Cinta Yang Dalam - Bab 151 Kamu Takut Aku

Nyonya Li telah pergi, dia mengikuti Tuan Besar Li dengan tampang muram, dia tahu bahwa dia bakal celaka setelah pulang.

Gandi dan Shinta berdiri di depan pintu, menyaksikan limusin panjang melaju menjauh.

“Gandi, kali ini kamu hampir membunuh orang?” Meskipun Shinta mendukung kelakuan putranya, tapi dia juga tahu batas.

Bagaimanapun si gemuk Li yang gemuk adalah satu-satunya cucu Tuan Besar Li, berkerabat jauh dengannya.

“Dia memang seharusnya dipukul.” Ujar Gandi dengan nada tawar.

Ekspresi Shinta mandek. Dia yang tahu jelas emosinya putranya hanya bisa menggelengkan kepala, berkata, "Kedepannya jangan segitu impulsif lagi, cukup mematahkan satu kaki atau apa pun. Kamu malah pukul kepalanya. Kalau sampai orangnya mati, maka kamu akan memasuki jalan buntu."

Gandi sekadar mengiyakannya. Entah kenapa, dia merasa bahwa kata-kata ibunya tidak bermaksud menyalahkannya.

Melainkan menyarankannya untuk memilih bagian tubuh yang tidak mematikan, cukup membuat si gemuk Li yang gemuk menderita sakit fisik supaya dirinya tidak terlibat masalah.

Melihat ibunya yang pulang terlebih dahulu, Gandi merasa dirinya masih harus banyak belajar.

Setelah hujan musim gugur, suhu di Kota Z turun drastis. Sudah waktunya untuk mengenakan pakaian musim gugur.

Namun, dalam cuaca yang agak lembab dan dingin ini, malah didapatkan berita hangat.

Karya Neva dan Wendi telah lolos babak semi-final. Sedangkan karya Shinta, sayangnya hanya direkomendasikan sebagai penghargaan klasik karena karyanya tidak cukup berinovasi.

Tapi hasil ini sudah amat menyenangkan mereka, ketiganya sangat senang di rumah.

Kompetisi ini juga terdapat tingkatan internasional.

Sebelumnya Neva memperhatikan bahwa karya Nardi lolos pada babak pertama.

Tapi dia tidak menemukan nama Nardi dalam papan nama peserta yang lolos babak semi final ini.

Neva tampak bercanda gurau, tetapi dalam hatinya sebenarnya merasa amat tidak nyaman.

Dalam beberapa hari terakhir, dia tidak bisa makan dan tidur dengan tenang, seolah ada sesuatu yang akan terjadi.

Melihat nama Nardi tidak muncul di papan nama, hatinya seketika merasa semakin tidak enak.

Dia bangkit dan berkata ingin pergi ke kamar mandi. Setelah mengunci pintu, dia mulai mencari nama Berty di daftar kontak.

Tangan Neva agak gemetaran, tetapi dia akhirnya tetap menekan tombol telepon.

Panggilan terhubung dalam waktu singkat, tetapi tidak ada yang menjawab.

Hati Neva bergidik. Sebelumnya dia sesekali menghubungi Berty untuk menanyakan keadaan Nardi.

Berty biasanya selalu menjawab telepon dengan cepat, tetapi apa yang terjadi sekarang, ke mana Berty pergi?

Dikombinasikan dengan menghilangnya kabar Nardi, hati Neva semakin panik.

Dia menyemangati diri untuk kembali ke ruang tamu. Dia menemukan bahwa Gandi sudah kembali dan duduk di samping tempat duduknya barusan.

“Kak ipar, kalau kamu masih tidak keluar, aku hampir mau menendang pintu untuk menyelamatkanmu dari dalam.” Gurau Wendi.

Neva baru menyadari ternyata dia berada di kamar mandi selama hampir satu jam hanya untuk memikirkan masalah Nardi.

Dia tersenyum dengan enggan, menjawab: "Aku memang menunggumu untuk menyelamatkanku, tetapi kamu tidak muncul."

Wendi kurang perhatian sehingga tidak menyadari kejanggalan pada Neva. Sementara Gandi yang sekilas melirik wajah Neva langsung bisa mendapat beberapa simpulan di dalam hati.

Neva memanggil suami, lalu duduk di samping Gandi, merasa agak terkendali.

Aura Gandi terlalu kuat, wanita biasa benar-benar tidak mampu menahannya.

Pada saat ini, Shinta menarik tangan Wendi dan berkata, “Bukankah kamu mau mengajariku gaya populer? Ayo, kita pergi ke ruang belajar.”

Wendi terbengong sesaat, berkata dengan linglung, "Gaya populer apa? Mengajarimu apa? Ibu."

Tak lama setelah itu, Wendi langsung ditarik ke ruang belajar oleh Shinta secara paksa.

Neva sedang memikirkan sesuatu, tetapi pemikirannya terus ditarik kembali oleh aura dingin di sekitarnya.

Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu yang hangat di kakinya. Dia menggigil, setelah menunduk dan melihat bahwa itu adalah tangan Gandi, barulah dia melega.

“Kamu takut padaku?” Tanya Gandi.

Ini adalah pertanyaan yang menjebak, Neva menjawab tanpa ragu-ragu: "Aku bahkan merasa kekurangan waktu untuk menyukai tuan."

Gandi mengangguk puas, berkata, "Kalau begitu, kenapa kamu begitu berhati-hati?"

Neva melengkungkan bibirnya dengan kaku, tersenyum dengan sedikit jelek, "Aku hanya memikirkan masalah karya, Tuan Gandi."

Gandi menatap langsung pada Neva. Kepercayaan Neva memang sudah lemah, sekarang semakin menuju ke angka negatif.

Dia menundukkan kepala, dia tahu Gandi sudah yakin bahwa dirinya sedang omong kosong.

“Pergi ke Club Gloden pada jam delapan malam ini, aku akan menunggumu di sana.” Suara Gandi tersirat makna yang tidak bisa dijelaskan, itu membuat Neva merasa tegang.

Ketika Neva mengangkat kepala, Gandi sudah melangkah ke lantai dua dan memasuki ruang belajar.

Instruksi Gandi tidak pernah bisa ditolak Neva.

Setelah makan siang, Gandi pun pergi.

Hal ini amat membingungkan Shinta, apakah Gandi pulang hanya untuk makan siang? Sejak kapan dia menjadi begitu cinta keluarga?

Pada sore hari, Wendi mengusulkan untuk pergi berbelanja.

Shinta yang berusia 50 tahun memiliki mentalitas 20 tahun, dia ikut setuju.

Neva bimbang sejenak, berkata, "Nana, kamu pergi dengan ibu saja. Gandi memintaku untuk menghadiri perjamuan malam ini, aku harus bersiap-siap di rumah pada sore hari.”

Begitu Wendi mendengar perjamuan, dia langsung bersemangat, dia menarik Neva ke lantai atas.

Wendi membuka lemari besar di kamarnya dan kembali memilih pakaian untuk Neva.

Neva seperti maneken, dia membiarkan Wendi mengotak-atik tubuhnya sementara dirinya memikirkan urusannya sendiri. Penampilan akhir membuat Neva merasa takjub.

Mereka berdua turun ke lantai bawah lagi. Shinta juga sangat optimis dengan penampilan Neva. Jadi, Neva pun memutuskan untuk pergi dengan penampilan ini.

Pukul 7 malam, Neva pergi ke Club Golden.

Club Golden berjarak sekitar 30 menit dari rumah milik Keluarga Tirta, tetapi jam segini sering macet sehingga Neva memilih untuk berangkat lebih awal.

Tidak lama setelah dia berada di perjalanan, hujan mulai melanda.

Wiper mobil diputar maksimal, tapi tetap saja tidak sempat menyapu titik-titik hujan yang menerpa kaca depan mobil.

Semua orang memilih untuk berhenti, menyalakan lampu mobil dan parkir di tepi jalan, begitu pula Neva.

Begitu Neva mengeluarkan ponselnya, langsung ada panggilan masuk.

Saat melihat nomor, Neva tertegun sejenak, itu adalah panggilan internasional.

Entah kenapa dia merasa gugup. Dia mengangkatnya dan menunggu pihak seberang untuk berbicara terlebih dahulu.

Suara serak terdengar dari ponsel, mengatakan: "Neva, ini Berty."

Mendengarkan suara serak Berty, jantung Neva bergidik, dia memiliki dorongan untuk segera mematikan telepon.

“Bi, Bibi Berty, ada apa?” Suara neva bergetar, suara Berty yang serak terdengar seperti baru saja menangis.

“Neva, bisakah kamu datang ke Negara M?” Berty tersedak-sedak.

Neva panik, dia buru-buru berkata, "Bisa, Bibi Berty, apakah Nardy menang lagi? Dia benar-benar bekerja keras, juga sangat membanggakan..."

“Neva, jangan bilang lagi, Nardi sudah pergi.” Seusai ucap, Berty tidak bisa menahan lagi, dia langsung menangis histeris.

Sementara Neva terpaku.

Dia menggenggam ponsel dengan sangat erat, seolah jika ia bisa menghancurkan ponsel, berita itu pun akan lenyap dari muka bumi.

"Apakah Nardy hi-hilang? Bibi Berty, Nardy memang seperti ini sejak kecil. Dia suka bercanda, dia suka bersembunyi untuk dicari..." Neva berkata dengan penuh tipu daya, momen-momen bahagia bersama Nardi melintas di benaknya.

Pada masa itu, mereka memang sangat miskin, segitu miskin hingga hampir tidak dapat makanan.

Tapi masa itu sangat bahagia, wajah Neva akan berlinangan air mata ketika mengenangnya kembali.

Berty menangis hingga kehabisan suara. Nardi adalah harapannya, kebangaannya. Namun, semua ini telah tiada.

“Neva, Nardi telah pergi ke dunia lain dan tidak akan dapat kembali lagi. Beberapa saat yang lalu, dia pernah pulang negeri, dia mengatakan bahwa dia mau melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Setelah kembali, dia menjalani operasi terakhir..."

Neva tertegun, dia teringat orang yang ditemuinya yang mirip dengan Nardi.

Ternyata, itu benar-benar Nardi!

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu