Cinta Yang Dalam - Bab 105 Pahlawan

Ya Tuhan, tolong disaat ini keluarkan Ultraman, Spiderman ataupun pahlawan siapapun, tolonglah dia!

Neva baru saja ingin mengeluarkan kata-kata dari dalam hatinya, kemudian mendengarkan suara dingin berteriak: “Pergi!”

Ia secara reflex melihat kearah suara itu dengan kebingungan.

Kedua hidung belang itu tercengang, apa-apaan ini, tengah malam keluar seorang pria sok pahlawan juga?

Si hidung belang gendut melihat dengan pandangan hina ke Gandi , pria ini terlihat berani, tetapi ini seharusnya hanyalah berpura-pura saja.

Menggoda wanita dan berpura-pura keren didepan mereka? Hah! Ini adalah senjata makan tuan.

“Anak muda, disini tidak ada hubungannya denganmu, cepat enyah!”

Si hidung belang gendut berkata dengan tawa dingin, tetapi baru saja kata-katanya keluar, si hidung belang kurus malah berjalan selangkah kedepan melihat mobil Mercedess Benz Big G yang baru saja dituruni oleh Gandi .

Malam ini mereka kaya raya, sesaat langsung muncul 2 orang yang mengirimkan uang.

Hidung belang kurus mengetahui satu jalan rahasia dimana tidak ada penjaga perbatasan disitu, ia bisa mengendarai mobil Big G ini dan melarikan diri hingga keluar negeri.

Disaat itu menjualnya dan mendapatkan ratusan juta.

“Hei gendut, kenapa mengusir orang? Ia adalah sumber uang kita, kita harus menyambutnya dengan baik.” Sambil berkata, si kurus sudah mengusapkan kepalan tangannya, mengeluarkan pisau buah dari dalam rompinya dan memainkannya dengan tangannya.

Neva yang berada dipojokkan dan tertutupi oleh kegelapan secara diam-diam melihat pria didepannya ini.

Suara ini, terdengar sangat familiar! Postur tubuh ini, juga sangat mirip!

Saat Gandi sedikit mengesampingkan badannya, dibawah lampu jalanan menunjukkan wajahnya, Neva kurang sedikit berteriak.

Gandi , bagaimana bisa disini!

Tetapi dalam hatinya kemudian diikuti dengan perasaan senang.

Gandi berada disini, ia hanya perlu mengeluarkan suara pasti ia langsung aman.

Gandi melihat kedua pria hidung belang didepannya ini, orang seperti ini, sebenarnya supir mobilnya yang turun untuk membereskan mereka, bukanlah hal yang sulit.

Tetapi anehnya, teringat akan suara wanita yang berteriak minta tolong tadi, Gandi ingin turun dari mobil melihat, siapa sebenarnya wanita ini.

Ia maju selangkah, si hidung belang yang kurus melihat pria ini ternyata tidak undur diri, langsung mengarahkan pisau itu menerjang kearahnya.

Gandi dengan cepat menghindarinya, kemudian mencekal pergelangan tangan si kuru situ dan kemudian menggunakan kekuatannya seketika menjatuhkan si hidung belang kurus dengan punggungnya terletak dilantai.

Si gendut mengetahui kekuatan bertarung si kurus, ia adalah seorang yang cukup kejam ternyata dalam sekali hentakan langsung terkalahkan.

Ia mengepalkan tangannya, tertawa hahaha dengan mulutnya berkata kamu tunggu pembalasank, tunggu saja……

Gandi menegakkan tubuhnya, sebenarnya tubuhnya bersiap siaga menerima serangan dari si gendut.

Tetapi yang tidak disangka adalah, setelah si gendut itu berkata kamu tunggu saja, ternyata ia melewati badannya seolah-olah seperti orang bodoh, melarikan diri, kecepatan itu benar-benar bisa mengalahkan rekor olimpic.

Gandi agak sedikit bingung apakah dia harus tertawa atau apapun, kemudian menoleh kembali kearah wanita itu berada.

Ia awalnya mengira wanita ia setidaknya akan terharu dan menangis, kemari untuk mengucapkan terima kasih, bagaimanapun juga dirinya telah menyelamatkannya.

Tetapi Gandi melihat kepojokkan yang gelap itu, hanya ada suara angin yang meniupkan dedaunan.

Orangnya? Orangnya hilang kemana?

Ia agak sedikit kebingungan, apa jangan-jangan karena ia datang untuk menyelamatkannya, kemudian takut akan menuntut untuk mendapatkan balasan jadi melarikan diri?

Memikirkan hal ini, Gandi seketika merasa konyol……

Ini memang tidak mudah!

Ia tidak memiliki pilihan lain selain kembali kedalam mobil, menyuruh supir untuk kembali memutari daerah ini.

Tetapi Nana disaat ini malah tidak dapat duduk diam didalam mobil, dengan cemas berkata kepada Gandi : “Paman, apakah aku boleh turun? Tante tadi sepertinya adalah ibuku!”

Nana hanya melihat melalui jendela dan ia juga mendengar suara, secara samar-samar seperti ibu.

Gandi terdiam sebentar, ia merasa enggan untuk mengatakan kepada Nana bahwa tante itu sudah menghilang.

Karenanya ia pun turun dari mobil, menggandeng tangan Nana, menemaninya berputar melihat-lihat.

Nana ingat dengan jelas, ia tadi jelas-jelas melihat ibu, tetapi mengapa seketika, ibu langsung menghilang?

Ia tidak dapat menahan diri lagi dan berteriak dengan suara keras ibu, suaranya membawa sedikit isak tangis, tetapi sekelilingnya tidak ada jawaban.

Tetapi disuatu sudut dijalanan itu, Neva melihat Gandi menggandeng tangan Nana, perasaannya bercampur aduk.

Putrinya, ternyata benar-benar berada ditangan Gandi .

Sebenarnya disaat guru sekolahnya memberitahukan nomor ini kepadanya, dalam hati Neva ia sudah mengerti mungkin ini adalah pertemuan yang telah diatur oleh Tuhan.

Tetapi ia tidak bisa menjemput putrinya pulang, bahkan untuk tante Chen, iapun juga ragu-ragu, mau tidak membiarkan tante Chen mengetahui hal ini.

Ini juga alasan mengapa setelah ia menyalakan teleponnya, ia tidak juga mengangkat telepon Gandi .

Ia awalnya berharap, Nana bisa dengan sendirinya mencari tempat dan mencari jalan pulangnya sendiri.

Tetapi sekarang sepertinya, ia berharap terlalu tinggi kepada Nana.

Neva menelepon tante Chen sambil kemudian berjalan ke papan halte bus terdekat dengan kaki terpincang-pincang, duduk diatas kursi menunggu tante Chen kemari.

Sepasang sepatu dikakinya sudah tidak ada, angin di musim gugur cukup dingin, kakinya juga membeku hingga sedikit mati rasa.

Tante Chen tidak lama kemudian langsung sampai, ada suami tante Chen, Charli Wang dan juga teman baik Tingwang, semua datang kemari.

Melihat Neva seperti seseorang yang kehilangan jiwanya, membuat tante Chen kaget dan segera bertanya: “Neva, apa yang terjadi padamu?”

Neva dengan tersenyum pahit berkata: “Tante Chen, sekarang bukanlah waktunya untuk membicarakan hal ini. Nana sudah ditemukan, tetapi aku tidak leluasa untuk pergi kesana, bisakah tante tolong aku untuk membawa Nana pulang?”

Neva mengerti tanda tanya yang ada didalam hati tante Chen, tetapi sekarang bukanlah waktu untuk menjelaskannya, ia berkata: “Tante Chen, ini teleponnya, kamu tolong pergi dahulu untuk membawa Nana pulang, jika bertanya tentangku, katakan saja aku dalam perjalanan bisnis, namaku adalah Nevi.”

Neva hanya dapat terpikirkan untuk menggunakan nama Nevi.

Tante Chen menjawabnya kemudian menelepon nomor ini.

Neva meminta tante Chen untuk menaruhnya dalam mode speaker, dengan sedikit gugup mendengarkan.

Telepon berdering sekali, tidak ada yang mengangkat, ketika yang kedua terdengar baru kemudian terangkat.

“Halo, apakah ini dengan Tuan Gandi?” Mengikuti gerakan mulut Neva, tante Chen bertanya.

Gandi menjawab: “Ada apa.”

Dia saat ini sudah berputar-putar cukup lama mencari rumah Nana, tetapi tidak dapat menemukannya, karena itu hatinya cukup kesal.

Terhadap telepon masuk ini, juga secara otomatis dianggapnya sebagai telepon tidak penting.

“Begini, saya adalah keluarga Nana, saya mendengar guru Nana berkata Nana sedang……”

Tante Chen belum sempat menyelesaikan kalimatnya, langsung diputus oleh Gandi .

“Kamu adalah ibu Nana?”

Tante Chen sedikit ragu, belum sempat ia menjawab pertanyaan itu, Gandi sudah menlanjutkan perkataannya: “Nyonya Aska, kamu tahu tidak seorang gadis kecil sepulang sekolah jika tidak ada orang yang datang untuk menjemputnya membuatnya merasa kesepian dan tidak berdaya? Sebagai ibu dari Nana, anak sudah menghilang begitu lamanya, ditengah-tengah masih juga tidak dapat dihubungi dan sekarang baru mencarinya, jika ia bertemu dengan orang jahat, bukankah sudah dibawa pergi?”

Perkataan Gandi kalimat demi kalimat semakin serius, tante Chen melihat Neva dengan bingung, Neva pun juga menunjukkan wajah yang tidak berdaya.

Ia mengerti, emosi Gandi ini pasti mau menyalahkannya.

Setelah Gandi menyelesaikan seember kalimatnya, ia merasa cukup lega, kemudian baru bertanya lokasi tante Chen.

Tante Chen memberikan lokasinya, setelah itu Gandi bertanya kepada supirnya dan supirnya berkata itu sangat dekat, 5 menit sudah bisa sampai.

Karena itu ia pun berkata segera kemudian menutup telepon.

Nana yang disampingnya melihat kearah paman Gandi yang baru saja melepaskan emosinya, dengan suara pelan berkata paman.

Gandi menoleh melihat Nana dan dengan suara lembut berkata : ”Nana, ada apa? Keluargamu sudah ditemukan, kita segera pergi kesana.”

Nana mengangguk-anggukkan kepalanya, dengan pelan berkata: “Suara tadi jika aku tidak salah dengar adalah suara saudara nenek, bukan suara ibu……”

Novel Terkait

Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu