Cinta Yang Dalam - Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana

Membahas mengenai Gwen, suasana yang awalnya begitu hidup jadi terasa sedikit berat dan sesak..

Chelsi menghela napas enam kali berturut-turut, dan berkata, "Oke, aku akan pergi. Kamu ini mau pergi kemana?”

Di dalam benaknya, Neva tidak akan bepergian jauh darinya.

Kalaupun Neva mau, Gandi tidak akan mungkin setuju.

Neva tidak menjawab pertanyaan ini, dan hanya menutup teleponnya.

Waktu naik pesawat semakin dekat, dia ingin di waktu berharganya yang terakhir ini, melihat-lihat lagi kota ini, kota yang membuatnya sedih tapi juga bahagia.

Di bawah cahaya matahari terbenam, tirai malam mengaburkan sinar terakhir cahaya yang ada.

Lampu lalu lintas kota Z mulai ke aspek yang lain.

Neva memandang ke luar sambil melamun, dalam waktu ini dia sudah menghabiskan tiga cangkir kopi.

Pada saat ini ponselnya berbunyi, barulah dia tersadar dari lamunannya. Waktunya sudah tiba.

Dia berdiri, dan berjalan keluar dari kafe.

Tepat di depan pintu dia berdiri cukup lama, memandangi dengan perasaan kota yang membuatnya bernostalgia. Dia berharap semua pemandangan bisa sepenuhnya terukir di dalam otaknya.

Dengan cara yang sama, sebuah mobil di jalan juga mulai menyalakan mesinnya, lalu semakin dekat melaju ke arah Neva.

Begitu menyeberang jalan, itu adalah bandara.

Sekarang adalah lampu merah untuk pejalan kaki. Neva berdiri di tengah kerumunan menunggu sinyal lampu hijau agar dia bisa menyeberang jalan.

Anehnya, pada saat ini dia berharap waktu berjalan lebih lambat. Agar membuatnya bisa sedikit lama tetap berada di sini.

Tapi tepat pada saat ini, suara klakson tiba-tiba berbunyi dengan keras dan suara bising terdengar di tengah kerumunan.

Neva masih belum tersadar dengan ini semua, dia hanya merasa seluruh tubuhnya sakit tidak karuan. Pemandangan indah di depan matanya dengan cepat langsung berubah.

Kesan terakhir yang ada di pikirannya sebelum pingsan adalah dirinya seolah terbang melayang.

Hotel ST, hotel termewah di Eropa, bisnis keluarga dengan warisan 600 tahun.

Untuk pernikahan ini, Gandi mempersiapkan semua ini dengan sangat telitit dan menggunakan perasaan.

Rencana pernikahan sudah ditentukan, dan tinggal menunggu dirinya kembali ke negaranya dan menikahi calon pengantin wanitanya.

Dia sedang memikirkan seseorang yang ada di negaranya yang bisa telihat olehnya dalam pikiran dan nafsunya. Sudut bibir Gandi naik sedikit.

Pada saat ini, bel pintu berbunyi.

Dia melirik ke jam, tepat sekali sekarang siang hari, harusnya itu adalah orang yang mengantarkan makan siang.

Gandi berdiri dan membuka pintu, tapi orang yang dilihatnya begitu membuka pintu membuat ekspresi wajahnya jadi tidak senang.

“Kenapa kamu bisa disini?” orang yang ada di depan pintu adalah Julia. Dia mengenakan baju pelayan, sambil mendorong troli makanan.

Dia menarik tangan Gandi, lalu berkata manja dengan mulut dimanyunkan, “Aku kan ini sedang merindukanmu! Kebetulan ada syuting disini jadi datang kesini. Apalagi kamu juga disini, jadi aku datang kesini sekalian untuk memberikanmu kejutan, apa kamu suka?”

Julia melepaskan tangannya lalu berputar sebentar, baju pelayan yang seksi dan menggoda kebetulan dilihat oleh pasangan suami istri yang kebetulan lewat, lalu prianya langsung memandang lurus pada wanita berbaju pelayan itu.

Gandi mengerutkan kening, lalu berkata, “Kerjaanmu cukup sibuk, cepat pergilah sana!”

Dia bicara sambil mau menutup pintunya.

Karena dia sudah memutuskan akan bersama terus dengan Neva, maka hubungannya dengan Julia juga sudah harus dihentikan dan diputus.

Julia tidak menyangka Gandi akan bersikap begitu tidak mau berhubungan lagi. Padahal jelas-jelas Neva melakukan banyak hal dengan sengaja. Gandi juga tahu seperti apa Neva. Tapi kenapa dia masih cuek dan begitu dingin pada Julia?

Mungkinkah wanita itu memberi obat penggoda kepada Gandi?

"Jangan, tunggu dulu...” Julia melangkah masuk, berpegangan pada pintu.

Gandi mundur beberapa langkah, melihat Julia tidak ingin pergi, dia pun berkata, "Ada yang harus kulakukan, aku tidak bisa mengurusimu. Kamu boleh saja beristirahat disini, pergilah kalau sudah istirahat!”

Gandi bicara sambil dia kembali duduk di sofa.

Dia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Tapi Julia ada di sini, dia pun melanjutkan melakukan pekerjaan yang lain.

Julia mendorong troli makanan menghampiri Gandi, lalu menghidangkan makanan yang dipesannya.

Makanan yang dipesan dari restoran michelin bintang enam.

Di depan Gandi, makanan-makanan itu pun memenuhi meja kopi, aroma makanan itu menarik serangga lapar di perut Gandi,

Dalam lingkungan seperti ini, dia mencoba menahan rasa laparnya dengan berkata, “Aku sudah makan siang.”

Julia pun mengangkat pantatnya dan langsung duduk di samping Gandi. Satu tangannya telah meraba di paha Gandi, lalu berkata dengan genit, “Gandi, semua ini adalah niat baiku untuk menyiapkannya untukmu, kamu jangan menolaknya dong!”

Julia semakin bersikap genit dan manja, ini malah membuat Gandi jadi semakin risih dan tidak senang.

Anehnya, pada saat ini Gandi merasa kalau Julia benar-benar palsu seperti berpura-pura.

Dia pun berkata, “Kamu saja yang makan. Setelah selesai makan langsung pergilah sana. Aku ingat siang ini kamu ada syutingkan?”

Tiga kali ucapan untuk menyuruhnya pegi, membuat ekspresi di wajah Julia jadi sedikit tidak senang.

Dia pun berkata dengan suara pelan, “Gandi, apa akhir-akhir ini kamu berencana kembali ke negaramu? Aku tahu sebuah vila pegunungan yang cukup bagus disini, kita bisa menggunakan kesempatan ini untuk pergi kesana menghabiskan waktu liburan di sana sambil berendam air panas....”

Gandi menoleh melihat tatapan mata dan ekspresi Julia yang penuh harapan dan penantian, lalu dia menghela napas dan berkata, “Kenapa kamu harus menyengsarakan diri dengan melakukan semua ini?”

Ucapan ini membuat hati Julia terperanjat.

Dia berpura-pura polos, lalu berkata, “Gandi, apa yang kamu bicarakan sih? apanya yang sengsara? Aku sangat senang sekali ketika bersamamu. Sedikitpun tidak merasa ini sengsara.”

“Aku dulu sudah pernah bilang padamu. Julia, hubungan kita sudah sampai sini saja.”

Ucapan Gandi ini seolah seperti palu berat yang sekali lagi memukul keras tepat ke luka hati Julia.

Dia benar-benar tidak menyangka, dirinya yang sudah menjebak Neva. Sudah menjadikan Neva jadi wanita yang sangat buruk. Tapi itu semua sama sekali tidak mempengaruhi sikap Gandi pada dirinya.

Julia merapatkan bibirnya lalu berkata dengan sedikit takut, “Gandi, kamu jangan seperi ini. Aku tidak bisa jika tanpamu. Aku mohon, kamu jangan mengusirku pergi!”

Suara Gandi begitu tenang, tatapan mata gelap dan dalamnya memandang Julia, tatapan matanya itu sudah menunjukkan sikapnya.

Diri Julia yang sekarang seperti makanan di meja makan itu, sedikitpun tidak menarik untuknya.

Gandi berdiri, lalu berjalan ke balkon depan, melihat di kejauhan dan berkata, “Aku sudah mengaturkan direktur departemen film dan televisi untuk membuka jalan bagi kamu untuk mengembangkan karirmu di negara M ini. Pasar di negara M lebih besar daripada di negara kita. Kamu sekarang sudah masuk ke panggung dan platfrom yang lebih besar, kamu tidak seharusnya menyia-nyiakan waktumu di sampingku....”

Julia selalu saja mengikuti di belakang Gandi. Begitu mendengar Gandi bicara seperti itu, hidungnya tiba-tiba terasa masam dan sakit.

Dia pun langsung memeluk punggung Gandi, memeluk pinggang Gandi juga dan berkata, “Gandi, jangan, jangan usir aku. Selama kamu menyuruhku tinggal bersamamu, aku akan menerima apapun status yang diberikan padaku..”

Di dalam ucapan ini, lebih jelasnya adalah Julia tidak peduli dia jadi orang ketiga, selingkuhan atau apalah. Selama dia bisa tetap di samping Gandi, itu semua tidak masalah.

Gandi mengulurkan tangan dan melepaskan pelukan dan jari-jari tangan Julia dari dirinya dengan keras.

Dia pun mengeluarkan sebuah kartu bank dari sakunya, dan menaruhnya di tangan Julia. Lalu, tangan besarnya menggenggamkan tangan Julia yang memegang kartu ini, agar membuat Julia menggenggam erat tangannya sendiri.

“Di dalam kartu ini ada uang empat triliun. Anggap saja sebagai balas budiku untukmu.”

Empat triliun, bukan empat puluh ribu.

Selama Julia tidak pergi berjudi, atau menanam investasi aneh-aneh, uang ini sepenuhnya cukup membiayai beberapa generasi keluarganya.

Julia memandangi kartu di tangannya, tampak jelas luka kesedihan yang begitu jelas menggantung di wajahnya. Dia terhuyung mundur beberapa langkah, menatap Gandi cukup lama. Tatapan mata Gandi menunjukkan keputusannya yang bulat, dia pun akhirnya berkata dengan suara yang berat, “Gandi, aku sudah bertahun-tahun berada di sampingmu. Apa maksud hatiku, apa kamu tidak tahu? sekarang, kamu mau mengusirku pergi dengan uang empat triliun. Kamu anggap apa aku ini, kamu anggap apa perasaan kita ini?”

Kekayaan Julia tidak sedikit. Namun uang empat triliun juga cukup baginya untuk membuat film selama beberapa tahun.

Tetapi kunci dari masalah ini adalah selama dia bisa berada di samping Gandi, maka berbagai kesempatan syuting dan juga uang tidak akan pernah mungkin ada habisnya.

Bagaimana dia bisa rela dengan hal yang jauh lebih besar ini?

Gandi berbalik, tatapan matanya melirik ke wajah Julia, terus memandangi seluruh tubuhnya, dia berkata dengan suara yang berat dan rendah, “Julia, hubungan di antara kita berdua hanyalah sekedar kecelakaan. Kecelakaan ini juga sudah ditunda cukup lama, sekarang sudah waktunya ada hasil akhirnya!”

Kejadian tak terduga tahun itu membuat Gandi merasa bersalah kepada Julia.

Oleh karena itu, selama beberapa tahun ini, Gandi juga selalu berpikir bagaimana cara membalas semua kesalahannya pada Julia.

Kalau tidak, hanya dengan berdasarkan hal-hal yang dilakukan Julia di belakangnya, Gandi sudah cukup untuk membuat Julia pergi dengan tak berperasaan dan membuat Julia tidak akan lagi bisa berhasil di seumur hidupnya.

Wajah Julia langsung pucat. Nada bicaranya berubah jadi memohon dengan sedih, “Gandi, jangan seperti ini. waktu ini, malam itu, aku sudah memutuskan kalau seumur hidupku ini untukmu. Sekarang kamu bilang kamu tidak mau aku, lalu bagaimana aku akan hidup kedepannya!”

Julia membahas masalah tahun itu hanya untuk memberi tekanan kepada Gandi.

Tapi tatapan mata Gandi yang begitu dingin malah membuat harapan di hatinya semakin kecil.

“Malam itu, aku yang bersalah padamu. Selama bertahun-tahun ini, aku juga berterima kasih karena kamu selalu menemaniku dalam duka maupun suka. Tapi aku sudah berusaha dan takdir kita hanya sebatas ini. Aku juga tidak bisa melakukan kesalahan kepada orang yang berada di sampingku lagi. Kita bisa jadi teman, jika kedepannya kamu bertemu masalah apapun, kamu juga bisa menemuiku untuk minta bantuan.”

Ada beberapa hal yang Gandi tidak ingin mengatakannya.

Banyak sekali hal buruk yang dilakukan Julia yang diketahu Gandi dan semua buktinya ada di tangannya. Tapi, Gandi bukanlah orang yang akan membuang begitu saja orang yang telah membantunya ketika dia sudah mencapai tujuannya.

Aku dulu bersalah padamu, dan kamu juga sudah pernah bersalah padaku. Kita berdua sudah impas.

Julia melihat Gandi yang sudah bertekad bulat. Matanya sembab berkabut, air matanya pun mengalir di pipinya.

“Gandi, apa kamu benar-benar ingin mengusirku pergi?”

Dia sama sekali tidak mengerti, Gandi kenapa ingin mengusirnya dirinya pergi?

Neva yang sekarang, harusnya citranya sudah jelek di benak Gandi.

Tapi Gandi, tetap saja tidak berniat untuk melepaskan ataupun pergi darinya.

Atas dasar apa, sejak kecil sampai dewasa, Neva selalu saja lebih baik dari dirinya, lebih beruntung dari dirinya, dan lebih bisa mendapatkan pria lebih hebat darinya!

Gandi pun mengambil setumpuk dokumen dari meja kerjanya, lalu melemparkannya ke meja teh, dan berkata, “Sudahlah, masalah ini sampai sini saja. Isi tumpukan dokumen ini adalah segala hal yang pernah kamu perbuat selama bertahun-tahun ini. Aku tahu segalanya tapi aku selalu pura-pura tidak tahu semuanya. Segala kompensasi yang harusnya kamu peroleh, juga sudah aku berikan. Kamu pergilah sana!”

Jika bilang air mata Julia tidak menyentuh hati Gandi sama sekali, maka itu adalah sebuah kebohongan.

Tapi Gandi tahu, kali ini dia tidak boleh tidak tega.

Jika masih ada potongan benang cinta lain di sekitarnya, bagaimana dia bisa terus bersama dengan Neva seumur hidup?

Julia masih ingin membelitnya, tapi Gandi menekan tombol di samping meja.

Setelah beberapa saat pintu terbuka dan dua pengawal masuk.

"Presdir Gandi ..."

"Bawa dia keluar dan antar dia pulang."

Pengawal itu melangkah maju, melihat Julia yang berbaju pelayan, lalu berkata, "Nona Julia, tolong bekerja samalah."

Kesedihan di mata Julia perlahan memudar, dan suasana hati yang histeris menyebar di hatinya.

"Gandi, kamu akan menyesal!"

Setelah Julia selesai berbicara, dia mendorong pengawal itu dan dia pergi berjalan keluar sendiri.

Pintu dibanting dengan keras, lalu dibuka, dua pengawal mengikutinya dari belakang.

Gandi merasa pusing, dia duduk di sofa dan tidak bisa menahan diri untuk tidak memijat keningnya yang akan meledak.

Tidak tahu saat ini, apa yang sedang dilakukan Neva di rumah?

Menggoda Meko? Atau masih saja mendesain karya yang tidak akan pernah dia buat di atas panggung.

Setelah menikah, dia akan membiayai pameran desain Neva.

Bepergian keliling dunia, dan pergi kemanapun mereka mau.

Desain istrinya pasti yang terbaik.

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu