Cinta Yang Dalam - Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
Ucapan Gandi ini membuat perasan terakhir untuk Gandi di dalam lubuk hati Neva langsung hancur total.
Pria ini telah melihat darah di sekujur tubuh Neva. Tapi dia masih saja mau melakukan ini, apa dia merasa Neva hanya menghalangi pandangan matanya?
Jejak keputusasaan melintas di mata Neva, lalu tiba-tiba Neva menjadi dingin dan menjawab "Silahkan lakukan apa yang kamu inginkan!"
Semua ini lebih dari kata-kata.
Gandi menegang sejenak, lalu tubuhnya gemetaran tak terkendali.
Dia melangkah maju, meraih tubuh bagian atas Neva seperti menyeret sampah, lalu menarik Neva.
Rasa sakit akibat ditarik dan ini membuat Neva menjerit kesakitan.
"Heh, kamu tahu rasa sakit juga ternyata? Neva, aku akan memberimu satu kesempatan terakhir, apa kamu yakin..."
Gandi berharap ini hanya emosi semata dari Neva, jadi dia ingin mengkonfirmasi dengan Neva apa yang baru saja neva katakan.
Tapi belum dia selesai bicara, Neva mengangguk dengan air mata berlinangan.
Itu seperti tamparan keras di tubuh Gandi.
Gandi melepaskan Neva dan melangkah mundur dengan hampa.
Pada saat ini, perasaan berdebar-debar sakit yang belum pernah muncul sebelumnya, tiba-tiba mengelilingi Gandi.
Dia berbalik, membanting pintu dan pergi.
Di depan pagar di lantai dua, Gandi berusaha keras untuk menenangkan diri.
Tapi saat ini, otaknya dipenuhi dengan ucapan dan sikap Neva tadi, Neva mengangguk dan mengatakan lakukan seperti keinginanmu.
Bagaimana wanita ini bisa seperti ini? Tidak bisakah Neva merasakan cinta Gandi padanya?
Gandi melemparkan dua kepalan tangannya ke pagar, ke pagar kayu mahoni yang keras, terdengar suara kriek muncul dengan bekas robek.
Setelah amarah di hatinya mereda, dia membuka pintu dan kembali ke kamar tidur.
Neva saat ini seperti perahu kecil yang mengapung dalam gelombang besar.
Dia mengulurkan tangannya dengan hampa dan meraih gelang giok yang tidak bisa dijangkaunya di lantai.
Bahkan jika itu adalah Gandi yang sudah melampiaskan dan meredakan amarahnya, kemarahan yang baru saja dia tekan kembali melonjak begitu saja.
"Apa gelang ini lebih penting dari segalanya untukmu?"
Kata Gandi dengan dingin.
Meskipun Neva hampir pingsan, masih ada kesadaran di hatinya. Dia mengatakan pada dirinya sendiri untuk melindungi gelang giok itu.
Dia tidak bicara, tapi tangannya membuat gerakan yang lebih praktis, mencoba meraih gelang giok yang hancur di lantai dan membuat gerakan menggenggam di tangannya.
"Aku mengerti, gerakanmu ini mewakili apa yang kamu pikirkan.”
Gandi melangkah maju, meraih betis halus Neva dan menyeretnya turun langsung dari tempat tidur.
Dengan sekali gerakan, Neva jatuh ke lantai. Wajah lembut Neva tidak bisa menahan diri mengernyit.
Tapi saat berikutnya, ada sesuatu yang panjang, panas dan liar menempel di bibirnya.
"Puaskan aku, atau aku buang gelang giokmu itu ke tempat sampah!"
Bahkan pada saat ini, Neva merasa sangat terhina sekali.
Dia merapatkan bibirnya dengan erat dan tidak ingin membiarkan dirinya melakukan hal semacam itu.
Tapi perkataan Gandi tidak pernah bercanda.
Melihat Neva tidak ingin melakukannya, Gandi bangkit dan kemudian menelepon, "Kamu datanglah ke vila dengan mesin penghancur."
Hati Neva terkejut dan dia mengulurkan tangan dengan putus asa, mencoba meraih bagian tubuh bawah Gandi itu.
"Tuan Gandi, jangan...."
Tapi Gandi menepis tangan Neva dengan tak berperasaan. Lalu, berkata dengan dinginnya, “Karena di hatimu ada pria yang lebih penting bagimu, kalau begitu, Jadi mulai sekarang kita cukup menjadi pasangan suami istri yang hanya memenuhi kebutuhan fisik saja!”
Hati Neva tiba-tiba terasa sakit, seolah sesuatu yang sangat penting telah hancur total.
Dia berdiri dengan keras, mencoba untuk memusatkan pandangannya dan kemudian mendekatkan bibirnya ke Gandi.
Kamar ini dipenuhi nuansa romantis, di kamar tidur ini penuh dengan cita rasa unik kegembiraan hasrat dan nafsu pria dan wanita.
Tapi suara dingin bergema di kamar tidur ini.
"Ayo, lanjutkan, apa kamu tidak bersedia berkorban? Hari ini kamu harus membayar harga yang cukup. Selama kamu membuatku nyaman dan puas, aku tidak akan pernah peduli lagi siapa yang ada di hatimu!"
Gandi meraih kepala Neva dan terus memaksa Neva untuk melahap bagian tubuh bawahnya hingga puas.
Mulut Neva sudah mati rasa dan bahkan ada bau samar darah menyebar di mulutnya.
Dia saat ini terlihat sangat muram dan lesu, keringat di wajahnya membasahi rambutnya dan berubah menjadi segembel-gembel rambut. Gandi memperlakukannya dengan kasar dan tubuhnya yang tersiksa penuh dengan bekas pelecehan.
Luka memar di depannya yang terasa dingin, noda darah di bawah tubuhnya dan perasaan mencapai titik terdalam membuatnya ingin muntah.
Bahkan di tubuhnya yang sarafnya sudah mati rasa, dia masih bisa merasakan sakit.
Tubuhnya sakit, hatinya lebih sakit lagi.
Gandi meraih kepala Neva dan menekan-nekan kepalanya di bawah bagian tubuhnya sampai akhir, tapi sepertinya sudah kehilangan tenaganya.
Dia mendorong Neva pergi tanpa ketertarikan sama sekali, lalu mengambil selimut dan membungkus tubuhnya sendiri dengan selimut.
Sepertinya dia merasa mual dan ingin muntah ketika seorang wanita sekotor Neva melihat tubuhnya.
"Benda itu, milikmu sekarang."
Gandi berbalik dan pergi ke kamar mandi lagi.
Guyuran air yang mengalir dibuka secara maksimal dan dibuka dengan setelan terpanas olehnya.
Kulitnya dengan cepat menjadi merah terbakar. Tapi pada saat yang sama membakar diri dan juga perasaannya terhadap Neva.
Neva, tahukah kamu, sebenarnya aku juga pernah menyukaimu?
Neva yang ada di lantai semakin kabur penglihatannya.
Dia memegang pecahan gelang giok di tangannya, pecahan tajam itu telah menembus tangannya.
Tapi dia sepertinya tidak merasakan sakit, dia masih memegangnya dengan erat.
Saat Gandi keluar dari kamar mandi, terdengar ketukan pintu di lantai bawah.
Gandi melihat ponselnya yang menyala, lalu Gandi turun.
Dia membuka pintu dan melihat Rey berdiri tepat di depan pintu.
"Presdir Gandi, mesin penghancur yang kamu inginkan."
Setelah melirik mesin itu sebentar, Gandi melambaikan tangannya dan berkata, "Naiklah ke atas!"
Rey membeku sesaat, tidak mengerti maksud Gandi.
"Presdir Gandi, itu, di kamar tidurmu..."
Senyuman mengejek muncul di wajah Gandi dan berkata, "Tapi wanita di kamar tidur itu tidak menyukaiku!"
Hati Rey terguncang dan dia langsung merasakan poin penting buruk yang sensitif di sini.
Artinya Gandi mengatakan kalau Neva tidak menyukainya, tapi bukan karena Gandi tidak suka.
Rey tiba-tiba menjadi gugup dan keringat dingin keluar dari punggungnya. Pada saat ini, dia mengerti bahwa dia ada di sini untuk menjadi senjata saja.
"Presdir Gandi, aku..."
"Mengapa kamu hari ini bicara begitu banyak omong kosong sih? Sudah bosan berada di posisi ini sekarang ya?"
Gandi yang sedang bad mood langsung melampiaskan amarahnya pada Rey.
Rey segera berdiri tegak dan berkata, "Siap laksanakan perintah presdir Gandi."
Kemudian, dia berjalan naik ke atas dengan cepat.
Tapi baru melangkah beberapa saat, dia mendengar Gandi berkata, "Matikan lampu saat kamu baru masuk, jangan lihat yang tidak seharusnya dilihat. Ada pecahan gelang giok di lantai, kamu cari seseorang yang bisa memperbaikinya!"
Tubuh Rey bergetar, lalu dia merasakan ekspresi dingin di punggungnya yang membuat bulu kuduknya berdiri.
"Mengerti!"
Meskipun dia sudah menyiapkan batinnya. Dia masuk dan langsung mematikan lampu, lalu menarik selimut dari tempat tidur dan meletakkannya di tubuh Neva.
Saat lampu menyala lagi, Rey tanpa sadar langsung mengerutkan kening.
Pemandangan di kamar ini terlalu mengerikan, ada noda darah di mana-mana di ruangan itu.
Neva masih memegang pecahan gelang giok dengan erat di tangannya. Rey mengerutkan kening melihat ini, dia mengulurkan tangan dan mencoba mengecek napasnya, napas Neva begitu lemah.
Meski ini adalah Rey, dia masih saja merasa apa yang dilakukan presdir Gandi ini sudah keterlaluan.
Mana ada kehidupan pernikahan suami istri seperti ini. Ini justru menunjukkan kalau ini hanya menginginkan nyawa Neva.
Jelas saat ini tidak mungkin memanggil ambulans. Karena jika dipotret oleh paparazzi pasti malah akan memunculkan skandal dan berita buruk lain.
Rey menggendong Neva, ketika baru saja akan keluar, dia mendengar sedikit hawa panas dari sekitar lehernya, "Tuan Gandi, Tuan Gandi, gelang giok ini benar-benar diberikan kepadaku oleh adikku!"
Di rumah sakit swasta Grup Tirta, Neva terbaring di bangsal dengan beberapa selang digantung di tubuhnya, mulai selang transfusi darah, penghirup oksigen dan larutan nutrisi, dll.
Tetapi bahkan dalam keadaan koma, air matanya masih mengalir di pipinya setetes demi setetes.
Ada suara dingin yang selalu berteriak di hati Neva.
Mustahil pria ini mencintaimu, kamu hanyalah peliharaannya saja.
Saat dia bahagia, dia akan memanjakanmu.
Saat dia tidak bahagia, dia akan menyerang dan menganiayamu dengan keras.
Mengenai hidup dan matimu, apa ada hubungannya dengannya?
Rey memandang ke dokter dan berkata, " Dokter Chen, kamu harusnya mengerti apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan kan?"
Dokter Chen mengiyakan, sebagai karyawan grup Tirta. Dia pasti tahu wanita yang terbaring di tempat tidur ini adalah istri muda kedua dari keluarga Tirta.
Mengenai istri dari tuan muda kedua terluka seperti ini, Dokter Chen yang baru saja melakukan operasi, tidak dapat menahan perasaan sedikit gemetar di dalam hatinya.
Presdir Gandi, hari-hari biasa tidak terlihat seperti orang yang kasar!
"Mengerti, asisten khusus Rey, aku akan tutup mulut dan menjaga rahasia ini."
Setelah Rey meminta dokter untuk merawat baik-baik Neva, dia membuka pintu bangsal lalu keluar.
Bau rumah sakit sangat tidak enak dicium, penuh rasa dingin bau disinfektan.
Dia mengeluarkan sebatang rokok, siap untuk pergi ke balkon untuk menenangkan diri.
Bagaimanapun selama ini, Rey mengenal Gandi adalah orang yang berpikir logis dan tak berperasaan selamanya.
Namun luka-luka yang ada pada tubuh Neva hari ini telah menyegarkan kembali pandangannya tentang bosnya.
Begitu dia sampai di balkon, tatapan mata Rey membeku.
Rokok yang dia pegang di tangannya jatuh ke lantai.
"Presdir Gandi, apa yang kamu lakukan di sini?"
Gandi tidak langsung menjawab, melainkan mengambil rokok Rey. Lalu, menyalakannya dengan rokoknya dan menyerahkannya kepada Rey.
Rey mengambilnya, tanpa peduli dengan debu lantai di rokok itu.
Setelah menarik aroma rokok itu dalam-dalam, dia merasa sedikit lebih tenang.
"Apa dia baik-baik saja?"
"Iya, dia baik-baik saja."
Setelah Rey selesai berbicara, dia merasa tidak bebas.
Karena dia banyak tidak mengerti mengenai semua ini. Bahkan jikapun dimaki oleh Gandi dan membuat Gandi marah, dia tetap ingin mengatakan dan menanyakan hal ini.
"Presdir Gandi..."
"Aku tahu apa yang ingin kamu katakan."
Sebelum kata-kata Rey diucapkan, Gandi langsung menyelanya.
Rokok Gandi sudah dihisap habis, suhu di rokok itu sudah agak panas di tangannya. Tapi Gandi belum membuangnya.
Dia melihat ke kejauhan, malam di kota Z sungguh indah. Cahaya yang terang benderang dan gedung tinggi grup Tirta terlihat tidak jauh dari keramaian.
Dua kata yang tertulis Grup Tirta yang berlapis emas tidak lagi menunjukkan kemewahan dan kekuasaan dari grup Tirta.
Tapi meskipun gedung besar itu miliknya, tapi kenapa wanita itu tidak bisa tulus memberikan hatinya padanya?
Novel Terkait
Kamu Baik Banget
Jeselin VelaniMenantu Hebat
Alwi GoCinta Tak Biasa
SusantiMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaMeet By Chance
Lena TanLove In Sunset
ElinaAfter The End
Selena BeeCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip