erat.

Pada akhirnya, Winda menyerah untuk berjuang.

Winda mengehela napas dalam, suaranya tetap membawa nada marah, dia berkata: “Gandi, kamu benar-benar sudah gila!”

“Demi kamu, aku gila sekali juga tidak apa-apa, kan?”

“Nona Yang tiba-tiba begitu marah, apakah karena kamu cemburu?” Gandi menahan kesakitan di tubuhnya, membungkukkan badan dan tiba-tiba berkata di sebelah telinga Winda .

Gerakan yang sangat intim dan napas yang panas membuat wajah Winda tiba-tiba memerah.

“Kamu bicara omong kosong, kita berdua tidak mempunyai hubungan apa pun, kenapa aku harus cemburu?”

Tapi penjelasan Winda malah diabaikan oleh Gandi.

Gandi berkata dengan nada polos: “Iyakah? Baguslah jika Nona Yang tidak cemburu. Nona Maria yang baru saja ada di sini, kami berdua hanya mempunyai hubungan kerja sama di bisnis. Sebelumnya, kamu juga pernah melihatnya.”

Dirinya sendiri kenal wanita itu?

PikiranWinda muncul nama wanita yang baru saja di sini, Winda tanpa sadar menghela napas di dalam hati, wanita cantik yang memiliki dua hubungan darah, benar-benar berpenampilan sangat cantik.

Tidak benar, ini bukan intinya, Winda dibuat oleh Gandi hingga berpikir ke arah yang salah lagi.

“Kamu tidak perlu menjelaskannya kepadaku, aku juga tidak perlu mengenal wanita itu. Tuan Tirta, bolehkah kamu melepaskanku sekarang!”

Gandi memeluknya dengan erat seperti ini, Winda dikelilingi oleh aura kejantanannya yang kuat, tubuh malah tanpa jelas menjadi panas.

Yang paling penting adalah luka Gandi masih belum sembuh, bagaimana dia bisa melakukan gerakan yang kuat seperti ini sekarang?

Gandi mengeluarkan suara ‘Owh’, tapi malah tidak ada gerakan di tangannya, ini terlihat bahwa Gandi sudah tahu, tapi malah tidak bermaksud akan melepakan tangannya.

Winda menghela napas di dalam hati, meski penjelasan Gandi membuat hati Winda merasa sedikit santai.

Tapi, itu tidak berarti bahwa Winda akan memaafkan Gandi.

Pria ini tahu dirinya sendiri datang ke sini, tapi malah tidak membiarkan dirinya sendiri masuk ke dalam.

Pada akhirnya, dirinya sendiri menerobos ke dalam, tapi malah menyadari bahwa Gandi sedang berkencan dengan wanita lain.

Hanya penjelasan yang begitu sederhana, Gandi ingin menyuruh dirinya sendiri melupakan masalah tadi?

Hem, pria yang jahat!

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu