Cinta Yang Dalam - Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
Sejak melihat Neva kemarin, Doremi merasa dirinya telah jatuh cinta.
Dia pernah mendengar tentang Neva, di dalam kesannya, Neva seharusnya adalah seorang wanita yang memiliki kehidupan pribadi kacau dan menggunakan segala cara untuk mendapatkan barang atau orang yang dia ingin miliki.
Tetapi, setelah menjumpai orang asli Neva, hati Doremi langsung tertarik olehnya setelah melihat auranya yang jernih dan polos dari dalam sampai luar.
Menyukai seseorang itu memang sesederhana ini.
"Kamu menggambar siapa?" Melihat suasana sedikit canggung ditambah pria itu terus menatap kepadanya, Neva akhirnya pun bersuara duluan.
Jantung Doremi mengerat, dia ditarik kembali ke realitas dan tersenyum: "Seorang teman kampusku"
Dia tersenyum dengan lembut kepada Neva, kemudian menambah di dalam hati, ini juga merupakan orang yang dia sukai.
Neva hanya berkata oh, dia tidak menyangka di dunia ini masih ada orang yang begitu mirip dengannya.
"Apakah kamu berjurusan di seni rupa?" Neva tidak bermaksud memperdalam masalah tadi, jadi dia pun mengalihkan topik lagi.
Wajah Doremi memerah, dia mengangguk kemudian menggelengkan kepalanya: "Aku bukan, tetapi aku menyukai seni rupa, aku selalu menghadiri kelas seni rupa pada waktu luangku"
"Bisa menggambar sampai begini sudah termasuk sangat bagus"
Neva memuji dengan tulus. Dia adalah orang yang berpengalaman di industri ini, keterampilan dasar seseorang bisa dilihat hanya dari garis lukis dia.
Doremi tertawa dengan malu dan berkata: "Menggambar hanya hobiku saja. Kalau kakak menyukainya, aku berikan ini kepada kamu saja!"
Kalimat ini membuat tubuh Neva menjadi kaku.
Kalimat ini terdengar sangat familier, sepertinya adegan ini juga pernah terjadi waktu Neva bertemu dengan Nardi untuk pertama kali.
Waktu itu Nardi Aska sedang bermain permainan, Neva menatapnya untuk waktu yang sangat lama kemudian memujinya "Mainan kamu sangat bagus" dan pada akhirnya Nardi memberikan mainannya kepada Neva.
Suara Nardi yang kekanakan masih jelas di ingatan Neva.
Mengapa waktu bisa berjalan begitu cepat, cepat sampai Neva tidak bisa menahan diri.
Bagaimana kehidupan Nardi di luar negeri beberapa tahun ini? Neva sepertinya sudah lama tidak tahu kabarnya.
Berpikir tentang Nardi, Neva pun melamun sejenak. Melihat penampilan Neva yang diam dan lembut, Doremi merasa tempat terlembut di dalam hatinya sudah tersentuh.
Waktu Neva tersenyum, sudut bibir Doremi akan terangkat juga secara refleks. Waktu Neva terasa sedih, dia juga akan merasa sakit hati.
Melihat gelas di depan Neva telah kosong, Doremi pun berdiri, bermaksud untuk menuangkan Neva segelas air.
Pada saat dia baru berputar balik badan, dia melihat beberapa temannya sedang berdiri di belakangnya dan menatap ke dia dan Neva dengan asyik.
"Bang Doremi, dia adalah gadis yang kamu dekati tadi? Lumayan cantik ya" Yang bersuara adalah seorang pria yang tinggi dengan wajah yang cerah dan tampan.
Doremi berkata dengan cemas: "Jangan sembarang berkata, hati-hati kena masalah"
"Kena masalah?" Salah satu dari mereka mengomel, selanjutnya semua orang mulai tertawa, sepertinya mereka sedang menertawakan ketakutan Doremi yang kekanakan ini.
"Bang Doremi, kamu terlalu pelit! Kami tidak menganggu kamu mendekati gadis, tetapi kamu malah mulai mengancam kami. Kamu kapan mengenalnya? Dia terlihat sangat polos dan muda! Apakah dia ada kakak adik lain? Perkenalkanlah kepada kami!"
Seorang pria yang berambut kuning berkata, Doremi memasang gaya mau memukul dia dan dia pun sibuk bersembunyi ke samping.
"Jangan sembarang berkata, dia sudah menikah" Doremi berkata dengan nada suara agak marah.
Kalau berkata tentang ini secara pribadi, Doremi tidak merasa membantah. Tetapi sekarang Neva di sini, Doremi tidak berharap kata-kata temannya yang sembarang membuat Neva tidak senang.
Pria berambut kuning berkata dengan puas: "Bang Doremi, kalau begitu kamu salah. Kalau sudah menikah berarti dia itu nyonya muda, meskipun nyonya muda lebih terasa daripada gadis muda, tetapi orang sudah berkeluarga, hati-hati keceplosan dan kamu dihukum bersamanya!"
Pria yang tinggi itu juga berkata: "Benar, benar. Lanaya masih menunggu kamu dengan penuh semangat, kamu malahan mendekati nyonya muda di sini"
Meskipun kata-kata mereka itu terkesan seperti mempertahankan kebenaran dan keadilan dunia.
Doremi tetap mendengar sesuatu yang masam dari nada suara mereka.
Doremi menampar mereka masing-masing satu kali dan berkata: "Kalian jangan berkata lagi. Ini adalah kakak ipar aku, temparemen abangku tidak baik, kalau dia tahu kalian sembarang berkata, kalian sudah sial nanti!"
"Sial apa?"
Neva ditarik kembali ke realitas karena suara berantem yang bising, kemudian dia pun melihat ke Doremi dengan meragu.
Doremi terlihat seperti bebek yang ditekan lehernya, dia berkata dengan wajah memerah: "Kak Neva, tidak ada apa-apa. Mereka sedang berkata, aku sedang mengingatkan mereka"
Melihat sekelompok pemuda cerah yang berusia pada umur paling cantik dan cerah, Neva tertawa: "Berantem antar teman itu sangat normal, asal jangan kelewatan saja"
Pada saat ini ekspresi pria tinggi sudah terlihat sangat kaget, dia tidak pernah menyangka senyuman seorang wanita itu bisa begitu cantik dan hangat.
Dia terus menatap ke Neva, sampai pria berambut kuning menariknya pun dia tidak sadar.
Pada akhirya, Doremi mendorong pria tinggi ke samping dan membiarkan pria berambut kuning menarik dia pergi.
Pada saat itu ponsel Neva berdering, dia melihat ke ponselnya dan menyadari ibu Tirta menelpon dia.
Neva menarik telpon: "Ibu, kenapa?"
Suara Shinta berdering: "Neva, aku dan Nana keluar dari sisi lain, kamu juga keluar sekarang biar kita pulang saja. Sini terlalu ramai"
Neva berkata iya, kemudian berdiri dan menoleh Doremi: "Aku harus pergi dulu, apakah kamu masih sangat lama di sini?"
Doremi melamun sejenak, ekspresinya terlihat tidak tega untuk sesaat, dia baru bersama Neva tidak lama saja.
Doremi juga iktu berdiri: "Kak Neva, aku juga sudah selesai. Ayo kita pulang bersama saja"
Neva melihat ke lukisan yang Doremi menyimpan tadi dan bertanya: "Bukannya beberapa temanmu masih belum pulang? Kamu mau mengikuti aku pulang sekarang?"
"Apa? Mereka belum pulang ya?" Doremi memasang ekspresi baru menyadarinya.
"Tidak apa-apa, jangan peduli mereka. Tujuan mereka datang ke sini hanya demi mendekati adik kelas saja" Neva tertawa setelah mendengar kata-katanya, Doremi menjadi sedikit konyol lagi.
Pada saat Neva dan Doremi baru berjalan beberapa langkah, Doremi pun tiba-tiba memberikan lukisan itu kepada Neva dan berkata, "Kakak Neva, semakin melihat, aku merasa orang di lukisan ini mirip dengan kamu, aku berikan kepada kamu saja!"
Jangan Doremi berkata wanita di lukisan mirip dengan Neva, Neva Aksa sendiri melihat saja merasa bagaimana di dunia ini bisa ada orang yang begitu mirip pada dirinya.
Neva bukan orang yang pandai berkata, dia juga tidak pandai bersikap munafik, jadi setelah mengambil lukisan dia pun berkata: "Kalau begitu aku mengucapkan terima kasih, anggap saja kamu melukis potret aku!"
Pada saat tiba di gerbang, Neva pun melihat pria tinggi dan pria berambut kuning yang bersama dengan Doremi sedang berdiri di samping dengan wajah pahit.
Sementara di sisi mereka masih berdiri seorang gadis.
Melihat Neva berdiri di samping Doremi, wajah gadis itu langsung tenggelam.
Lanaya melangkah dengan cepat, pada saat ini dia merasa Doremi itu seorang pria jahat.
"Doremi!"
Lanaya berteriak dengan kuat, suaranya kuat sampai Neva merasa gendang telinganya sudah mau pecah.
Teriakan Lanaya berhasil membuat semua orang mengalihkan perhatian mereka kepadanya, Doremi mengerutkan alisnya dan berkata: "Kamu datang buat apa?"
Lanaya berjalan beberapa langkah dan berkata dengan nada suara marah dan sedikit manja: "Bang Doremi, kenapa sisi kamu memiliki berbagai jenis orang!?"
Sambil berkata, Lanaya melihat ke Neva dengan tatapan menantang, kemudian dia pun menambah: "Sementara dia, tidak terlihat seperti seorang wanita yang serius dan beretika!"
Novel Terkait
Pernikahan Kontrak
JennyPergilah Suamiku
DanisThe Richest man
AfradenIstri Yang Sombong
JessicaPengantin Baruku
FebiSi Menantu Buta
DeddyCEO Daddy
TantoCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip