Cinta Yang Dalam - Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
Ramon melihat foto pertama, dan tiba-tiba terlihat sedikit sulit dipercaya.
Dia langsung mengambil foto-foto itu, setelah melihat lebih dari sepuluh lembar foto, tangan yang memegang foto itu sedikit mengeras: "Ini, apa yang terjadi?"
Gladis menatap Ramon dan berkata: "Apa lagi yang bisa terjadi? Kamu sudah menjadi seorang paman!"
Neva sudah mengunci dirinya di dalam kamar tidur selama tiga puluh enam jam, selama itu Mbok Ting datang dan mengetuk pintu berkali-kali, meminta dirinya setidaknya makan sedikit saja.
Tapi Neva selalu menolak, dan meminta Mbok Ting untuk tidak memperdulikannya dan membiarkannya untuk menenangkan diri.
Neva memegang gelang giok di tangannya, tapi dia tidak memakainya lagi.
Karena di dalam hatinya tahu jelas bahwa jika dia terus memakainya, dia hanya akan membuat Gandi marah lagi.
Tapi jika dia tidak memakainya, hatinya akan terasa kosong, dan rasa bersalah dirinya akan menjadi lebih kuat.
Saat ini, Mbok Ting mengetuk pintu lagi dan berkata: "Nyonya Muda, kamu keluar dan makan sesuatu, ini sudah tengah hari."
Neva berkata dengan nada rendah: "Mbok Ting, jangan khawatirkan aku, aku akan makan jika aku lapar."
"Kalau begitu kamu juga harus memperhatikan tubuhmu!" kata Mbok Ting dengan cemas.
Neva belum makan apapun selama satu setengah hari, bagaimana mungkin tubuh manusia normal bisa menerima ini.
Setelah menunggu cukup lama, juga tidak terdengar suara jawaban Neva.
Mbok Ting hanya bisa menggelengkan kepala dengan tak berdaya lagi, dan kembali ke bawah.
Dia mencengkeram ponsel, dan beberapa kali ragu-ragu apakah dia harus memberitahu Nyonya Tirta atau tidak.
Bagaimanapun pasangan muda ini bertengkar sampai saling melecehkan, dan masalah ini sudah sedikit serius.
Neva duduk di balkon, berjemur di bawah sinar matahari yang hangat, yang membuatnya merasa mengantuk.
Tapi hanya ada perasaan ini saja, pikirannya masih sangat jernih.
Dia mengklik antarmuka WeChat Gandi beberapa kali dan mengetik satu kata maaf di kotak obrolan.
Mengetik, kemudian hapus, mengetik lagi, dan dihapus lagi ….
Seolah-olah telah memasuki tindakan berulang yang tak ada habisnya sampai dunia berakhir!
Gandi tidak pergi ke perusahaan hari ini, dan dia masih berada di Perumahan Mashita.
Di pagi hari, Richie mengeong dan membangunkan dia yang baru saja tertidur.
Dia pergi berjalan-jalan dengan Richie, dan Richie menemukan teman bermain anjing baru di perumahan, tanpa malu-malu dia langsung meninggalkan Gandi Tuannya ini dan pergi sendirian.
Setelah Gandi kembali ke rumah, dia membuat secangkir kopi kental, setelah minum beberapa teguk, dan dia merasa kepalanya masih terasa sedikit pusing.
Mungkinkah semalam Neva telah memukul kepalanya sampai rusak?
Gandi terus memikirkan, dan merasa bahwa dia terlalu membesar-besarkan masalah.
Saat ini ponselnya berdering, itu telepon dari Mbok Ting.
"Gandi, atau sebaiknya kamu pulang dulu! Nyonya Muda masih mengunci dirinya di kamar, apapun yang aku katakan, dia tetap tidak membuka pintu."
Kata-kata Mbok Ting dipenuhi dengan keprihatinan yang mendalam, membuat hati Gandi terasa sedikit sakit.
Neva ini, bagaimana dia menipu orang, sehingga seluruh keluarga sangat memedulikannya dan memperlakukannya sebagai wanita yang baik.
"Dia belum makan? Temperamennya begitu keras?" tanya Gandi.
Mbok Ting berkata: "Pasangan suami istri bertengkar dan akan berdamai di ranjang, kamu kembali dan bujuklah dia, pasti akan baik-baik saja."
Gandi tidak menjawab, juga tidak menyela, dan hanya mengatakan beberapa kata sepele kepada Mbok Ting lalu menutup telepon.
Dia duduk di sofa sebentar, merasa sedikit bosan, lalu bangkit berdiri dan berjalan ke jendela.
Kebetulan saat ini, dia melihat Richie, saat ini sedang menunggang di atas tubuh seekor anjing Samoyed, mendesing.
Yang paling parah adalah, di tubuh Samoyed bukan hanya dia seekor saja, tapi masih ada seekor kucing hitam.
Matam hitam itu tampak seperti laki-laki.
Tiba-tiba hati Gandi menerima sepuluh ribu serangan kritis, saat ini, bahkan kucing pun sudah mulai memperlihatkan kemesraan?
Dia berjalan mondar-mandir beberapa kali di ruang tamu, dengan hati gelisah.
Tanpa disadari, ketika dia membuka pintu mobil, dia tiba-tiba sadar, kenapa dia keluar rumah?
Dia merenung sejenak, dan akhirnya duduk ke dalam mobil.
Menyalakan mobil dan berkendara menuju ke lokasi vila.
Wanita ini, ingin melakukan tawar-menawar dengan dirinya dengan cara mengurung diri, benar-benar konyol.
Dia hanya kembali untuk melihat-lihat saja, dan tidak akan pernah membujuk atau berkompromi dengannya.
Setelah mengambil keputusan, Gandi pun menginjak pedal gas sepenuhnya.
Perjalanan yang biasanya membutuhkan waktu 40 menit, kali ini dia hanya butuh waktu 20 menit, dan sampai di sana.
Dia baru saja memarkir mobil dan keluar dari mobil, lalu dia melihat Mbok Ting berjalan mendekat.
"Gandi, Kamu naik dan bujuk Nyonya Muda dengan baik! Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kalian berdua …."
Sebelum Mbok Ting menyelesaikan kata-katanya, Gandi langsung memotong pembicaraannya dengan mengulurkan tangan.
Dia berkata: "Aku tahu, Mbok Ting. Dimana tangga rumah kita?"
Tangga? Mbok Ting sedikit bingung.
Tapi kemudian dia pun menyadari, dan tiba-tiba berkata dengan sedikit terkejut: "Kenapa, kamu ingin naik tangga? Tidak bisa tidak bisa, itu terlalu berbahaya, atau panggil orang pembuka kunci datang saja!"
Gandi tidak memedulikan bujukan Mbok Ting, dan Gandi pergi ke ruang penyimpanan lalu membawa tangga lipat keluar.
Setelah menegakkan tangga, lalu dia menyandarkannya ke balkon kamar tidur di lantai dua.
Gandi dapat melihat dengan jelas, jendela balkon masih terbuka, dan dia bisa masuk ke kamar tidur dari sana.
Apakah wanita ini berpikir bahwa dengan menutup pintu bisa membuat perdamaian?
Mbok Ting memegang tangga dengan gugup di bawah, dan dia menghela nafas lega ketika melihat Gandi merangkak masuk melalui jendela dengan sedikit aneh.
Gandi baru saja masuk melalui jendela dan mendorong pintu balkon, kemudian merasa sedikit kesal sampai giginya terasa sedikit sakit.
Wanita ini, apa dia tahu bahwa dirinya akan memanjat melalui jendela, sehingga mengunci semua pintu balkon?
Dia menggedor pintu balkon: "Neva, buka pintunya!"
Neva yang baru saja kebingungan, dan langsung duduk dari tempat tidur.
Suara ini membuatnya langsung bereaksi, ada orang yang datang?
Dia yang baru ingin berbicara, tetapi mendengar suara yang datang itu malah dari belakang.
Neva melirik ke pintu balkon, dan ketika dia bangun lalu membuka tirai, dia sedikit tercengang.
Gandi, bagaimana dia datang?
Dan, bagaimana dia bisa naik ke balkon?
Ekspresi Neva sedikit canggung, dan ekspresi Gandi tidak jauh lebih baik.
Dua orang saling memandang.
Pada akhirnya Neva mengatupkan bibirnya dan berkata: "Tuan, Tuan Tirta, kamu sudah pulang!"
Gandi merasa kata-kata ini terasa sedikit aneh, apalagi adegan pertemuan ini, terasa sedikit aneh.
Dia berkata: "Ya, buka pintunya!"
Neva membuka kunci, dan Gandi masuk ke dalam.
Neva mencoba yang terbaik untuk menyimpan kepanikan di hatinya, seperti seorang anak kecil yang melakukan kesalahan.
Saat ini adalah sore hari, Gandi kembali, dan masih melalui balkon.
Berpikir tentang ini, dia pasti pulang karena masalahnya.
Apakah ini dianggap bahwa dia telah melakukan masalah lagi?
Gandi melirik ke sekeliling ruangan sekilas, dan kemudian berhenti sejenak di gelang giok di samping tempat tidur.
Dia melepas gelang gioknya?
"Tidak perlu perasaan aman lagi?" awalnya Gandi ingin bertanya pada Neva mengapa dia mengunci diri.
Tapi entah kenapa, kata-kata yang dikeluarkannya, ternyata berhubungan dengan gelang giok.
Tubuh Neva menegang dan berkata dengan pelan: "Akan kupakai saat aku sendirian, dan kelak tidak akan kupakai ketika keluar."
"Ya." Jawab Gandi.
Dia membuka pintu kamar dan berkata: "Lapar tidak?"
Neva mengangguk, dan sedikit salah tingkah.
Saat ini Gandi bergegas berteriak ke bawah: "Mbok Ting, tolong siapkan makanan bergizi!"
"Lima belas menit, kalian bisa turun dan makan." Jawab Mbok Ting, dan langsung pergi ke dapur.
Gandi menoleh dan memandang Neva yang masih berdiri di sana, dia gugup dengan kedua tangan digenggam bersama, seperti anak kecil yang melakukan kesalahan.
"Apa yang kamu lakukan dengan bingung di sini? Apakah kamu tidak takut malu turun ke bawah dengan rambut berantakan dan wajah seperti itu?"
Neva mengucapkan kata-kata ahh, mengangkat kepalanya dengan cepat, dan kemudian menyadari bahwa sekarang rambutnya sangat berantakan, ada kotoran di sekitar matanya dan piyama yang berkerut.
Dia buru-buru pergi ke kamar mandi dan mandi.
Setelah Gandi melihat Neva makan, dia pun meninggalkan vila.
Tidak peduli sebelum atau ketika dia pergi, dia dan Neva tidak berbicara sama sekali.
Dalam perjalanan menuju kantor, ketika menunggu lampu lalu lintas, Gandi mengeluarkan ponsel dan diam-diam mengetik satu kata berdamai di kotak obrolan Neva.
Kemudian, tidak ada kemudian lagi, satu kata itu pun dihapus.
Neva meletakkan gelang itu di bagian bawah lemari, dia tidak akan mengeluarkannya kecuali di saat yang diperlukan.
Memiliki saja sudah cukup, dan tidak perlu untuk memakainya setiap saat untuk mengingatkan dirinya.
Setiap orang harus menghadapi masa sekarang.
Gandi pulang pada pukul satu pagi, Neva yang awalnya sudah tertidur, lalu bangkit berdiri dan membuka pintu, mengambil mantel Gandi dan menggantungnya di gantungan, keduanya tampak seperti pasangan suami istri biasa.
Dia berbaring di tempat tidur, dan sedikit tidak bisa tertidur.
Setelah Gandi mandi dan naik ke tempat tidur, tercium aroma mint, dia tak bisa menahan diri untuk terus menghirup aroma itu.
Tapi detik berikutnya, dia pun masuk ke dalam pelukannya.
Neva sedikit gugup, tetapi Gandi tidak melakukan apa-apa.
Dia hanya memeluk Neva, dan dengan cepat dia mendengar nafasnya yang stabil.
Pelukan yang hangat dan aroma yang harum, Neva engan cepat tertidur dan masuk ke dalam mimpi.
Di pagi hari, sinar matahari masuk melalui tirai, dan berhenti di wajah Neva.
Saat ini Neva sedang bermimpi, di mana ada makanan lezat yang tak terhitung jumlahnya di sekitarnya, dan makanan apa yang ingin dia makan pun akan muncul di hadapannya.
Neva adalah orang yang mudah puas, dia tersenyum bahagia, dan terus-menerus makan, tapi dia tidak merasa kenyang sama sekali.
Pada akhirnya, dia mengigit sebuah daging dan terus tidak bisa memakannya.
Neva cemas, dan tanpa sadar lalu membuka mata untuk melihatnya.
Penglihatannya dari kabur menjadi jelas, senyum pria itu langsung membuat wajahnya memerah.
Kemudian dia menyadari dan dengan cepat mengulurkan tangan untuk menarik tangan Gandi keluar dari mulutnya.
"Lapar?" kata Gandi seperti biasa, berpura-pura seperti tidak melihat wajah Neva yang memerah.
Pada dasarnya dia tidur dengan sangat nyenyak, tapi dia terus mendengar bibir Neva yang terus mengecap tak berhenti.
Kemudian dia langsung memasukkan tangan yang memeluknya itu ke dalam mulutnya.
Dia yang bertubuh kecil, tapi memiliki gigi yang sangat tajam, menggigitnya sampai sedikit sakit.
Neva mengiyakan dengan suara yang sangat kecil, benar-benar memalukan, benar-benar terlalu memalukan.
Keduanya bangun dan turun ke bawah, Mbok Ting sudah selesai menyiapkan sarapan.
Luka di tangan Neva masih belum sembuh, sehingga dia harus sangat berhati-hati saat makan bubur.
Setelah Gandi selesai sarapan, dia melihat Neva yang baru makan sepertiga dari semangkuk bubur.
Dia mengerutkan kening, naik ke atas dan mengganti pakaian, dan ketika dia turun dengan tas kerja, dia berjalan ke meja makan dan memberikan Neva sebuah sedotan.
Dia tidak berbicara, berbalik dan pergi.
Setelah beberapa saat lalu terdengar suara mesin mobil yang dinyalakan, Neva melihat sedotan di depannya, dan hidungnya langsung terasa sedikit sesak.
Cuaca saat ini cukup lumayan, kenapa rinitisnya kambuh lagi?
Novel Terkait
Adore You
ElinaLove In Sunset
ElinaEverything i know about love
Shinta CharityMy Only One
Alice SongCinta Yang Tak Biasa
WennieUnlimited Love
Ester GohCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip