Cinta Yang Dalam - Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu

Ucapan Gandi ini membuat perasan terakhir untuk Gandi di dalam lubuk hati Neva langsung hancur total.

Pria ini telah melihat darah di sekujur tubuh Neva. Tapi dia masih saja mau melakukan ini, apa dia merasa Neva hanya menghalangi pandangan matanya?

Jejak keputusasaan melintas di mata Neva, lalu tiba-tiba Neva menjadi dingin dan menjawab "Silahkan lakukan apa yang kamu inginkan!"

Semua ini lebih dari kata-kata.

Gandi menegang sejenak, lalu tubuhnya gemetaran tak terkendali.

Dia melangkah maju, meraih tubuh bagian atas Neva seperti menyeret sampah, lalu menarik Neva.

Rasa sakit akibat ditarik dan ini membuat Neva menjerit kesakitan.

"Heh, kamu tahu rasa sakit juga ternyata? Neva, aku akan memberimu satu kesempatan terakhir, apa kamu yakin..."

Gandi berharap ini hanya emosi semata dari Neva, jadi dia ingin mengkonfirmasi dengan Neva apa yang baru saja neva katakan.

Tapi belum dia selesai bicara, Neva mengangguk dengan air mata berlinangan.

Itu seperti tamparan keras di tubuh Gandi.

Gandi melepaskan Neva dan melangkah mundur dengan hampa.

Pada saat ini, perasaan berdebar-debar sakit yang belum pernah muncul sebelumnya, tiba-tiba mengelilingi Gandi.

Dia berbalik, membanting pintu dan pergi.

Di depan pagar di lantai dua, Gandi berusaha keras untuk menenangkan diri.

Tapi saat ini, otaknya dipenuhi dengan ucapan dan sikap Neva tadi, Neva mengangguk dan mengatakan lakukan seperti keinginanmu.

Bagaimana wanita ini bisa seperti ini? Tidak bisakah Neva merasakan cinta Gandi padanya?

Gandi melemparkan dua kepalan tangannya ke pagar, ke pagar kayu mahoni yang keras, terdengar suara kriek muncul dengan bekas robek.

Setelah amarah di hatinya mereda, dia membuka pintu dan kembali ke kamar tidur.

Neva saat ini seperti perahu kecil yang mengapung dalam gelombang besar.

Dia mengulurkan tangannya dengan hampa dan meraih gelang giok yang tidak bisa dijangkaunya di lantai.

Bahkan jika itu adalah Gandi yang sudah melampiaskan dan meredakan amarahnya, kemarahan yang baru saja dia tekan kembali melonjak begitu saja.

"Apa gelang ini lebih penting dari segalanya untukmu?"

Kata Gandi dengan dingin.

Meskipun Neva hampir pingsan, masih ada kesadaran di hatinya. Dia mengatakan pada dirinya sendiri untuk melindungi gelang giok itu.

Dia tidak bicara, tapi tangannya membuat gerakan yang lebih praktis, mencoba meraih gelang giok yang hancur di lantai dan membuat gerakan menggenggam di tangannya.

"Aku mengerti, gerakanmu ini mewakili apa yang kamu pikirkan.”

Gandi melangkah maju, meraih betis halus Neva dan menyeretnya turun langsung dari tempat tidur.

Dengan sekali gerakan, Neva jatuh ke lantai. Wajah lembut Neva tidak bisa menahan diri mengernyit.

Tapi saat berikutnya, ada sesuatu yang panjang, panas dan liar menempel di bibirnya.

"Puaskan aku, atau aku buang gelang giokmu itu ke tempat sampah!"

Bahkan pada saat ini, Neva merasa sangat terhina sekali.

Dia merapatkan bibirnya dengan erat dan tidak ingin membiarkan dirinya melakukan hal semacam itu.

Tapi perkataan Gandi tidak pernah bercanda.

Melihat Neva tidak ingin melakukannya, Gandi bangkit dan kemudian menelepon, "Kamu datanglah ke vila dengan mesin penghancur."

Hati Neva terkejut dan dia mengulurkan tangan dengan putus asa, mencoba meraih bagian tubuh bawah Gandi itu.

"Tuan Gandi, jangan...."

Tapi Gandi menepis tangan Neva dengan tak berperasaan. Lalu, berkata dengan dinginnya, “Karena di hatimu ada pria yang lebih penting bagimu, kalau begitu, Jadi mulai sekarang kita cukup menjadi pasangan suami istri yang hanya memenuhi kebutuhan fisik saja!”

Hati Neva tiba-tiba terasa sakit, seolah sesuatu yang sangat penting telah hancur total.

Dia berdiri dengan keras, mencoba untuk memusatkan pandangannya dan kemudian mendekatkan bibirnya ke Gandi.

Kamar ini dipenuhi nuansa romantis, di kamar tidur ini penuh dengan cita rasa unik kegembiraan hasrat dan nafsu pria dan wanita.

Tapi suara dingin bergema di kamar tidur ini.

"Ayo, lanjutkan, apa kamu tidak bersedia berkorban? Hari ini kamu harus membayar harga yang cukup. Selama kamu membuatku nyaman dan puas, aku tidak akan pernah peduli lagi siapa yang ada di hatimu!"

Gandi meraih kepala Neva dan terus memaksa Neva untuk melahap bagian tubuh bawahnya hingga puas.

Mulut Neva sudah mati rasa dan bahkan ada bau samar darah menyebar di mulutnya.

Dia saat ini terlihat sangat muram dan lesu, keringat di wajahnya membasahi rambutnya dan berubah menjadi segembel-gembel rambut. Gandi memperlakukannya dengan kasar dan tubuhnya yang tersiksa penuh dengan bekas pelecehan.

Luka memar di depannya yang terasa dingin, noda darah di bawah tubuhnya dan perasaan mencapai titik terdalam membuatnya ingin muntah.

Bahkan di tubuhnya yang sarafnya sudah mati rasa, dia masih bisa merasakan sakit.

Tubuhnya sakit, hatinya lebih sakit lagi.

Gandi meraih kepala Neva dan menekan-nekan kepalanya di bawah bagian tubuhnya sampai akhir, tapi sepertinya sudah kehilangan tenaganya.

Dia mendorong Neva pergi tanpa ketertarikan sama sekali, lalu mengambil selimut dan membungkus tubuhnya sendiri dengan selimut.

Sepertinya dia merasa mual dan ingin muntah ketika seorang wanita sekotor Neva melihat tubuhnya.

"Benda itu, milikmu sekarang."

Gandi berbalik dan pergi ke kamar mandi lagi.

Guyuran air yang mengalir dibuka secara maksimal dan dibuka dengan setelan terpanas olehnya.

Kulitnya dengan cepat menjadi merah terbakar. Tapi pada saat yang sama membakar diri dan juga perasaannya terhadap Neva.

Neva, tahukah kamu, sebenarnya aku juga pernah menyukaimu?

Neva yang ada di lantai semakin kabur penglihatannya.

Dia memegang pecahan gelang giok di tangannya, pecahan tajam itu telah menembus tangannya.

Tapi dia sepertinya tidak merasakan sakit, dia masih memegangnya dengan erat.

Saat Gandi keluar dari kamar mandi, terdengar ketukan pintu di lantai bawah.

Gandi melihat ponselnya yang menyala, lalu Gandi turun.

Dia membuka pintu dan melihat Rey berdiri tepat di depan pintu.

"Presdir Gandi, mesin penghancur yang kamu inginkan."

Setelah melirik mesin itu sebentar, Gandi melambaikan tangannya dan berkata, "Naiklah ke atas!"

Rey membeku sesaat, tidak mengerti maksud Gandi.

"Presdir Gandi, itu, di kamar tidurmu..."

Senyuman mengejek muncul di wajah Gandi dan berkata, "Tapi wanita di kamar tidur itu tidak menyukaiku!"

Hati Rey terguncang dan dia langsung merasakan poin penting buruk yang sensitif di sini.

Artinya Gandi mengatakan kalau Neva tidak menyukainya, tapi bukan karena Gandi tidak suka.

Rey tiba-tiba menjadi gugup dan keringat dingin keluar dari punggungnya. Pada saat ini, dia mengerti bahwa dia ada di sini untuk menjadi senjata saja.

"Presdir Gandi, aku..."

"Mengapa kamu hari ini bicara begitu banyak omong kosong sih? Sudah bosan berada di posisi ini sekarang ya?"

Gandi yang sedang bad mood langsung melampiaskan amarahnya pada Rey.

Rey segera berdiri tegak dan berkata, "Siap laksanakan perintah presdir Gandi."

Kemudian, dia berjalan naik ke atas dengan cepat.

Tapi baru melangkah beberapa saat, dia mendengar Gandi berkata, "Matikan lampu saat kamu baru masuk, jangan lihat yang tidak seharusnya dilihat. Ada pecahan gelang giok di lantai, kamu cari seseorang yang bisa memperbaikinya!"

Tubuh Rey bergetar, lalu dia merasakan ekspresi dingin di punggungnya yang membuat bulu kuduknya berdiri.

"Mengerti!"

Meskipun dia sudah menyiapkan batinnya. Dia masuk dan langsung mematikan lampu, lalu menarik selimut dari tempat tidur dan meletakkannya di tubuh Neva.

Saat lampu menyala lagi, Rey tanpa sadar langsung mengerutkan kening.

Pemandangan di kamar ini terlalu mengerikan, ada noda darah di mana-mana di ruangan itu.

Neva masih memegang pecahan gelang giok dengan erat di tangannya. Rey mengerutkan kening melihat ini, dia mengulurkan tangan dan mencoba mengecek napasnya, napas Neva begitu lemah.

Meski ini adalah Rey, dia masih saja merasa apa yang dilakukan presdir Gandi ini sudah keterlaluan.

Mana ada kehidupan pernikahan suami istri seperti ini. Ini justru menunjukkan kalau ini hanya menginginkan nyawa Neva.

Jelas saat ini tidak mungkin memanggil ambulans. Karena jika dipotret oleh paparazzi pasti malah akan memunculkan skandal dan berita buruk lain.

Rey menggendong Neva, ketika baru saja akan keluar, dia mendengar sedikit hawa panas dari sekitar lehernya, "Tuan Gandi, Tuan Gandi, gelang giok ini benar-benar diberikan kepadaku oleh adikku!"

Di rumah sakit swasta Grup Tirta, Neva terbaring di bangsal dengan beberapa selang digantung di tubuhnya, mulai selang transfusi darah, penghirup oksigen dan larutan nutrisi, dll.

Tetapi bahkan dalam keadaan koma, air matanya masih mengalir di pipinya setetes demi setetes.

Ada suara dingin yang selalu berteriak di hati Neva.

Mustahil pria ini mencintaimu, kamu hanyalah peliharaannya saja.

Saat dia bahagia, dia akan memanjakanmu.

Saat dia tidak bahagia, dia akan menyerang dan menganiayamu dengan keras.

Mengenai hidup dan matimu, apa ada hubungannya dengannya?

Rey memandang ke dokter dan berkata, " Dokter Chen, kamu harusnya mengerti apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan kan?"

Dokter Chen mengiyakan, sebagai karyawan grup Tirta. Dia pasti tahu wanita yang terbaring di tempat tidur ini adalah istri muda kedua dari keluarga Tirta.

Mengenai istri dari tuan muda kedua terluka seperti ini, Dokter Chen yang baru saja melakukan operasi, tidak dapat menahan perasaan sedikit gemetar di dalam hatinya.

Presdir Gandi, hari-hari biasa tidak terlihat seperti orang yang kasar!

"Mengerti, asisten khusus Rey, aku akan tutup mulut dan menjaga rahasia ini."

Setelah Rey meminta dokter untuk merawat baik-baik Neva, dia membuka pintu bangsal lalu keluar.

Bau rumah sakit sangat tidak enak dicium, penuh rasa dingin bau disinfektan.

Dia mengeluarkan sebatang rokok, siap untuk pergi ke balkon untuk menenangkan diri.

Bagaimanapun selama ini, Rey mengenal Gandi adalah orang yang berpikir logis dan tak berperasaan selamanya.

Namun luka-luka yang ada pada tubuh Neva hari ini telah menyegarkan kembali pandangannya tentang bosnya.

Begitu dia sampai di balkon, tatapan mata Rey membeku.

Rokok yang dia pegang di tangannya jatuh ke lantai.

"Presdir Gandi, apa yang kamu lakukan di sini?"

Gandi tidak langsung menjawab, melainkan mengambil rokok Rey. Lalu, menyalakannya dengan rokoknya dan menyerahkannya kepada Rey.

Rey mengambilnya, tanpa peduli dengan debu lantai di rokok itu.

Setelah menarik aroma rokok itu dalam-dalam, dia merasa sedikit lebih tenang.

"Apa dia baik-baik saja?"

"Iya, dia baik-baik saja."

Setelah Rey selesai berbicara, dia merasa tidak bebas.

Karena dia banyak tidak mengerti mengenai semua ini. Bahkan jikapun dimaki oleh Gandi dan membuat Gandi marah, dia tetap ingin mengatakan dan menanyakan hal ini.

"Presdir Gandi..."

"Aku tahu apa yang ingin kamu katakan."

Sebelum kata-kata Rey diucapkan, Gandi langsung menyelanya.

Rokok Gandi sudah dihisap habis, suhu di rokok itu sudah agak panas di tangannya. Tapi Gandi belum membuangnya.

Dia melihat ke kejauhan, malam di kota Z sungguh indah. Cahaya yang terang benderang dan gedung tinggi grup Tirta terlihat tidak jauh dari keramaian.

Dua kata yang tertulis Grup Tirta yang berlapis emas tidak lagi menunjukkan kemewahan dan kekuasaan dari grup Tirta.

Tapi meskipun gedung besar itu miliknya, tapi kenapa wanita itu tidak bisa tulus memberikan hatinya padanya?

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu