Cinta Yang Dalam - Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga

Ucapan Mbok Ting langsung membuat Neva bingung.

Sembarangan, dia sembarangan apanya? Dia diperlakukan oleh Gandi sampai jadi seperti ini, malah dianggap Mbok Ting melakukan hal yang sembarangan?

Kalau bukan karena tahu Mbok Ting orang yang bagaimana, Neva sungguh ingin mengamuk.

Dia turun dari mobil dengan tergopoh-gopoh, bahkan untuk melangkah naik keatas saja susah.

Mbok Ting melihat bercak darah disekujur tubuh Neva, ia segera melangkah maju dengan cemas untuk membantu Neva.

“Nyonya muda, apakah terjadi sesuatu?” Mbok Ting bertanya penuh perhatian.

Ia tahu perhatiannya akan membuat panic, Neva menggeleng sambil berkata lirih : “Mbok Ting, tenang saja, hubunganku dengan kak Gandi sangat baik. Lihatlah, tadi… dia terlalu bersemangat!”

Berkata sampai disini, wajah Neva merona, Mbok Ting mengerti apa maksud dari ucapannya.

Mbok Ting tertawa, merasa dirinya ternyata sudah tua, dunia anak muda, dia sungguh tidak mengerti.

Gandi duduk di sofa lantai satu, melihat Neva yang masuk ke dalam kamar, hanya melirik sekilas.

Hati Neva begitu perih, dia naik keatas dengan susah payah, lalu masuk ke dalam kamarny untuk mandi dan memakai obat.

Dia melihat bekas luka memar yang ditinggalkan oleh Gandi, membayangkan semua pelecehan yang ia terima, dia tidak bisa menahan diri untuk berjongkok dan memeluk erat tubuhnya, seolah sedang mencari rasa aman yang dia butuhkan.

Dia tidak tahu harus bertahan dengan cara apa, namun saat ini ponselnya tiba-tiba bordering, itu adalah suara chat yang masuk dari wechat.

Tubuh Neva menegak dan bangkit berdiri.

Ang bisa mengiriminya wechat disaat seperti ini hanya ada satu orang, yaitu putrinya Nana.

Dia segera mengenakan bajunya, setelah bercermin dan memastikan semua lukanya sudah tertutupi dengan baik, ia baru mengangkat ponselnya, menghubungi putrinya yang sudah terputus sebelum dijawab dengan video call.

Suara dering telfon baru berdering satu kali, seberang sana sudah mengangkat dengan tidak sabar.

Wajah imut Nana muncul di hadapan kamera, memanggil mama dengan suaranya yang begitu manis.

Satu panggilan mama ini menyapu bersih seluruh beban dan juga penderitaan di sekujur tubuh Neva, seluruh hatinya, dari dalam sampai luar.

Hati Neva yang sudah sangat kecewa, tiba-tiba merasa ada sokongan yang begitu besar dari dalam hatinya, seolah meskipun datang sepuluh siksaan lagi ia juga sanggup menanggungnya.

Ini adalah kekuatan cinta seorang ibu, sebuah kekuatan yang membuat Neva bisa bertahan sampai sekarang.

“Hari ini Nana belajar dengan baik tidak?” Neva mengobrol beberapa patah kata dengan Nana, lalu mulai menanyakan pelajarannya.

Semua orang mengatakan untuk tidak boleh kalah di garis start, sehingga Neva sangat memperhatikan pelajaran putrinya, dia selalu berusaha membuatnya belajar dan semakin maju, dengan begitu kelak dia bisa punya kesempatan untuk membiarkan Gandi mengakui Nana sebagai putrinya, membuat Gandi bangga punya seorang putri yang cerdas.

Nana mengangguk, lalu melafalkan bacaan pendek bahasa inggris yang baru ia pelajari hari ini dengan tidak sabar.

Neva mendengarkan dengan seksama, buku bahasa inggris itu sudah i abaca beberapa kali, sehingga isi didalamnya, dia cukup hafal.

Putrinya sangat giat, dia bisa menghafal bacaan didalam dengan begitu lancar, membuat hati Neva begitu senang.

Nana melihat dirinya berhasil membuat ibunya senang, bola matanya berputar lalu tiba-tiba bertanya : “Mama, kapan kamu akan pulang? Aku sudah lama tidak bertemu denganmu.”

Satu pertanyaan Nana cukup mmbuat Neva tercengang.

Pertanyaan ini, dia harus bagaimana menjawabnya?

Asalkan masa kontrak setengah tahun Gandi berakhir, seharusnya Neva bisa langsung pergi.

Namun berdasarkan sifat Gandi, kalau dia tiba-tiba curang bagaimana?

Kalau ada nominasi wanita yang paling dibenci oleh Gandi, maka Neva akan berada diurutan teratas.

Namun kelihatannya dia jauh lebih tertarik untuk menyiksa Neva.

“Segera, aku akan segera kembali.” Melihat tatapan putrinya yang penuh penantian, Neva merasa kalau dia perlu memberitahunya kalau dia akan segera kembali.

Senyum senang langsung merekah diwajah kecil Nana menggantikan ekspresi penuh penantiannya.

“Mama harus cepat kembali ya, Nana terus merindukan mama, merindukan sampai makan tak enak tidur pun….” Nana berkata dengan sangat serius.

Namun Neva malah dipenuhi dengan tanda tanya, bocah ini belajar dari mana ucapan seperti itu?

Dia memotong ungkapan penuh rindu Nana dan meminta Tante Chen untuk bicara dengannya.

Setelah mengobrol sebentar dengan Tante Chen, dia tahu semuanya baik-baik saja, hanya Nana belajar beberapa bahasa yang sedikit aneh dari televisi, sehingga Neva bisa merasa sedikit lebih tenang.

Setelah mengakhiri telfon, Neva merasa suasana hatinya sudah kembali. Ia kembali mengoleskan obat , lalu mencari selimut dan berbaring di sofa.

Pria itu masih ada di lantai bawah, kalau nanti dia naik, dia pasti akan tidur di atas ranjang.

Mengingat semua pelecehannya, Neva tidak ingin tidur di ranjang dan mendapat pelecehan lagi.

Keesokan harinya ketika Neva bangun, hari sudah siang.

Semalam dia disiksa cukup parah oleh Gandi, membuat tubuhnya sekarang terasa pegal dan tidak bertenaga, ia merasa seperti ada keringat dingin yang mengucur di keningnya, tenggorokannya juga terasa agak sakit.

Ini sepertinya gejala flu?

Neva duduk di sofa, tatapannya yang buram perlahan menjadi jelas, dia melihat keatas ranjang.

Selimut tetap terlipat rapi, seprei juga masih tertata rapi tanpa kerutan.

Semalam Gandi sama sekali tidak kembali ke kamar untuk tidur.

Hatinya terasa pahit, namun ia juga merasa lega. Mereka berdua sudah sampai di titik ini, kalau harus bersama dalam satu ruangan namun tidak saling bertatapan, rasanya memang terasa sangat canggung.

Dia bangkit berdiri, namun kepalanya tiba-tiba terasa pusing dan terjatuh diatas ranjang.

Perasaan lemas dan nyeri semakin lama semakin kuat terasa, tenggorokannya menjadi semakin sakit, sepertinya dari hidung Neva mulai menghembuskan nafas yang panas, membuat Neva ingin berteriak sakit.

Tatapannya mulai buram dan akhirnya menjadi gelap gulita.

Neva demam, setelah demam tingginya reda menjadi flu berat.

Ketika Mbok Ting naik untuk membereskan kamar baru menyadarinya, ia memanggil ambulance dan membawa Neva ke rumah sakit, ketika diukur suhunya sudah mencapai 42 derajat.

Suhu ini bisa membunuh orang, namun terjadi hal seperti ini, Gandi sama sekali tidak muncul.

Mbok Ting sangat marah, ingin sekali memberitahukan hal ini pada Shinta, namun Neva menahannya.

Dalam hati Gandi, tidak perduli siapapun yang mengatakan apapun pada ibunya, pada akhirnya akan menjadi Neva yang mengadukannya.

Dia sudah sering kali mendapatkan perlakuan seperti itu, sehingga hanya bisa mencari cara untuk menghindarinya.

Flu berat Neva kali ini membuatnya harus beristirahat selama satu minggu dirumah.

Dan selama satu minggu ini ia membuat alasan untuk tidak menemui Nyonya Tirta, ia mengatakan kalau dia ikut kelas tata boga, dan kelas yang ia ikuti bersifat karantina, dia berharap bisa memasak makanan yang lebih enak untuk Gandi, karena Mbok Ting diam saja, Nyonya Tirta juga tidak merasa curiga.

Setelah Neva sembuh, hal pertama yang ia lakukan adalah mengendarai mobil ke rumah keluarga Tirta untuk menengok Nyonya Tirta.

Dia baru masuk ke dalam rumah, sudah langsung ditarik masuk oleh Nyonya Tirta, wajahnya penuh dengan senyuman gembira : “Neva, kali ini kamu belajar masakan enak apa, coba perlihatkan pada ibu?”

Hati Neva yang tadinya khawatir, seketika merasa lega, ia berkata sambil tersenyum : “Ok, ibu, hari ini aku akan memperlihatkan kehebatan memasakku!”

Diperjalanan Neva merasa khawatir kalau Nyonya Tirta menyuruh orang untuk menyelidikinya diam-diam.

Asalkan diperiksa, maka kejadian di Twilight pasti akan ketahuan.

Dan dia tidak tahu harus bagaimana bertanggungjawab pada Nyonya Tirta.

Namun sekarang kelihatannya bak-baik saja.

Neva merupakan orang yang hidup enak, dia sama sekali tidak bisa melakukan apapun, namun dia mahir dalam memasak. Kalau tidak bagaimana mungkin ia bisa memasak makanan kesukaan Gandi tidak lama setelah mendapat resep yang diberikan Nyonya Tirta.

Siang dia yang memasak, dia membuat enam masakan untuk membuat Nyonya Tirta senang.

Lalu, sekali lagi ia harus mengantar sup burung yang dimasak oleh Nyonya Tirta untuk Gandi.

Neva seketika merasa pusing, dia tidak ingin bertemu dengan Gandi.

Namun dihadapan Nyonya Tirta, dia tidak punya pilihan, sehingga mau tidak mau dia harus mengendarai mobil menuju Group Tirta.

Begitu tiba didepan ruang direktur, dia melihat Rey berjalan dari dalam ruangan, ditangannya ada sebuah kartu undangan.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu