Cinta Yang Dalam - Bab 346 Menjauhlah Dariku

“Bagus kalau menyukainya, tadi aku dan ibu baru saja mengucapkan selamat pada Nyonya Yang, lalu melihat Sabrina, ia sudah jauh lebih tinggi.”

Mendengar kata ibu, Winda tiba-tiba menjadi tegang, dia bertanya dengan hati-hati: “Ram, itu, eee……”

Melihat dia yang gagap, tentu saja Ramon tahu apa yang ingin ditanyakannya, dia berbisik: “Aku sudah menjelaskannya pada ibu, aku mengatakan itu karena alasanku sendiri, kamu tidak perlu mengkhawatirkan masalah ini.”

Winda merasa sedikit bersalah, meski jarang bertemu ibu Ramon.

Namun ada beberapa kali ibunda Ramon datang ke Australia untuk makan malam bersama. Cintanya padanya benar-benar mustahil untuk berbohong.

Ramon juga sangat baik padanya, merawatnya secara fisik dan mental.

Tetapi dirinya pada Ramon, tidak tahu mengapa tidak bisa lebih dari rasa cinta.

Winda sedikit sedih, kebetulan saat itu pelayan lewat, ia mengambil segelas anggur, lalu dengan lembut mengangkat tangannya untuk bersulang.

Detik berikutnya, anggur merah di tangannya dirampas oleh Ramon.

Ramon mengantinya dengan segelas jus: “Lihat wajahmu yang merah merona, pasti sudah minum tadi, malam ini jangan terlalu banyak minum, minumlah jus!”

Winda tidak mengambil jusnya, malah memandang anggur itu dan berkata dengan keras kepala: “Ram, kembalikan anggurku.”

Meskipun dia selalu hidup dengan penampilan yang bahagia, bukan berarti dia wanita yang mampu melepas segalanya.

Ini semua karena seringkali dia tidak ingin emosi negatifnya mempengaruhi orang lain.

Ramon melihat tatapan putus asa di matanya, lalu ia meletakkan anggur merah, mengulurkan tangannya dan dengan lembut menyisir rambut hitam Winda, membujuk: “Win, kamu tidak perlu membebani psikologimu. Sekalipun diantara kita tidak ada perasaan, setidaknya ada kasih sayang. Kamu kakakku, dan aku adikmu, bukankah sama saja sedekat sebelumnya?”

Mata Winda menyusut, dia menatap Ramon dengan emosi, ketika ia hendak berbicara, ia merasa sakit di ujung hidungnya.

Dia hanya bisa menganggukkan kepalanya, menunjukkan betapa tersentuhnya dia sekarang.

Dia acara perjamuan ini, tiba-tiba muncul teriakan di kerumunan.

Dan suara teriakan kali ini berkali-kali lebih keras dari yang sebelumnya.

Baik Winda dan Ramon menoleh tanpa sadar, lalu Ramon mengerutkan kening.

Ketika Winda melihat pria itu, hatinya sedikit bergejolak.

Dia, juga datang!

Mengenakan setelan jas yang sangat mewah, Gandi melangkah masuk ke halaman, menatap kerumunan di sekitarnya. Setelah tidak menemukan orang yang dia cari, dia mengerutkan kening.

“Cepat lihat, dia mengerutkan kening!”

“Waa, ganteng sekali!”

“Tidak bisa, tidak bisa, aku merasa seumur hidup ini tidak bisa mencintai orang lain lagi……”

Di tengah jeritan sekumpulan gadis kaya, Gandi masuk ke dalam aula.

Kakek Yang kebetulan sedang duduk di kursi, mengobrol dengan beberapa teman lama.

Gandi melangkah maju beberapa langkah, lalu orang-orang di belakangnya membungkuk dan memberi hadiah.

“Maaf, Nyonya Yang, aku datang terlambat. Selamat ulang tahun, ini hadiah dari keluarga Tirta.”

Pada saat ini, Nyonya Yang membuka kotak hadiah, setelah melihatnya, ada tatapan terkejut terbesit di matanya.

Dan Kakek Yang tidak menghentikan pandangannya pada hadiah itu sedetikpun, ia memandang Gandi dengan ekspresi yang agak jelek dan bertanya: “Hanya kamu sendiri?”

Gandi menjawab iya.

Nyonya Yang melihat ke mata suram Kakek Yang, ia tidak tahan untuk menarik lengan bajunya.

Isko mengerti mengapa bisa tidak wajar, lalu ia memberi isyarat silahkan dan berkata: “Kak Gandi, mari istirahat di sini!”

Gandi tersenyum, membungkuk dengan sopan, dan mengikuti Isko.

Winda yang melihat Gandi, entah kenapa terlihat bengong.

Dia bersama dengan Iska, seolah sedang membicarakan sesuatu dengan senyum lebar di wajahnya.

Meskipun senyuman ini palsu.

Ramon yang menatap dari samping merasa sedih, tetapi pura-pura bersikap murah hati dan berkata: “Kenapa, tertarik dengan Gandi? Seingatku kalian saling kenal, pergilah menyapanya!”

Kata-kata ini seolah menyentuh hati Winda.

Tanpa sadar ia menjawab iya, setelah itu baru menyadari dirinya salah berbicara.

Dia segera menggelengkan kepala, berkata: “Bagaimana mungkin, aku tidak akrab dengannya.”

Karena kemunculan Gandi, dia merasa hatinya kacau.

Perjamuan akan diadakan untuk waktu yang lama, tidak penting dirinya ada disini atau tidak.

Lalu dengan santai dia mencari alasan mengatakan dirinya lelah dan ingin istirahat, setelah mengobrol dengan Ramon, dia keluar.

Ramon memandang Winda pergi, ia melihat sikap Winda yang bengong barusan.

Setelah kemunculan pria ini, dia bersikap sedikit tidak wajar.

Ramon mengepalkan tinjunya, dan ada kemarahan yang tidak terkendali di matanya yang menatap Gandi.

Kebetulan Gandi yang sedang mengobrol dengan Isko tentang proyek berlian di Afrika, tiba-tiba dia merasakan tatapan membunuh.

Dia mengerutkan kening dengan tenang, pura-pura berbalik dengan santai, lalu matanya dengan cepat melirik kerumunan, dan melihat Ramon.

Sudut mulutnya menyeringai menghina.

Penghinaan seperti ini hampir menusuk sampai ke tulang.

Kemarahan Ramon membara di dalam hatinya, tetapi wajahnya diam. Dia hanya mengangkat gelasnya, sekedar memberi isyarat sejenak.

Dia tidak ingin menunjukkan kelemahan apapun di depan pria ini.

Tetapi yang tidak dia tahu adalah tatapan Gandi sudah melewati dirinya, ia melihat sosok cantik yang hendak keluar.

Bintang-bintang bersinar terang malam ini, Winda berjalan sambil melihat ke langit.

Sebenarnya dia juga tidak tahu, dirinya sedang melihat pemandangan, atau sedang mencari alasan untuk kembali ke Rumah Besar Yang, melihat pria itu.

Setelah melewati jalan bebatuan akan segera sampai di rumah.

Tepat saat ini, tiba-tiba langkah kaki Winda terhenti.

Dia memandang pria yang tidak jauh di depannya, dengan penuh keterkejutan.

“Mengapa kamu ada di sini?”

“Menurutmu?”

Gandi kembali balik bertanya, setelah Winda tertegun sejenak, ia mencemberutkan bibirnya, lalu melihat sekeliling dengan waspada.

Untungnya, ada dua pengawal yang berdiri tidak jauh dari situ.

Kalau Gandi merencanakan kejahatan, dia akan berteriak dan seseorang akan datang menyelamatkannya.

“Aku tidak tahu dan tidak peduli, aku mau pulang, Tuan Gandi, tolong minggir.”

Ucap Winda sambil melangkah dua langkah.

Melihat pria itu tidak bergerak, dan jarak di antara mereka semakin dekat, dia tidak bisa untuk tidak berhenti.

Bukan karena dia takut, melainkan kalau dia terus berjalan, itu akan seperti dirinya yang menyerahkan diri sendiri.

Tetapi dia yang tidak bergerak, bukan berarti Gandi akan diam.

Gandi berjalan dua langkah ke depan, menarik Winda masuk dalam pelukannya.

Maskulinitas yang kuat dan suhu tubuh yang panas membuat Winda gugup, tetapi entah kenapa, ada rasa aman yang tidak terkatakan.

Dia segera menghilangkan pikiran di benaknya, meronta keluar dari pelukannya, berkata dengan pelan: “Gandi, lepaskan aku, di sana masih ada orang!”

“Oh?”Gandi berkata dengan nada menggoda, lalu tertawa: “Selama aku membawa Nona Winda ke sudut yang tidak ada siapa pun, bisakah aku melakukan apapun yang kuinginkan?”

Ketika dia mengatakan ini, pada saat yang sama dia membungkuk, dirinya semakin dekat dengan Winda.

Winda bisa merasakan nafas panasnya menyembur ke wajahnya.

Semakin dekat dan dekat, sampai membuat wajahnya memerah, entah kenapa perasaan panasnya memiliki dorongan emosional yang tidak bisa dijelaskan.

“Sembarangan, cepat lepaskan aku, kalau tidak aku akan menjerit!”

Tetapi ucapannya malah dibalas oleh Gandi dengan langsung menggendongnya, dan melangkah ke dalam kegelapan.

Winda tiba-tiba panik, saat ini pengawal di sana sepertinya menyadari ada ketidaknormalan dan melihat ke arah itu.

“Gandi, cepat lepaskan aku, kalau tidak, aku akan berteriak!”

Ini rumah keluarga Yang, Winda juga menginginkan harga diri.

Gandi yang begitu keterlaluan, kalau ketahuan oleh pengawal ternyata mereka berdua, mungkin besok kabar ini akan tersebar ke seluruh keluarga Yang.

Pria ini kenapa bisa begitu sembrono?”

“Ok, teriaklah!”

Gandi sama sekali tidak peduli dengan ancaman Winda, setelah berjalan lebih dari 20 meter, Gandi menurunkan Winda.

Winda mengambil kesempatan menginjak kakinya dengan keras, saat Gandi kesakitan melepaskan tangannya, ia mulai meronta.

“Gandi, sekali demi sekali aku sabar padamu, itu bukan berarti aku memiliki perasaan padamu, kamu jangan keterlaluan!”

Rasa sakit di kakinya mengingatkan Gandi, wanita ini sebenarnya seekor landak kecil.

Kebetulan ini kesukaannya, menaklukkan wanita yang penuh duri ini.

Yang terpenting, dia dan Nana sudah berjanji ingin merebut wanita ini kembali.

“Iyakah? Bagaimana kalau aku bertindak keterlaluan?”

Gandi sengaja membuat tampang cabul, membuka dua kancing bajunya, menarik dasinya, berjalan mendekat seperti pria genit.

Matanya yang panas, membuat Winda semakin malu.

Tetapi perasaan malu ini hanya menyumbang sebagian, ini membuat hati Winda gelisah.

Dia memaksa otaknya untuk mengingatkan dirinya, pria ini brengsek, tidak tahu malu, vulgar, tidak normal……

Perlahan-lahan, setelah mengumpulkan kebencian padanya, Winda mengangkat matanya.

“Bajingan, menjauh dariku. Aku pernah berlatih Tekwondo, kalau kamu tidak mendengar, jangan salahkan aku tidak segan!”

Setelah itu, Winda memasang kuda-kuda Taekwondo.

Gandi masih mendekat, tetapi tindakannya sedikit waspada.

Karena dia tidak lupa, tangan Winda sebelumnya pernah menyakitinya sampai menusuk tulang.

“Kalau begitu Nona Winda beraksilah, wanita yang melawan akan lebih menggoda!”

Ketika Winda hendak marah, Gandi melangkah ke depan, berputar ke belakang Winda, lalu memeluknya dengan kuat, dan pada saat yang sama mengunci lengannya dengan erat.

“Nona Winda, apakah kamu ingin melawan?”

Nafas panas menyembur ke wajah Winda. Suara serak pria ini membawa perasaan menyayanginya, membuat Winda mau tidak mau menundukan lehernya.

“Me-menjauhlah dariku!”

“Ok.”jawab Gandi, yang pada saat bersamaan, mengunci Winda lebih erat.

“Minggir, lepaskan aku!”

“Ok.”wajahnya sudah dekat dengan wajah Winda.

“Gandi, brengsek kamu!”

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu